Wednesday, October 31, 2007

Argentina dan Krisis Abadi

Argentina dan Krisis Abadi

Robert Bala

Pemilu Argentina yang berlangsung hari Minggu, 28 Oktober 2007, tidak banyak membawa kejutan (surprise). Cristina Fernandez de Kirchner, The First Lady, menang mutlak dalam putaran pertama.

Awal Desember mendatang, ia menempati Casa Rosada menjadi presiden. Namun, apakah kehadirannya mampu mengakhiri crisis eterna (krisis abadi) yang dialami Argentina?

Krisis berkepanjangan

Selama lima tahun terakhir, kepemimpinan di bawah Néstor Kirchner cukup stabil. Hal itu berbeda dengan beberapa pendahulunya. Fernando de la Rua, pengganti Carlos Menem, hanya bertahan dua tahun. Kebijakan ekonomi Coralito tidak banyak berpengaruh.

Keadaan bertambah parah. Pernah, dalam 15 hari (20 Desember 2001-3 Januari 2002), Argentina punya lima presiden. Sebuah ironi di tengah keterpurukan ekonomi. Reformasi yang sudah dimulai sejak 1983 pun akhirnya mengambang.

Keadaan agak membaik di bawah Kirchner. Utang luar negeri sebesar 9,5 milliar dollar AS dibayar. Pertumbuhan ekonomi mencapai 8,0 persen. Keberhasilan ini menjadi "nilai plus" bagi Cristina Fernandez. Ia mewarisi kebijakan suaminya. Dengan semboyan el cambio recién empieza (perubahan baru dimulai), Cristina Fernandez menjaga kontinuitas kemajuan. Kirchner juga menjamin, istrinya akan menorehkan sejarah.

Yang pasti, sejarah kini sudah terukir. Cristina Fernandez menerima kursi kepresiden langsung dari suaminya. Ia dijuluki "Hillary Latina" oleh majalah Time, sebagai antisipasi majunya istri Clinton itu ke kursi presiden. Tidak salah. Keduanya, sama-sama anggota senat, mengenal suaminya waktu belajar hukum, dan (katanya) lebih cerdas daripada suaminya.

Cristina Fernandez juga menambah deretan wanita di Amerika Latin, setelah Eva Peron (Argentina) dan Michelle Bachelet dari Cile, yang menduduki kursi presiden.

Keraguan

Tidak sedikit kebimbangan menyertai Cristina Fernandez. Primera Dama dinilai tidak fair dalam kampanye. Penggunaan fasilitas kepresidenan dalam kapasitas sebagai istri presiden, meski legal, tak etis.

Bukan itu saja. Ibu dua anak itu terlampau "tebar pesona". Kegandrungan mengenakan pakaian mewah, make up mahal, gairah berbelanja di tempat-tempat eksklusif amat kontradiktif dengan situasi Argentina.

Ada keraguan, mustahil orang yang hidup penuh kemewahan (glamorous manner) memiliki waktu untuk rakyat miskin.

Kritik juga hadir dari aneka kunjungan internasional selama masa kampanye. "Tebar citra" dilihat sebagai show yang tidak perlu. Oleh karena itu, julukan La Presidenta Viejara adalah ungkapan ketidakpuasan terhadap upaya "menjual" Argentina ke dunia internasional, tetapi ingkar terhadap realitas dalam negeri.

Kecemasan seperti ini beralasan. Secara internal, Argentina memiliki problem identitas, yang ditengarai sebagai salah satu akar keterpurukan. Dominasi turunan Eropa di "Negeri Tango", misalnya, terkadang melupakan mereka sebagai orang Amerika Latin. Ungkapan "soy Argentino (saya orang Argentina)" kerap diucapkan dengan (sedikit) arogan mengklaim diri sebagai orang kulit putih (los blancos).

Negara tetangga yang lebih didominasi kelompok Indian (los indios americanos), campuran Indian dan los blancos (los meztizos), kulit hitam (los negros), dan campuran los negros dan los blancos (los mulatos) dipandang dengan sebelah mata.

Sayang, hal seperti ini tak cukup mendapatkan perhatian para pencari kekuasaan. Bagi mereka, tak ada hal yang lebih penting daripada mengekalkan keberadaan.

Tampilnya Cristina Fernandez, misalnya, mengandung teka-teki. Andaikata Kirchner amat berhasil, mengapa tidak diberi peluang untuk masa jabatan kedua? Apakah ada perubahan substansial yang terjadi ataukah rias luar saja demi mengibuli rakyat?

Hikmah

Akar krisis yang dialami Argentina juga kita rasakan di sini.

Pertama, kebhinnekaan suku, agama, ras, dan antargolongan merupakan potensi membanggakan. Namun, ia butuh komitmen aktualisasi sehingga menjadi kekuatan. Sebaliknya, egoisme yang meremukkan keutuhan, "solidaritas" tanpa keikhlasan, seremoni budaya demi tujuan partikular, politisasi agama demi kepentingan sesaat (dan sesat)—sekadar menyebut beberapa contoh—merupakan aksi kontraproduktif. Cita-cita reformasi pun kian menjauh dari harapan hingga kita yang sudah terperangkap dalam krisis berkepanjangan, tidak mudah bangun.

Kedua, perlu keberanian untuk tampil lebih orisinal dan realistis sebagai kondisi terjadinya prognosis yang tepat dan kurasi total. Kesadaran akan realitas diri yang digerogoti aneka virus KKN, berani mengaku bersalah, merupakan langkah awal menuju rekuperasi dan rekonsiliasi sosial. Sebaliknya, menghindar, memberi kenyamanan palsu (sebagaimana terjadi dengan oil shock), atau menebar pesona demi menipu fakta, secara "strategi politik" jangka pendek mungkin menuai berkah. Namun, secara substansial tidak banyak berpengaruh.

Ketiga, pemilu Argentina (seperti kita) masih mengandalkan figur lama. Mantan presiden, menteri, senat, yang pada masanya tidak memberi kontribusi berarti kini hadir di antara 14 kandidat presiden. Pengalaman dianggap satu-satunya acuan. Sementara itu, kejujuran, semangat juang, dan jiwa energik, yang identik dengan kaum muda, nyaris tidak diberi tempat. Di sana, ironi untuk Cristina Fernandez bisa benar, La novedad del cambio es seguir la misma linea (Yang baru dari perubahan adalah mengikuti arah yang sama).

Indonesia bisa lebih maju dari Argentina jika memercayakan kepemimpinan nasional kepada kaum muda. Namun, itu pun dapat bermakna, ketika kaum muda hadir dengan visi yang lebih jelas, komitmen kebangsaan lebih utuh, dan keksatriaan yang lebih menonjol.

Robert Bala Alumnus Universidad Pontificia de Salamanca Spanyol dan Universidad Complutense de Madrid

Fernandez dan Balas Budi Rakyat


Cristina Fernandez de Kirchner memproklamasikan dinasti politik baru di Argentina setelah ia memenangi pemilu presiden. Ia akan menggantikan suaminya.

Kemenangan Fernandez tidak lepas dari keberhasilan suaminya, Presiden Nestor Kirchner. Inilah bentuk apresiasi, penghargaan rakyat kepada pemerintah, kepada pemimpinnya yang mereka nilai berhasil.

Kirchner dianggap berhasil mengangkat Argentina dari krisis ekonomi (1999-2002) yang begitu parah. Saat krisis terjadi, Argentina tak mampu membayar bunga utang yang sudah jatuh tempo, 80 juta dollar AS, sementara utang luar negerinya lebih dari 800 juta dollar AS. Angka pengangguran tinggi, lebih dari 25 persen (jumlah penduduk waktu itu sekitar 36 juta jiwa), dan nilai mata uang peso didepresiasi 75 persen.

Di bawah kepemimpinan Kirchner, berbagai kebijakan ekonomi dilakukan: mengontrol harga minyak, ada subsidi energi, dan memberikan perhatian pada sektor-sektor publik yang langsung berhubungan dengan perikehidupan rakyat, antara lain memberikan kredit untuk warga miskin.

Ia juga membangun 3 juta rumah untuk rakyat bawah dalam tempo empat tahun, yang memberikan lapangan kerja bagi 5 juta orang. Ini sangat berarti karena satu dari lima orang Argentina menganggur.

Karena itu, pemilihan terhadap Fernandez—seorang ahli hukum dan senator—adalah bentuk mosi percaya rakyat kepada Kirchner. Ini merupakan cermin dari keinginan rakyat akan berlanjutnya kebijakan Kirchner, yang meski masih begitu populer tidak mau maju lagi.

Apa yang terjadi di Argentina mengingatkan kita bahwa seorang pemimpin membutuhkan dukungan rakyat. Seorang pemimpin akan dihormati, dihargai, dan dipertahankan untuk terus memimpin selama ia mampu memberikan apa yang diinginkan rakyat, mampu memenuhi kebutuhan rakyat yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang tidak dapat memenuhi harapan rakyat—demikian pula sebuah pemerintahan yang tidak memenuhi harapan—akan dihukum oleh rakyatnya dengan tidak dipilih kembali. Rakyat menginginkan seorang pemimpin mampu memberikan rasa aman, kesejahteraan, kepastian hukum, dan stabilitas politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Kalau tidak, rakyat tidak akan memilih lagi dalam pemilu.

Rakyat tidak cukup hanya diberi janji, tetapi karya nyata dan hasil nyata. Kiranya itu yang juga diharapkan rakyat Argentina dari Fernandez. Ia harus mampu menunjukkan kemampuannya tidak terus di bawah bayang-bayang keberhasilan Kirchner, suaminya.

