Keluarga Ningrat Itu Masih Kontroversial
Moskwa, Minggu - Umat Ortodoks dan kaum bangsawan pekan ini