Banglades


Khaleda Zia Disingkirkan Partainya

Dhaka, Selasa - Kelompok pembangkang di partai politik terbesar Banglades, Partai Nasionalis Banglades, menyingkirkan mantan Perdana Menteri Khaleda Zia sebagai pemimpin partai itu saat Zia berada dalam tahanan.

Sejumlah pejabat mengungkapkan, Selasa (30/10), penyingkiran Zia terjadi di tengah semakin buruknya perpecahan di tubuh Partai Nasionalis Banglades (BNP), antara pendukung setia Zia dan kelompok yang menamakan dirinya para pembaru.

Langkah kelompok pembaru ini dipandang sebagai upaya merevitalisasi kembali partai itu sejalan dengan semangat antikorupsi yang dijalankan pemerintahan darurat saat ini, serta menjauhkan partai dari citra Zia yang telah melakukan korupsi.

Mantan Menteri Keuangan M Saifur Rahman, yang dianggap sebagai pembangkang di BNP, menyatakan telah dipilih sebagai pelaksana ketua partai setelah pertemuan maraton BNP yang berakhir Senin (29/10) malam.

Hafizuddin Ahmed, yang juga mantan menteri dan tokoh pemberontak di BNP, ditunjuk sebagai pelaksana sekretaris jenderal, menggantikan pendukung setia Zia, Khandaker Delwar Hossain, yang tengah sakit.

Akan tetapi, orang dekat Zia mengatakan, tidak jelas apakah perubahan-perubahan itu memang sah. "Kami tidak bisa memberikan komentar saat ini. Kami harus melihat apakah perubahan-perubahan itu dibuat sesuai konstitusi partai," kata ASM Hannan Shah.

Zia ditangkap dan dipenjarakan bersama putra bungsunya, Arafat Rahman, atas dakwaan korupsi terkait pemberian sebuah kontrak bernilai jutaan dollar AS. Zia sejauh ini berupaya memerangi kian meningkatnya pembangkangan di partainya, antara lain memecat wakilnya di BNP, Abdul Mannan Bhuiyan, karena tuduhan konspirasi memecah belah partai. Pemecatan itu dibatalkan oleh pertemuan BNP semalam. (AFP/Reuters/OKI)

Kaum Papa Dukung Fernandez


Kebijakan Ekonomi Suaminya Akan Diteruskan

Buenos Aires, Selasa - Kaum papa dan kelas pekerja berjasa besar dalam kemenangan Cristina Fernandez de Kirchner. Karena itu, Fernandez berjanji akan terus memperjuangkan nasib mereka.

Berdasarkan perhitungan terakhir, Selasa (30/10), Fernandez telah mengantongi 45 persen suara, sedangkan rival terdekatnya, Elisa Carrio, memperoleh 22,95 persen suara.

Dengan perolehan suara itu, Fernandez dipastikan terpilih sebagai presiden Argentina. Secara resmi, dia akan mengambil alih jabatan itu dari suaminya tanggal 10 Desember mendatang.

Sejumlah pengamat mengatakan, politisi berhaluan kiri ini mendapat dukungan terbesar dari kelas pekerja di Provinsi Buenos Aires dan warga miskin di beberapa wilayah Argentina, terutama di provinsi-provinsi sebelah utara. Provinsi-provinsi miskin itu selama pemerintahan Nestor Kirchner, suami Fernandez, mendapatkan banyak kucuran kredit yang membuka lapangan pekerjaan baru.

Lawannya, Carrio, mendapat dukungan terutama dari warga kelas menengah dan atas yang tinggal di beberapa kota besar Argentina. Mereka umumnya memilih Carrio karena dia dikenal sebagai politisi yang antikorupsi. Selain itu, Carrio berjanji akan memperkuat institusi-institusi Argentina yang lemah.

Pengamat menilai, kaum papa dan kelas pekerja mendukung Fernandez karena mereka mendapatkan keuntungan dari pemerintahan Kirchner. Mereka berharap, dengan memilih Fernandez, kebijakan-kebijakan Kirchner yang populis akan terus berlanjut.

Dalam wawancara pertamanya setelah terpilih sebagai presiden, Fernandez menegaskan bahwa dia akan meneruskan program-program Kirchner, seperti membuka lapangan kerja baru, meningkatkan ekspor, dan memperbaiki layanan kesehatan serta pendidikan.

Sebelumnya, janji itu diucapkan Fernandez berkali-kali selama masa kampanye. Dia mengklaim memiliki andil dalam kesuksesan pemerintahan suaminya. Pasalnya, selain sebagai istri presiden, Fernandez juga menjadi penasihat utama Kirchner.

"Kami telah mereposisi negara, memerangi kemiskinan dan pengangguran. Ini semua adalah tragedi yang menghantam Argentina," kata Fernandez saat kampanye.

Sejak Kirchner berkuasa tahun 2003, Argentina bisa keluar dari krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 2001. Pertumbuhan ekonomi meningkat rata-rata 8 persen per tahun. Selain itu, Kirchner mampu membayar utang Argentina sebesar 9,5 miliar dollar AS kepada IMF.

Namun, selain mewariskan kondisi ekonomi yang lebih baik, Kirchner juga mewariskan beberapa masalah seperti inflasi tinggi, yakni di atas 8 persen, pada September lalu. Untuk mengatasi masalah itu, Fernandez mengaku telah memiliki pendekatan sendiri.

Banyak kalangan berharap Kircher berperan sebagai orang di belakang layar pemerintahan Fernandez. Namun, belum jelas benar apakah itu akan dilakukan Kirchner. Ketika ditanya apa yang akan dilakukan suaminya setelah turun dari jabatan presiden, Fernandez tertawa dan mengatakan, "(Jabatan) kepala protokol telah dikesampingkan."

"Dia akan melakukan apa yang selalu dia lakukan. Dia adalah orang yang sangat menyukai politik dan sangat mencintai negaranya dan memiliki komitmen besar untuk Argentina," ujarnya.

Orang dekat pasangan itu mengatakan, Fernandez kemungkinan tidak akan membentuk pemerintahan bersama dengan suaminya.

Ucapan selamat

Sehari setelah Fernandez dipastikan memenangi pemilu, ucapan selamat datang dari berbagai penjuru dunia. Michele Bachelet, perempuan pertama yang menjadi presiden Cile, mengatakan, "Bukan sebuah kebetulan kedua negara bertetangga yang berkarakter sama ini memilih perempuan untuk menunjukkan jalan mereka."

Presiden Venezuela Hugo Chavez mengatakan, kemenangan Fernandez begitu indah. "Ini adalah kemenangan untuk perempuan Amerika Latin sebab perempuanlah yang akan menyelamatkan dunia," ujar Hugo Chavez.

Dia menyatakan ingin memperdalam hubungan dengan Argentina di bawah kepemimpinan Fernandez.

Ucapan selamat juga datang dari pemimpin Brasil, Uruguay, Amerika Serikat, Spanyol, dan Perancis. (AP/APF/REUTERS/BSW)

Tuesday, October 30, 2007

Citra Lain Kisah Pembangunan India


Kisah pembangunan ekonomi India tidak hanya melahirkan citra sukses, tetapi juga problematik kesenjangan sosial yang semakin melebar.

Ekspresi kekecewaan atas kesenjangan itu antara lain terlihat pada gelombang protes yang melibatkan ribuan petani gurem, buruh petani, dan masyarakat pedesaan hari Minggu 28 Oktober di New Delhi, ibu kota negara.

Protes yang melibatkan 25.000 demonstran di New Delhi terasa semakin dramatis karena merupakan klimaks gelombang protes yang berlangsung sejak hari ulang tahun tokoh spiritual almarhum Mahatma Gandhi tanggal 2 Oktober di Gwalior, India tengah.

Setelah menempuh jarak 600 kilometer dari Gwalior dalam tempo 26 hari, kaum demonstran tiba di New Delhi hari Minggu 28 Oktober. Kontingen Gwalior kemudian mendapat dukungan kaum demonstran 15 dari 29 negara bagian India. Kaum demonstran menuntut hak atas lahan dan air yang semakin dicaplok oleh kepentingan industri dan pemilik modal.

Banyak lahan pertanian memang telah beralih fungsi menjadi kawasan industri, yang sebagian dikuasai investor asing. Sebagai dampaknya, semakin banyak rakyat India tidak memiliki tanah lagi, bahkan disebut-sebut 40 persen petani menjadi petani gurem.

Posisi petani pun terus terdesak di tengah kemajuan pembangunan India, yang tingkat pertumbuhan tahun lalu mencapai sembilan persen. Harga-harga komoditas pertanian kalah bersaing dengan produk perkotaan dan sektor modern.

Berbagai laporan menyebutkan, ribuan petani menjadi depresi, bahkan banyak yang bunuh diri, sejak tahun 2002 karena sulit mengembalikan pinjaman perbankan di tengah harga komoditas pertanian yang cenderung anjlok. Secara nasional, paling tidak 43 juta dari sekitar 89 juta petani kecil India berutang, termasuk kepada lintah darat.

Tingkat pertumbuhan tinggi ekonomi India yang tergolong tinggi dan menjadi buah bibir dalam beberapa tahun terakhir rupanya belum mampu memperbaiki nasib kaum petani.

Kesenjangan antara golongan kaya dan miskin digambarkan semakin tajam. Juga antara penduduk kota dan penduduk desa. Ketimpangan berlangsung pula dalam pembangunan kewilayahan.

Tentu saja sudah menjadi persoalan klasik tentang kesulitan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan. Tantangan bagi Pemerintah India bagaimana memperkecil kesenjangan ekonomi agar tidak terjadi kerawanan sosial, yang pada akhirnya dapat menghambat kemajuan pembangunan.

Argentina Bangkit Tanpa IMF


Rakyat Memilih Fernandez untuk Kesinambungan Kemakmuran

Buenos Aires - Argentina pulih dari keadaan pahit ekonomi yang mengacaukan kehidupan rakyat selama dua dekade. Kebangkitan ekonomi terjadi sejak 2001, justru setelah Argentina "mengusir" IMF dan merangkul Venezuela.

Michael Shifter, analis Amerika Latin dari thinktank AS The Dialogue, yang berbasis di Washington, mengakui kinerja Kirchner.

Selama menjadi presiden, Nestor Kirchner (57) membawa Argentina keluar dari krisis ekonomi tahun 2001. Dekade 1980-an, oleh Bank Dunia disebutkan sebagai dekade yang hilang bagi Amerika Latin. Argentina adalah salah satunya.

Kegagalan membayar utang, pengetatan ikat pinggang, yang berarti pengurangan anggaran pemerintah, makin membuat Argentina jatuh ke dalam krisis sosial, dampak lanjutan dari krisis ekonomi.

Warisan buruk kekuasaan militer, kudeta berkali-kali, dan manajemen ekonomi negara oleh rezim militer yang buruk, telah meruntuhkan Argentina. Dari negara yang kemakmurannya pernah setara dengan Perancis sebelum Perang Dunia II, Argentina menjadi kelompok negara berkembang.

Keberadaan oligarki, sekelompok elite, yang terdiri dari pebisnis dan penguasa serta militer, penguasa Argentina, turut meruntuhkan negara. Rakyat relatif terpinggirkan.

Keadaan buruk di bidang sosial, ekonomi dan politik terus membelenggu negara, yang bagai berjalan di lingkaran setan (vicious circles). Negara ini pun terlilit utang sekitar 125 miliar dollar AS ke kreditor internasional.

Politisi korup, dan kreditor internasional yang tak kooperatif, membuat Argentina seperti terlilit pusaran protes demi protes dari rakyat yang menjadi korban.

Kirchner yang menjadi presiden sejak tahun 2003, berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen pertahun. Keadaan politik yang relatif tak lagi diganggu dominasi militer mulai memulihkan stabilitas politik.

Kini, Argentina yang berpenduduk 40 juta jiwa memiliki pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 212 miliar dollar AS dan pendapatan per kapita 6.500 dollar AS. Dalam lima tahun terakhir, Argentina yang secara tradisional didominasi sektor pertanian, mengembangkan sektor industri dan jasa.

Pemerintahannya juga mampu membayar utang Argentina kepada IMF sebesar 9,5 miliar dollar Amerika Serikat.

Merangkul dunia

Kemajuan Argentina didorong oleh keberanian menolak pembayaran utang ke kreditor internasional. Argentina juga menolak resep ekonomi IMF, yang dituding telah gagal total di semua wilayah Amerika Latin.

Investor dan IMF mengucilkan Argentina. Namun Presiden Venezuela Hugo Chavez menolong Argentina dengan membeli obligasi pemerintah Argentina. Dana Venezuela berperan membantu Kirchner mengatasi persoalan ekonomi.

Ke depan, Cristina Fernandez berjanji akan melakukan pendekatan lebih unik lagi. Fernandez adalah penasihat utama Kirchner untuk pemerintahan. Masalah Argentina masih banyak, seperti inflasi yang masih tergolong tinggi, sekitar 20 persen dan kelangkaan pasokan makanan.

"Semua perubahan dan kebijakan akan dilakukan secara bertahap," kata Fernandez. Namun ia menjanjikan tak akan lagi melakukan kebijakan mengejutkan.

"Saya tak percaya lagi pada kebijakan kejutan," kata Fernandez. Ia tak akan sepenuhnya menjalankan ekonomi pasar dengan berbagai kebijakan mengejutkan, bahkan merusak, diprakarsai IMF dan Bank Dunia.

Kala memerintah nanti, ia menyerukan pelaksanaan "pakta sosial" yang merangkul pebisnis dan para serikat pekerja. Tujuannya, meraih pertumbuhan dan menikmati keuntungan bersama untuk jangka panjang.

"Pemerintahan berikutnya tidak akan berubah secara fundamental dari sebelumnya," demikian laporan Credit Suisse, lembaga keuangan asal Swiss.

Pemimpin IMF mendatang, Dominique Strauss-Kahn (yang segera menggantikan Rodrigo Rato) telah pula setuju bekerja sama dengan Argentina.

Rakyat setempat pun percaya pada Fernandez. "Saya yakin, dia akan membangun pemerintahan yang baik yang sudah ditata suaminya," kata Carlos Servini (38), seorang supir taksi di Buenos Aires. (AFP/AP/REUTERS/BSW/MON)

Elite Politik Malaysia Angkuh


Para Pemimpin Kedua Negara Bertetangga Diminta Merendahkan Hati

Jakarta, kompas - Mantan Wakil PM Malaysia Anwar Ibrahim meminta agar Indonesia membedakan pandangan umum rakyat Malaysia terhadap Indonesia dengan sikap yang diambil Pemerintah Malaysia.

"Politik (Malaysia) sekarang sangat jelek dan sentimen rakyatnya harus dididik. Orang Malaysia bukannya tidak peduli dengan apa yang terjadi, tetapi dia tidak tahu karena media tidak memberitakan sama sekali," kata tokoh yang pernah dipenjarakan semasa Mahathir Mohamad berkuasa itu.

Anwar datang ke Jakarta untuk menyampaikan pandangannya mengenai hubungan Indonesia-Malaysia atas undangan The Habibie Center, Senin (29/10).

Oleh karena tidak diberitakan media, kalaupun diberitakan sangat kecil porsinya, tambah Anwar, rakyat Malaysia tidak tahu apa yang terjadi sehingga sering kali menganggap mengapa rakyat Indonesia begitu cemburu dengan keberhasilan Malaysia. "Bukan itu soalnya," tegasnya.

Dia mengajak seluruh rakyat Indonesia maupun rakyat Malaysia untuk memiliki pemahaman mendalam mengenai saudara dan tetangganya itu, sebagaimana dimiliki para tokoh kedua negara pada masa lalu. "Isu menjadi panas justru karena keadaan sudah gawat. Sudah hilang rasa kasih sebagai tetangga, sahabat, sehingga isu yang kecil pun menjadi panas," kata tokoh oposisi itu.

Anwar menyesalkan sikap elite politik di Malaysia yang seolah-olah hanya kenal Indonesia dari para pekerja kasar dan pekerja tanpa izin. "Kita lupa, kita kenal Indonesia dari tokoh-tokoh besar, para sastrawan besar, Soekarno-Hatta. Tidak ada penyair Malaysia yang bisa menandingi Khairil Anwar dan Rendra sampai sekarang ataupun karya-karya pujangga itu. Ini masalah politik yang dangkal. Bagi mereka soal itu tak penting," jelasnya.

Anwar pun dengan panjang lebih mengutarakan bagaimana tergantungnya Malaysia kepada Indonesia pascamendapatkan kemerdekaan pada 1957. Ketika itu, puluhan ribu dokter, ahli teknik, guru dari Indonesia didatangkan untuk meningkatkan kemampuan warga Melayu yang jauh ketinggalan dari warga China.

"Ini yang selalu saya ingatkan di Malaysia. Janganlah kasus TKI menghapuskan sejarah. Malaysia pernah sangat tergantung pada Indonesia. Harus ada keseimbangan," tuturnya.

Rendah hati

Ditegaskan, Malaysia bisa tetap banyak belajar dari Indonesia dalam banyak hal, bukan hanya demokrasi dan reformasi. Indonesia juga bisa belajar dari Malaysia dalam meletakkan sistem makro- ekonomi yang lebih meyakinkan. "Kedua-duanya harus belajar untuk lebih rendah hati dan bersungguh-sungguh melihat kepentingan lebih besar," paparnya.

Ketika ditanya mengenai penggunaan lagu Rasa Sayange dan Jali-jali, Anwar mengatakan, memang tidak ada salahnya mengatakan, memang betul itu lagu Indonesia, tetapi kami minta pengertian untuk kami anggap sebagai budaya kami. "Sebagai elite itu seharusnya punya kerendahan hati," paparnya.

Oleh karena itulah Anwar mengkritik keras penggunaan cara hukuman, bahkan penyitaan harta, milik para TKI yang terkena operasi pekerja ilegal. "Ini urusan manusia, karena itu harus ada dimensi manusianya. Jangan semata-mata menggunakan hukuman keras," ujarnya.

Anwar mengakui, dalam kenyataannya, mayoritas rakyat Malaysia masih lebih suka bekerja sama dengan anak-anak dari Indonesia. (OKI)

Pemilu Argentina


Kinerja Suami Lambungkan Fernandez

Buenos Aires, Senin - Istri Presiden Nestor Kirchner, Cristina Fernandez de Kirchner, menang dalam pemilu presiden Argentina yang dilaksanakan Minggu (28/10). Kinerja ekonomi suami selama lima tahun terakhir telah turut berperan melambungkan pamor Fernandez.

Rakyat memilih Fernandez dengan alasan demi kesinambungan kemakmuran. Namun, Fernandez mengatakan, ia adalah juga bagian dari orang-orang yang berada di balik sukses suami, termasuk kemajuan ekonomi dan sosial.

Fernandez pun berhasil mengungguli pesaing terdekatnya yang juga perempuan politikus, Elisa Carrio, cukup telak.

Apakah si cerdas Fernandez menang karena suaminya? "Itu sama saja dengan mempertanyakan apakah Anda suka steik atau kentang goreng Perancis? Orang suka keduanya, steik dan kentang goreng," kata ahli politik Argentina, Gustavo Martinez Pandiani.

Dari tiga perempat suara yang telah dihitung, Fernandez memperoleh sekitar 45 persen suara, Carrio 23 persen, dan satu kandidat lagi, Roberto Lavagna, memperoleh sekitar 17 persen suara.

Karena calon dari koalisi Front untuk Kemenangan itu telah mengantongi lebih dari 40 persen suara, maka tidak ada lagi pemilu putaran kedua. Itulah aturan main yang berlaku di Argentina saat ini.

Hari Senin, Carrio telah mengakui kemenangan Fernandez. "Kami mengucapkan selamat dan mengakui kemenangannya," kata Carrio.

Fernandez dan pendukungnya telah merayakan kemenangan. "Kita menang dengan selisih suara yang besar.... Ini adalah kemenangan bagi seluruh rakyat Argentina," kata Fernandez, didampingi suaminya, Presiden Nestor Kirchner, yang akan digantikannya. Fernandez menyebut suaminya sebagai orang yang ada di sisinya sepanjang hidupnya.

Wanita pertama

Kemenangan ini membawa Fernandez menjadi perempuan Argentina pertama yang dipilih rakyat sebagai presiden. Sebelumnya, Isabel Peron tercatat pernah menduduki jabatan presiden menggantikan suaminya, Juan Peron, yang meninggal tahun 1974. Namun, Isabel menjadi presiden tanpa melalui pemilu.

Fernandez akan resmi menjabat pada 10 Desember 2007. "Saya akan senang menjadi suami presiden," kata Kirchner yang bersama istrinya pernah menjadi "musuh negara" pada dekade 1970-an.

Dua pasangan itu tergolong populer di mata rakyat Argentina, terutama karena kinerja ekonomi. Pertanyaan muncul, bisakah Fernandez melanjutkan keberhasilan itu? Banyak pengamat mengatakan, dengan kemenangan telak pada pemilu hari Minggu lalu, Fernandez diperkirakan akan mampu mengatasi masalah yang ditinggalkan suaminya.

Sebelum terpilih sebagai presiden, Fernandez menjadi senator sejak 2001 atau dua tahun sebelum suaminya berkuasa. Sebagai senator, Fernandez sangat populer. Kepopuleran ini dia manfaatkan untuk memperkuat posisi suaminya yang maju dalam pemilu presiden tahun 2003. Berkat dukungan Fernandez, Kirchner bisa memenangi pemilu itu.

Kini mereka akan bertukar peran. Sejumlah pengamat yakin, setelah turun dari kursi kepresidenan, giliran Kirchner yang membantu memperkuat posisi pemerintahan istrinya. Pengamat politik Gustavo Martinez Pandiani mengatakan, Kirchner tak akan hanya menunggu istrinya di rumah.

Selama menjadi presiden, Kirchner berhasil membawa Argentina keluar dari dampak krisis ekonomi tahun 2001. Kirchner yang menjadi presiden sejak tahun 2003 berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen per tahun.(AP/AFP/REUTERS/BSW)


Kinerja Suami Lambungkan Fernandez

Buenos Aires, Senin - Istri Presiden Nestor Kirchner, Cristina Fernandez de Kirchner, menang dalam pemilu presiden Argentina yang dilaksanakan Minggu (28/10). Kinerja ekonomi suami selama lima tahun terakhir telah turut berperan melambungkan pamor Fernandez.

Rakyat memilih Fernandez dengan alasan demi kesinambungan kemakmuran. Namun, Fernandez mengatakan, ia adalah juga bagian dari orang-orang yang berada di balik sukses suami, termasuk kemajuan ekonomi dan sosial.

Fernandez pun berhasil mengungguli pesaing terdekatnya yang juga perempuan politikus, Elisa Carrio, cukup telak.

Apakah si cerdas Fernandez menang karena suaminya? "Itu sama saja dengan mempertanyakan apakah Anda suka steik atau kentang goreng Perancis? Orang suka keduanya, steik dan kentang goreng," kata ahli politik Argentina, Gustavo Martinez Pandiani.

Dari tiga perempat suara yang telah dihitung, Fernandez memperoleh sekitar 45 persen suara, Carrio 23 persen, dan satu kandidat lagi, Roberto Lavagna, memperoleh sekitar 17 persen suara.

Karena calon dari koalisi Front untuk Kemenangan itu telah mengantongi lebih dari 40 persen suara, maka tidak ada lagi pemilu putaran kedua. Itulah aturan main yang berlaku di Argentina saat ini.

Hari Senin, Carrio telah mengakui kemenangan Fernandez. "Kami mengucapkan selamat dan mengakui kemenangannya," kata Carrio.

Fernandez dan pendukungnya telah merayakan kemenangan. "Kita menang dengan selisih suara yang besar.... Ini adalah kemenangan bagi seluruh rakyat Argentina," kata Fernandez, didampingi suaminya, Presiden Nestor Kirchner, yang akan digantikannya. Fernandez menyebut suaminya sebagai orang yang ada di sisinya sepanjang hidupnya.

Wanita pertama

Kemenangan ini membawa Fernandez menjadi perempuan Argentina pertama yang dipilih rakyat sebagai presiden. Sebelumnya, Isabel Peron tercatat pernah menduduki jabatan presiden menggantikan suaminya, Juan Peron, yang meninggal tahun 1974. Namun, Isabel menjadi presiden tanpa melalui pemilu.

Fernandez akan resmi menjabat pada 10 Desember 2007. "Saya akan senang menjadi suami presiden," kata Kirchner yang bersama istrinya pernah menjadi "musuh negara" pada dekade 1970-an.

Dua pasangan itu tergolong populer di mata rakyat Argentina, terutama karena kinerja ekonomi. Pertanyaan muncul, bisakah Fernandez melanjutkan keberhasilan itu? Banyak pengamat mengatakan, dengan kemenangan telak pada pemilu hari Minggu lalu, Fernandez diperkirakan akan mampu mengatasi masalah yang ditinggalkan suaminya.

Sebelum terpilih sebagai presiden, Fernandez menjadi senator sejak 2001 atau dua tahun sebelum suaminya berkuasa. Sebagai senator, Fernandez sangat populer. Kepopuleran ini dia manfaatkan untuk memperkuat posisi suaminya yang maju dalam pemilu presiden tahun 2003. Berkat dukungan Fernandez, Kirchner bisa memenangi pemilu itu.

Kini mereka akan bertukar peran. Sejumlah pengamat yakin, setelah turun dari kursi kepresidenan, giliran Kirchner yang membantu memperkuat posisi pemerintahan istrinya. Pengamat politik Gustavo Martinez Pandiani mengatakan, Kirchner tak akan hanya menunggu istrinya di rumah.

Selama menjadi presiden, Kirchner berhasil membawa Argentina keluar dari dampak krisis ekonomi tahun 2001. Kirchner yang menjadi presiden sejak tahun 2003 berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen per tahun.(AP/AFP/REUTERS/BSW)

Saturday, October 27, 2007

Jepang


RI Perlu Cermati Perubahan Politik

Jakarta, Kompas - Pemerintah Indonesia perlu mencermati perubahan politik dan pergeseran kekuasaan yang sedang terjadi di Jepang. Pasalnya, perubahan tersebut bisa berdampak kepada Indonesia.

Demikian dikatakan Ginandjar Kartasasmita, Ketua Dewan Perwakilan Daerah, yang dekat dengan sejumlah politisi Jepang, Jumat (26/10).

Saat ini, Partai Demokrat Liberal (LDP) tidak lagi mendominasi politik Jepang setelah dikalahkan Partai Demokrat dalam pemilu Majelis Tinggi akhir Juli lalu. Ini adalah kekalahan pertama LDP yang telah berkuasa di Jepang selama lima dekade.

Meski LDP masih menguasai mayoritas kursi di Majelis Rendah, hampir dapat dipastikan pemerintah LDP yang kini dipimpin Perdana Menteri Yasuo Fukuda tidak akan mudah menjalankan kebijakannya. Partai Demokrat yang beroposisi pada pemerintah bisa mengganjal UU yang diajukan pemerintah.

Dalam sistem politik Jepang, UU yang dibuat pemerintah harus mendapat persetujuan dari Majelis Tinggi dan Majelis Rendah. Jika RUU yang diajukan pemerintah ditolak Majelis Tinggi, RUU itu harus dikembalikan lagi ke Majelis Rendah untuk dibahas lagi dan diputuskan.

Selain menghadapi tantangan dari oposisi, Fukuda, lanjut Ginandjar, juga memerlukan legitimasi politik baru dari Majelis Rendah yang berwenang memilih PM. Sebagai catatan, dia dipilih sebagai PM oleh anggota Majelis Rendah hasil pemilu semasa pemerintahan PM Junichiro Koizumi berkuasa.

Untuk memperbarui legitimasinya, lanjut Ginandjar, Fukuda akan menggelar pemilu Majelis Rendah. "Kalau pemilu ini dilaksanakan, kemungkinan LDP tidak akan bisa menang dengan suara mayoritas. Dengan demikian, LDP harus membentuk koalisi dengan oposisi untuk membentuk pemerintahan. Namun, ada pula kemungkinan Partai Demokrat yang beroposisi memenangi pemilu Majelis Rendah dan berkuasa," ujarnya.

Jika Partai Demokrat menang, kata Ginandjar, hal itu akan berdampak pada Indonesia. Dia memperkirakan, partai itu akan lebih berorientasi mengatasi masalah dalam negeri. Karena itu, dana bantuan Jepang ke luar negeri, termasuk ke Indonesia, kemungkinan akan berkurang.

Selain itu, partai ini kemungkinan akan mengedepankan isu prorakyat, isu buruh, dan HAM. Hal ini berbeda dengan LDP yang mengedepankan isu pertumbuhan ekonomi dan stabilitas.

Ginandjar menyarankan agar pemerintah mencermati betul pergeseran politik di Jepang. Selain itu, pemerintah dan para politisi Indonesia sebaiknya mulai membuka kontak dengan Partai Demokrat agar bisa memahami gaya kepemimpinan mereka.

"Pemerintah dan politisi kita terbiasa berhubungan dengan LDP sejak zaman Orde Baru. Kita belum tahu gaya kepemimpinan Partai Demokrat," ujarnya. (BSW)

Tuesday, October 23, 2007

China Mengandalkan Kekuatan Lunak


I Wibowo


Kongres Ke-17 Partai Komunis China sudah dibuka pada 15 Oktober 2007 dengan sebuah pidato panjang oleh sekretaris jenderal partai itu, Hu Jintao. Sungguh sebuah pidato yang panjang, yaitu dua setengah jam! Ia berbicara tentang situasi domestik dan internasional.

Seperti yang telah diramalkan orang jauh-jauh hari, Hu memang bicara tentang "masyarakat harmonis" (hexie shehui). Tema ini diluncurkan untuk pertama kali tahun 2002 dan terus dipakai di setiap kesempatan.

Spanduk-spanduk di jalan, misalnya, pasti tidak melupakan frase "masyarakat yang harmonis". China, dalam kerangka ini, berusaha untuk membangun masyarakat yang tidak hanya memerhatikan mereka yang kaya, tetapi juga mereka yang kurang beruntung dan miskin.

Kekuatan lunak

Namun, ada satu hal yang mengejutkan di bidang hubungan internasional, yaitu ketika Hu Jintao bicara tentang soft power atau kekuatan lunak.

Biasanya, pembicaraan tentang hubungan internasional selalu dikaitkan dengan kekuatan keras atau hard power. Maka, pembicaraan berkisar pada persenjataan dan jumlah tentara. Apakah sebuah negara sedang kuat atau sedang lemah diukur dengan indikator itu. Para pengamat yang berhaluan "realis" ini—demikian mereka biasa disebut—akan memerhatikan naik turunnya anggaran belanja militer. Soft power atau kekuatan lunak justru mengacu kepada hal-hal yang sebaliknya.

Konsep yang dilemparkan Joseph Nye dari Universitas Harvard ini sebenarnya mau melihat sisi lain dari kekuatan Amerika Serikat. Negara ini memang memiliki senjata paling banyak dan paling canggih, tetapi kekuatan Amerika Serikat juga ada pada kekuatan lunaknya. Ini dibuktikan dengan betapa orang di seluruh dunia mengagumi sistem ekonomi ataupun politik Amerika, juga produk-produk kebudayaannya. Nilai-nilai yang diperjuangkannya (kebebasan, demokrasi) memikat banyak orang. Nye berpendapat Amerika Serikat dapat menundukkan negara lain hanya dengan kekuatan lunak ini.

Rupa-rupanya hal ini pula yang ingin dikejar China. Hu Jintao sudah beberapa kali—pada beberapa kesempatan—bicara tentang kekuatan lunak ini. Misalnya, dalam kesempatan sebuah konferensi para seniman dan sastrawan pada bulan November 2006, Hu membuat sebuah pernyataan yang tajam, "Pokok paling penting untuk dibahas adalah bagaimana mendefinisikan arah yang benar bagi perkembangan kebudayaan negara kita, bagaimana menciptakan sebuah kebudayaan nasional yang baru dan megah, bagaimana meningkatkan daya saing internasional dari kebudayaan negara kita, dan bagaimana memperbaiki kekuatan lunak nasional".

Hu persis menyentuh inti dari kekuatan lunak, yaitu kebudayaan. Semakin sebuah kebudayaan negara memikat dan dikagumi orang, semakin besar kekuatan lunak negara tersebut.

Kebudayaan China

Bagaimana perkembangan kekuatan lunak China di dunia saat ini? Dengan kebangkitan ekonominya yang demikian dahsyat, China sebenarnya telah menebarkan kekuatan lunaknya. Tidak ada negara yang tidak mengagumi China! Namun, di samping itu, kekuatan lunak China juga muncul dari semua prestasi di bidang kebudayaan, seperti film, musik, lukis, dan pahat.

Nama-nama seperti Zhang Yimou, Chen Kaige (film), Lang Lang (piano), dan Fang Lijun (lukis) telah akrab di telinga para pengagum kebudayaan China. Begitu pula di bidang olahraga. Nama Lu Xiang menjulang sebagai satu-satunya orang non-Afrika yang bisa merebut emas Olimpiade dalam lari rintangan. Pada akhirnya, sejarah China yang sedemikian tua menjadi daya tarik yang tidak ada habisnya. Museum-museum di China selalu menjadi sasaran kunjungan setiap turis untuk mengagumi perkembangan kebudayaan China dari abad ke abad yang merentang sepanjang 5.000 tahun.

Meski demikian, Hu tampak belum puas. Pada saat ini sedang dilakukan kampanye besar-besaran untuk menyiarkan kebudayaan China, yaitu lewat Institut Konfusius (kongzi xueyuan). Sampai Mei 2007 telah didirikan 155 Konfusius Institut di 53 negara di lima benua. Menurut rencana, sampai tahun 2010 akan berdiri 500 Institut Konfusius di seluruh dunia.

Dua bulan lalu di Indonesia juga sudah disetujui berdirinya empat Institut Konfusius di empat kota. Sama seperti yang dilakukan oleh Inggris, Perancis, dan Jerman, China mendirikan Konfusius Institut ini untuk memperluas penutur bahasa Mandarin. Pemerintah China menyediakan dana amat besar untuk semua Konfusius Institut ini.

Kebangkitan China di Asia

Jika kemajuan di bidang kekuatan lunak ini terus meningkat, China memang dapat dikatakan telah melengkapi kekuatan keras yang dimilikinya. Kekuatan militer China saat ini sudah dapat dikatakan yang terbesar di Asia, dan China masih terus berusaha untuk meningkatkannya. Ini tidak berarti bahwa China telah mencapai tingkat kekuatan sebuah superpower.

Yang menarik dari meningkatnya kekuatan lunak, kini China lebih mudah untuk berdiplomasi. Kekuatan keras memang sering dipandang sebagai perpanjangan dari diplomasi, tetapi kekuatan lunak ternyata merupakan kekuatan (power) yang tidak kalah pentingnya. China tampak telah belajar banyak.

Pidato Hu Jintao dalam Kongres Ke-17 Partai Komunis China, dengan demikian, telah membuka dimensi baru dalam gerak kebangkitan China di Asia ataupun di dunia pada umumnya. Amerika Serikat dikabarkan mulai risau dengan meningkatnya kekuatan lunak China ini.

Negara-negara di Asia Timur, termasuk Asia Tenggara, kiranya sudah mulai terbiasa dengan soft power yang ditebarkan oleh China ini. Ketika Hu mengatakan hal itu, dia sebenarnya hanya menggarisbawahi apa yang sedang dan sudah terjadi.

I Wibowo Kepala Centre for Chinese Studies, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

China Mengandalkan Kekuatan Lunak


I Wibowo


Kongres Ke-17 Partai Komunis China sudah dibuka pada 15 Oktober 2007 dengan sebuah pidato panjang oleh sekretaris jenderal partai itu, Hu Jintao. Sungguh sebuah pidato yang panjang, yaitu dua setengah jam! Ia berbicara tentang situasi domestik dan internasional.

Seperti yang telah diramalkan orang jauh-jauh hari, Hu memang bicara tentang "masyarakat harmonis" (hexie shehui). Tema ini diluncurkan untuk pertama kali tahun 2002 dan terus dipakai di setiap kesempatan.

Spanduk-spanduk di jalan, misalnya, pasti tidak melupakan frase "masyarakat yang harmonis". China, dalam kerangka ini, berusaha untuk membangun masyarakat yang tidak hanya memerhatikan mereka yang kaya, tetapi juga mereka yang kurang beruntung dan miskin.

Kekuatan lunak

Namun, ada satu hal yang mengejutkan di bidang hubungan internasional, yaitu ketika Hu Jintao bicara tentang soft power atau kekuatan lunak.

Biasanya, pembicaraan tentang hubungan internasional selalu dikaitkan dengan kekuatan keras atau hard power. Maka, pembicaraan berkisar pada persenjataan dan jumlah tentara. Apakah sebuah negara sedang kuat atau sedang lemah diukur dengan indikator itu. Para pengamat yang berhaluan "realis" ini—demikian mereka biasa disebut—akan memerhatikan naik turunnya anggaran belanja militer. Soft power atau kekuatan lunak justru mengacu kepada hal-hal yang sebaliknya.

Konsep yang dilemparkan Joseph Nye dari Universitas Harvard ini sebenarnya mau melihat sisi lain dari kekuatan Amerika Serikat. Negara ini memang memiliki senjata paling banyak dan paling canggih, tetapi kekuatan Amerika Serikat juga ada pada kekuatan lunaknya. Ini dibuktikan dengan betapa orang di seluruh dunia mengagumi sistem ekonomi ataupun politik Amerika, juga produk-produk kebudayaannya. Nilai-nilai yang diperjuangkannya (kebebasan, demokrasi) memikat banyak orang. Nye berpendapat Amerika Serikat dapat menundukkan negara lain hanya dengan kekuatan lunak ini.

Rupa-rupanya hal ini pula yang ingin dikejar China. Hu Jintao sudah beberapa kali—pada beberapa kesempatan—bicara tentang kekuatan lunak ini. Misalnya, dalam kesempatan sebuah konferensi para seniman dan sastrawan pada bulan November 2006, Hu membuat sebuah pernyataan yang tajam, "Pokok paling penting untuk dibahas adalah bagaimana mendefinisikan arah yang benar bagi perkembangan kebudayaan negara kita, bagaimana menciptakan sebuah kebudayaan nasional yang baru dan megah, bagaimana meningkatkan daya saing internasional dari kebudayaan negara kita, dan bagaimana memperbaiki kekuatan lunak nasional".

Hu persis menyentuh inti dari kekuatan lunak, yaitu kebudayaan. Semakin sebuah kebudayaan negara memikat dan dikagumi orang, semakin besar kekuatan lunak negara tersebut.

Kebudayaan China

Bagaimana perkembangan kekuatan lunak China di dunia saat ini? Dengan kebangkitan ekonominya yang demikian dahsyat, China sebenarnya telah menebarkan kekuatan lunaknya. Tidak ada negara yang tidak mengagumi China! Namun, di samping itu, kekuatan lunak China juga muncul dari semua prestasi di bidang kebudayaan, seperti film, musik, lukis, dan pahat.

Nama-nama seperti Zhang Yimou, Chen Kaige (film), Lang Lang (piano), dan Fang Lijun (lukis) telah akrab di telinga para pengagum kebudayaan China. Begitu pula di bidang olahraga. Nama Lu Xiang menjulang sebagai satu-satunya orang non-Afrika yang bisa merebut emas Olimpiade dalam lari rintangan. Pada akhirnya, sejarah China yang sedemikian tua menjadi daya tarik yang tidak ada habisnya. Museum-museum di China selalu menjadi sasaran kunjungan setiap turis untuk mengagumi perkembangan kebudayaan China dari abad ke abad yang merentang sepanjang 5.000 tahun.

Meski demikian, Hu tampak belum puas. Pada saat ini sedang dilakukan kampanye besar-besaran untuk menyiarkan kebudayaan China, yaitu lewat Institut Konfusius (kongzi xueyuan). Sampai Mei 2007 telah didirikan 155 Konfusius Institut di 53 negara di lima benua. Menurut rencana, sampai tahun 2010 akan berdiri 500 Institut Konfusius di seluruh dunia.

Dua bulan lalu di Indonesia juga sudah disetujui berdirinya empat Institut Konfusius di empat kota. Sama seperti yang dilakukan oleh Inggris, Perancis, dan Jerman, China mendirikan Konfusius Institut ini untuk memperluas penutur bahasa Mandarin. Pemerintah China menyediakan dana amat besar untuk semua Konfusius Institut ini.

Kebangkitan China di Asia

Jika kemajuan di bidang kekuatan lunak ini terus meningkat, China memang dapat dikatakan telah melengkapi kekuatan keras yang dimilikinya. Kekuatan militer China saat ini sudah dapat dikatakan yang terbesar di Asia, dan China masih terus berusaha untuk meningkatkannya. Ini tidak berarti bahwa China telah mencapai tingkat kekuatan sebuah superpower.

Yang menarik dari meningkatnya kekuatan lunak, kini China lebih mudah untuk berdiplomasi. Kekuatan keras memang sering dipandang sebagai perpanjangan dari diplomasi, tetapi kekuatan lunak ternyata merupakan kekuatan (power) yang tidak kalah pentingnya. China tampak telah belajar banyak.

Pidato Hu Jintao dalam Kongres Ke-17 Partai Komunis China, dengan demikian, telah membuka dimensi baru dalam gerak kebangkitan China di Asia ataupun di dunia pada umumnya. Amerika Serikat dikabarkan mulai risau dengan meningkatnya kekuatan lunak China ini.

Negara-negara di Asia Timur, termasuk Asia Tenggara, kiranya sudah mulai terbiasa dengan soft power yang ditebarkan oleh China ini. Ketika Hu mengatakan hal itu, dia sebenarnya hanya menggarisbawahi apa yang sedang dan sudah terjadi.

I Wibowo Kepala Centre for Chinese Studies, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Monday, October 22, 2007

Dunia Terbalik, Barat Khawatirkan Serbuan Perusahaan Negara Berkembang


Go to hell with your aid! Demikian kalimat terkenal yang pernah diucapkan almarhum mantan Presiden Soekarno. Perasaan yang lebih kurang serupa sedang mengidap para pejabat negara Barat.

Mereka mulai khawatir dan takut akan sepak terjang perusahaan-perusahaan milik negara berkembang yang kaya-raya. Perusahaan ini mengelola dana milik negara yang disebut sebagai sovereign wealth funds (SWFs).

Harian Inggris The Independent, misalnya, menuliskan artikel berjudul "SWFs: Enemies of the state?". Ada lagi, situs MarketWatch menuliskan, "SWFs Too Big To Ignore".

Mengapa demikian? SWFs kini mengontrol lebih dari 2,2 triliun dollar AS dana investasi atau sekitar enam kali lipat produksi domestik bruto (PDB) Indonesia.

Dana SWFs bersumber dari hasil ekspor minyak dan gas, terutama di sejumlah negara anggota OPEC (negara-negara eksportir minyak dunia). Sayang, Indonesia sama sekali tak memiliki SWFs. Malah Singapura, yang tak punya kekayaan alam apa pun, justru memiliki dua SWFs (lihat tabel). Rusia pun kini memiliki SWFs, hasil rezeki nomplok dari migas, yang lagi-lagi tak dinikmati Indonesia. Malah rakyat Indonesia menderita berupa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), bukannya menikmati kenaikan harga minyak dunia.

SWFs mengontrol dana-dana lebih besar dari yang dikelola perusahaan dana investasi global. Investasi SWFs kini merambah ke mana-mana, termasuk ke negara Barat.

Mereka menjadi baron-baron pembeli aset di berbagai perusahaan besar di negara Barat, seperti Inggris, AS, dan di beberapa negara lainnya. SWFs telah tumbuh menjadi sebuah kekuatan global, yang bahkan disebut-sebut akan menenggelamkan kekuatan investasi Barat.

Menurut perusahaan investasi AS, Merrill Lynch, pada 2011 total dana investasi SWFs akan menjadi 7,9 triliun dollar AS atau 12 persen dari PDB dunia pada saat itu. Negara-negara seperti China, Kuwait, Norwegia, Rusia, Arab Saudi, Singapura, dan Uni Emirat Arab menjadi sumber utama SWFs.

Nah, SWFs kini sudah mulai memasuki investasi yang berisiko seperti saham obligasi. Investasi jenis ini dianggap lebih berisiko. Karena itu, para menteri keuangan dari kelompok G-7 (Kanada, AS, Jepang, Jerman, Inggris, Perancis, dan Italia) menyerukan agar investasi SWFs dilakukan secara sehat dan transparan. Masalahnya, semakin besar aset berisiko yang dibeli oleh SWFs, akan semakin besar pula risiko pada volatilitas sektor keuangan.

Hal inilah yang menjadi salah satu pembahasan menkeu G-7 di Washington, Jumat (19/10) lalu. Menkeu Jepang Fukushiro Nukaga mengatakan, "Ada beberapa ketidakpastian dari gerak-gerik SWFs. Ada perdebatan soal transparansi SWFs."

Apakah SWFs berbahaya dibandingkan dengan hedge funds, julukan bagi dana-dana investasi besar milik warga kaya dunia? Dana jenis ini malah dikelola secara serampangan.

Apakah isu SWFs dimunculkan untuk mengelabui praktik kejahatan kerah putih, yang kini melanda perusahaan raksasa dunia dan ternama seperti Goldman Sachs, Standard & Poor’s, Moody’s Investor Services, dan lainnya?

Tak jelas apa yang membuat Barat takut dengan SWFs. Namun, rumor sudah beredar soal keberadaan SWFs.

Bahkan, SWFs asal Timur Tengah sudah dicurigai sebagai alat imperialisme di Barat lewat pasar uang dan pembelian berbagai kekayaan Barat.

Belum terlalu jelas apa yang menjadi kekhawatiran. Namun, SWFs untuk pertama kali sudah menjadi bahan pembicaraan sejak muncul pada dekade 1950-an lalu. (AFP/MON)

Saturday, October 20, 2007

BOM PAKISTAN


Tak Bisa Asal Tunjuk dan Asal Tuduh

Jika ada negara yang telah dengan mudah dan terburu-buru menetapkan Al Qaeda sebagai dalang di balik peledakan bom Pakistan, berbagai pengamat politik dalam negeri dan luar negeri Pakistan justru mengaku kesulitan menetapkan satu kelompok atau individu tertentu sebagai pelaku.

Hal itu juga diakui juru bicara mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, Bashir Riaz, Jumat (19/10) di Inggris. Dia menegaskan, amat sulit menetapkan atau bahkan sekadar berspekulasi mengenai dalang di balik ledakan bom itu. "Terlalu banyak musuh politik dan nonpolitik. Jadi, saat ini tidak bisa main tunjuk pelakunya," ujarnya.

Kepala Lembaga Kajian Yayasan Asia Pasifik di London Gohel membenarkan adanya kelompok yang bisa dituduh sebagai pelaku. Bahkan, banyak kelompok yang bisa dianggap pelakunya. Apalagi, menurut Gohel, Karachi adalah wilayah yang sering menjadi tempat konflik sektarian dan berbagai serangan elemen radikal ekstremis.

Siapa pun bisa menjadi pelaku. Bisa kelompok Al Qaeda, Taliban, atau Presiden Pervez Musharraf, seperti yang diduga banyak pihak. Jauh-jauh hari Bhutto sudah mengumumkan rencana pulang ke Pakistan. Lengkap dengan jadwal pesawat. Tentu ini membuka celah bagi musuh Bhutto untuk mempersiapkan strategi serangan.

"Tentu kami khawatir dengan kemungkinan serangan itu. Kami sadar bahaya mengintai. Namun, kami yakin serangan apa pun tidak akan mengganggunya karena beliau ada di Pakistan untuk memimpin partai agar bisa ikut pemilu. Saya tahu beliau orang yang punya tekad kuat dan berani," kata Riaz.

Ketika bertemu dengan Partai Rakyat Pakistan (PPP) di London dua pekan lalu, Bhutto menyinggung tentang bangkitnya kelompok militan di Pakistan. Dia mengaku khawatir terjadi kekerasan di jalanan. Namun, sebelum sampai di Karachi, Bhutto dengan tegas menyatakan "Saya tidak akan terintimidasi siapa pun. Meski saya tahu ada yang mengancam akan membunuh saya, saya akan terus melawan tirani," ujarnya.

Gohel menduga ada pihak yang tidak setuju dengan perundingan pembagian kekuasaan Bhutto dengan Musharraf. "Pihak di Barat yang mendukung negosiasi ini tidak benar-benar paham soal dinamika internal Pakistan. Karena itu, saya yakin pasti akan ada yang jadi korban gara-gara perundingan itu," ujarnya. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

PAKISTAN


Cerita Serangan Bom Bunuh Diri yang Tak Ada Habisnya...

Dalam tiga bulan terakhir, Pakistan tidak henti-hentinya diguncang serangan bom bunuh diri. Beragam krisis, mulai dari pengepungan Masjid Merah di Islamabad, pemecatan Hakim Agung Iftikhar Chaudhry, hingga kembalinya mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto dari pengasingan, memicu terjadinya serangan bom.

Kantor berita Reuters menghitung sedikitnya 350 orang tewas dalam serangan bom bunuh diri sepanjang Juli-September 2007. Kebanyakan korban adalah anggota paramiliter dan polisi. Jumlah korban tewas semakin banyak menyusul serangan bom bunuh diri terakhir di Karachi, Kamis (18/10) malam waktu setempat, yang menewaskan 136 orang.

Serangan bom bunuh diri selama Juli 2007 terhitung paling parah dengan korban mencapai 140 orang tewas dalam 13 serangan. Antara serangan satu dan serangan berikutnya hanya berjarak satu atau dua hari.

Serangan terburuk terjadi pada 14 Juli saat pelaku bom bunuh diri menewaskan 24 anggota paramiliter di Waziristan Utara. Tiga serangan bom terpisah pada 19 Juli menewaskan sedikitnya 52 orang, yaitu 30 orang di kota Hub, tujuh orang di Hangu, dan 15 di Kohat.

Selama Agustus 2007, tiga serangan bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 13 orang. Korban tewas hampir seluruhnya paramiliter dan polisi. Mereka diserang saat konvoi atau saat berada di pos pemeriksaan.

Tiga paramiliter tewas dalam serangan bom pada 20 Agustus dan lima tentara tewas dalam serangan atas konvoi di Waziristan pada 24 Agustus. Serangan pada 26 Agustus di Desa Swat menewaskan empat polisi.

Serangan pada bulan September 2007 juga meminta korban sedikitnya 61 orang tewas dalam empat serangan bom bunuh diri. Serangan terburuk terjadi di Rawalpindi dengan korban 25 orang tewas pada 4 September.

Tentara, paramiliter, dan polisi sering menjadi sasaran kelompok bersenjata yang memang tengah diburu militer. Namun, warga sipil pun tidak urung menjadi korban.

Operasi militer oleh Presiden Pervez Musharraf dalam menangani berbagai krisis di Pakistan hanya membawa keberhasilan jangka pendek. Sayangnya, operasi militer itu mendatangkan korban tewas lebih banyak, baik dari kalangan militer maupun sipil. (reuters/fro)

Dunia Kecam Bom di Pakistan


Para Pemimpin Negara Mendorong Kampanye Melawan Terorisme

washington, jumat - Ledakan bom bunuh diri di Pakistan membuat geram para pemimpin dunia, Jumat (19/10). Aksi terorisme seperti itu lalu dianggap sebagai alasan kuat pentingnya kampanye melawan terorisme.

Kecaman datang dari banyak negara, antara lain Indonesia, Rusia, India, China, Afganistan, Australia, Jepang, AS, Perancis, Banglades, Inggris, Uni Eropa (UE), serta PBB. Pernyataan tertulis Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyebutkan, PBB mengecam serangan teroris yang menewaskan 136 orang dan melukai 387 orang itu. PBB yakin kekuatan politik mampu bertindak bersama-sama demi memperkuat kesatuan nasional.

Kecaman keras juga datang dari UE yang juga mendesak Pakistan segera menangkap pelaku peledakan bom. Hal serupa juga diungkapkan Pemerintah Indonesia melalui Juru Bicara Departemen Luar Negeri Kristiarto Legowo. "Kami harap mereka yang bertanggung jawab dapat segera ditangkap dan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Pemerintah RI juga menyampaikan simpati dan belasungkawa kepada pemerintah dan keluarga korban," ujarnya.

China juga mengingatkan agar Pakistan tetap mempertahankan stabilitas pascaledakan. Sebagai rekan dekat Pakistan, juru bicara Deplu China Liu Jianchao berharap Pakistan mampu mempertahankan stabilitas sosialnya.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy berharap dan mengingatkan Pakistan untuk memastikan agar proses persiapan pemilu legislatif bisa berjalan seperti rencana.

Dukungan dan simpati tak hanya datang dari negara kategori "teman", tetapi juga dari negara yang sering terlibat pertikaian, seperti India yang kerap menuduh Pakistan melindungi kelompok perlawanan di Kashmir. "Terorisme seperti itu harus dilawan semua negara," kata jubir Deplu India, Navtej Sarna.

Lawan terorisme

Selain mengecam peledakan bom itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga meminta dunia bersatu melawan terorisme dan ekstremis. Seruan serupa juga datang dari Jepang. "Komunitas internasional harus kerja sama untuk menangani terorisme ini," sebut pernyataan tertulis Jepang.

Serangan terorisme di Pakistan itu menurut Presiden Afganistan Hamid Karzai menjadi pengingat bagi komunitas internasional untuk serius menangani terorisme bersama-sama. "Peristiwa ini sekali lagi membuktikan bahwa kita harus memerhatikan masalah ini dengan serius," ujarnya.

Pemerintah AS yang selama ini menganggap Pakistan sebagai rekan setia meminta agar peristiwa itu jangan menghambat pemilu. "Jangan biarkan ekstremis mengganggu," kata juru bicara Badan Keamanan Nasional AS di Gedung Putih, Gordon Johndroe.

Hingga kini belum ada negara yang menuding kelompok tertentu sebagai pelaku peledakan. Hanya Australia, melalui Menlu Alexander Downer, yang buru-buru menuding jaringan Al Qaeda sebagai pelaku ledakan bom bunuh diri itu. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

"Musuh Lama" di Balik Ledakan


Bom Bunuh Diri Akibatkan 136 Orang Tewas dan 387 Cedera

karachi, jumat - Mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto, Jumat (19/10), menuding kelompok pendukung mantan pemimpin militer Pakistan Mohammed Zia ul-Haq sebagai dalang di balik serangan bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 136 orang dan mencederai 387 orang pada Kamis malam.

Tanpa ragu-ragu Bhutto lantas menunjuk mantan anggota rezim Zia sebagai otak atau dalang serangan bom ketika Bhutto sedang mengikuti pawai penyambutan kepulangannya setelah selama delapan tahun mengasingkan diri di Inggris, Kamis malam.

Ketika diwawancarai majalah Paris-Match versi internet, Bhutto mengatakan, otak serangan itu ialah orang yang pernah berkuasa pada pemerintahan Zia dan sampai saat ini masih berkuasa.

Bagi kelompok itu, kepulangan dan janji Bhutto memulihkan demokrasi akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan kekuasaan mereka. Zia adalah "musuh lama" keluarga Bhutto. Pada tahun 1977 Zia pernah menggulingkan posisi ayah Bhutto, Zulfikar Ali Bhutto, dari kursi perdana menteri. Dua tahun kemudian ayah Bhutto dihukum gantung. Zia yang menjadi presiden dan panglima Angkatan Bersenjata Pakistan tahun 1978-1988 itu tewas dalam kecelakaan pesawat pada tahun 1988.

Meski ekstremis yang mendalangi serangan itu, Bhutto menuding Pemerintah Pakistan ikut bersalah. Pasalnya, kelompok itu tak dapat beroperasi tanpa dukungan atau bantuan logistik dari pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk penyediaan bahan peledak.

Ledakan bom yang terjadi Kamis malam itu diakui kepolisian tidak dilakukan sembrono, tetapi penuh perhitungan. Dari polanya pun, menurut Kepala Kepolisian Karachi Azhar Farooqui, tampak jelas ledakan bom itu bukan "hasil karya orang baru atau amatir". Kepolisian memperkirakan bom seberat 15-20 kilogram itu berisi peluru dan paku. Akibatnya, daya ledak bom itu menjadi lebih kuat, luas, dan mematikan.

Sedikitnya 136 orang tewas dan 387 terluka saat Bhutto dan rombongan hendak menuju ke kompleks makam ayahnya dan Bapak Bangsa Pakistan, Mohammad Ali Jinnah. Ledakan bom terjadi hanya 5 meter dari truk khusus yang dipakai Bhutto menyusuri jalanan pusat kota Karachi.

Saat itu jalan dipadati pendukung yang menanti kepulangan Bhutto sejak pagi hari. "Serangan ini jelas ditujukan untuk Bhutto dan untuk menyabotase demokratisasi di Pakistan. Sangat pasti," kata Menteri Dalam Negeri Aftab Sherpao.

Bhutto selamat tanpa luka sedikit pun karena, menurut penulis biografi Bhutto yang ikut dalam rombongan, Christina Lamb, bom bunuh diri itu meledak ketika Bhutto beristirahat sejenak di dalam truk yang khusus dirancang untuk pawai kepulangan Bhutto. "Benazir sudah berdiri di atas atap truk ini selama 10 jam untuk melambaikan tangan kepada ratusan ribu pendukungnya. Beliau merasa lelah dan minta istirahat," tutur Lamb.

Sebenarnya, sebelumnya kepolisian menyarankan agar Bhutto berlindung di balik kaca antipeluru truk, tetapi Bhutto tak bersedia. "Tetapi, dia tahu betul sedang diincar. Dia sempat mengaku takut ketika hari mulai gelap. Penembak jitu pasti sudah bersiap di atap gedung. Untung saja truk ini punya ruangan di bawah," tutur Lamb kepada Sky News.

Sebelum ledakan bom bunuh diri terjadi, ada ledakan berskala kecil dari granat tangan yang dilemparkan ke tengah-tengah kerumunan massa. "Ledakan pertama berasal dari granat dan ledakan kedua jelas dari bom bunuh diri. Pelakunya lari ke tengah kerumunan dan meledakkan dirinya," kata Farooqui.

Para saksi mata menuturkan situasi saat itu kacau-balau. Darah dan potongan anggota tubuh berceceran di jalanan. "Seperti berjalan di tengah-tengah lahan penjagalan. Banyak korban tergeletak di jalan. Ada yang tubuhnya utuh. Banyak yang tidak utuh lagi dan tercerai-berai," kata wartawan foto dari AFP yang mengikuti sejak awal konvoi kendaraan Bhutto.

Dari lokasi ledakan, kepolisian mengaku menemukan kepala tersangka pelaku peledakan bom. Kini kepala dan potongan tubuh yang lain tengah diperiksa di laboratorium kepolisian Karachi.

Setelah dinanti-nanti, akhirnya Bhutto mengecam keras aksi peledakan bom itu. Ia juga menyatakan ratusan ribu pendukungnya telah berkorban demi tegaknya demokrasi. "Kami mengecam serangan itu. Doa dan simpati kami mengiringi mereka yang telah sepenuh jiwa berkorban demi demokrasi. Pengorbanan mereka tidak akan sia-sia," ujarnya.

Presiden Pervez Musharraf juga mengecam ledakan dan menganggap serangan itu sebagai "konspirasi untuk menentang demokrasi". "Presiden meminta warga Karachi tenang dan sabar. Siapa pun yang bersalah akan ditindak oleh pemerintah dan dihukum," sebut pernyataan tertulisnya.

Tak akan mundur

Meski nyaris menjadi korban, Bhutto akan bertahan tinggal di Pakistan demi pemilu. Senator dari Partai Rakyat Pakistan, Safdar Abbasi, menegaskan, Bhutto tak akan mengubah rencana. "Perjuangan untuk demokrasi ini akan berlanjut. Kami akan mengikuti pemilu," ujarnya.

Hingga kini pelaku peledakan belum diketahui dan belum ada satu pihak pun yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa itu. Namun, suami Bhutto, Asif Ali Zardari, menuding badan intelijen Pakistan yang dipimpin veteran Brigadir Ijaz Shah yang dekat dengan Musharraf terlibat.

Bhutto pernah mengatakan, ada pensiunan intelijen yang berhubungan dekat dengan elemen ekstremis. Bhutto yakin mereka yang akan menyerangnya. Sebelum kembali ke Pakistan, Bhutto mendapatkan ancaman dari Al Qaeda dan Taliban. Keduanya mengaku akan membunuh Bhutto begitu sampai di Pakistan. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

TAJUK Rencana

Krisis Turki-Kurdi Mengkhawatirkan

Rencana serangan Turki ke wilayah Irak utara, tempat orang-orang Kurdi, menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran baru masyarakat internasional.

Sudah terbayang, pertama, aksi militer itu akan memberikan sumbangan terhadap naiknya harga minyak dunia. Kedua, aksi militer itu akan mengacaukan proses perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Naiknya harga minyak dunia sudah terasa. Hari Rabu harga minyak mentah 89 dollar AS per barrel. Harga minyak mentah dunia pernah mencapai 90,46 dollar AS per barrel pada tahun 1980, setahun setelah Revolusi Iran dan saat awal perang Irak-Iran. Tahun ini harga rata-rata minyak 67 dollar AS per barrel.

Irak merupakan negara penghasil minyak ketiga terbesar di dunia setelah Arab Saudi dan Iran. Produksi minyak Irak, tahun 2004, pulih mendekati tingkat produksi sebelum perang, yakni 2,4 juta barrel per hari, tetapi akhir-akhir ini anjlok lagi karena memburuknya situasi keamanan di negeri itu.

Kini, setelah Parlemen Turki menyetujui rencana pemerintah pimpinan PM Recep Tayyip Erdogan untuk menyerang Irak utara, dikhawatirkan harga minyak akan tak terkendali. Naiknya harga minyak, memang, menguntungkan negara produsen, tetapi memberatkan negara-negara konsumen, termasuk Indonesia.

Namun, Turki berpendapat, pemberontak Kurdi yang tergabung dalam Partai Buruh Kurdistan (PKK) di Irak utara memang harus mendapat hukuman. Pemerintah Ankara kehilangan kesabaran atas aksi militer PKK.

Kelompok yang akar perjuangannya Marxis-Leninis dan dibentuk akhir tahun 1970-an itu pada tahun 1984 pernah mengobarkan perlawanan militer terhadap Pemerintah Turki. Tujuan mereka adalah untuk membentuk negara Kurdi merdeka di wilayah Turki.

Sejak pemberontakan itu, tercatat lebih dari 37.000 orang tewas. Pemerintah Turki tetap tidak mau berunding dengan mereka karena menganggap PKK sebagai organisasi teroris, yang setelah invasi militer AS ke Irak memperoleh keleluasaan bergerak lagi.

Andaikata serangan militer itu benar-benar dilakukan, hal itu tentu akan memperburuk situasi di kawasan itu. Di satu sisi, kita bisa memahami, Turki bertindak tegas terhadap kelompok yang mengancam ketenteraman wilayah dan rakyatnya. Sejumlah negara di kawasan itu, seperti Suriah dan Iran, pun mendukung.

Akan tetapi, di sisi lain, tentu perlu dicari penyelesaian yang lebih elegan untuk memperkecil risiko jatuhnya banyak korban manusia. Karena itu, Pemerintah Irak dan juga AS diharapkan berperan untuk menindak aksi militer PKK di wilayah utara itu.

Terganggu Lagi Harga Minyak

Itulah kenyataan yang harus kita hadapi. Saat kita baru saja mulai merasakan kembali geliat ekonomi, kita dihadapkan lagi pada kenaikan harga minyak dunia.

Kenaikan harga minyak dunia memang luar biasa. Sekarang ini angkanya mendekati 90 dollar AS per barrel. Pemicunya kita tahu semua adalah kekhawatiran terjadinya serangan militer oleh Turki terhadap kelompok separatis Kurdi yang tinggal di wilayah Irak utara.

Era teknologi informasi membuat setiap informasi bisa tersebar dengan cepat. Di satu sisi hal seperti itu sangatlah menguntungkan, tetapi di sisi lain memberikan dampak negatif, yakni cepatnya orang lalu berspekulasi sehingga membuat harga minyak naik.

Akibat negatif yang lain, apa yang terjadi di satu wilayah dunia sekarang ini pengaruhnya langsung mondial. Tingginya harga minyak dirasakan bebannya oleh semua negara yang ada di dunia.

Tentu kita tidak menutup mata bahwa banyak negara yang sangat diuntungkan. Negara produsen minyak, seperti negara-negara Timur Tengah dan Eropa Utara termasuk Rusia, menikmati betul bonanza minyak. Hal yang sama pernah kita rasakan ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia yang luar biasa tahun 1970-an.

Pertanyaannya, mengapa kita tidak bisa menikmati rezeki nomplok dari kenaikan harga minyak dunia sekarang ini? Jawabnya, karena produksi minyak kita setiap tahun justru semakin menurun. Bahkan jumlah produksinya jauh di bawah kebutuhannya, sehingga yang terjadi defisit yang oleh pengamat ekonomi Faisal Basri diperkirakan tahun ini mencapai 9 miliar dollar AS.

Tentu kita bertanya lagi, apakah negeri ini memang sudah kehabisan cadangan minyaknya? Ataukah negeri ini tidak cukup menarik lagi bagi hadirnya investasi baru di bidang pengeboran minyak? Yang kedualah menjadi jawabannya. Kita tidak cukup menarik lagi bagi hadirnya investasi baru karena banyaknya ketidakpastian akibat terlalu sering berubahnya keputusan. Padahal, semua orang tahu investasi di pengeboran minyak adalah investasi yang padat modal dan berisiko tinggi.

Kita tidak bisa tinggal diam menghadapi fenomena yang sedang terjadi. Kenaikan harga minyak di tengah semakin menurunnya kemampuan produksi kita akan memukul perekonomian secara keseluruhan. Kita pernah merasakan hal itu ketika harga minyak melambung hingga 65 dollar AS per barrel menjelang akhir tahun 2005 dan kebijakan yang kemudian kita tempuh membuyarkan perekonomian yang sedang menggeliat.

Semua itu tentunya berpulang kepada kebijakan energi yang ingin kita tempuh. Kebijakan itu mencakup dua aspek, yakni aspek produksi dan aspek penggunaannya. Dari aspek produksi menjadi tantangan adalah bagaimana memacu hadirnya kembali investasi baru di bidang penemuan dan pengeboran minyak baru.

Dari aspek penggunaannya, bagaimana strategi besar untuk membuat kita tidak terlalu terpengaruh oleh kenaikan harga minyak dunia. Begitu banyak energi alternatif yang kita miliki. Begitu banyak kebijakan yang sudah dikeluarkan, tetapi semua itu tidak bisa dijalankan dan kita tetap sangat bergantung pada minyak.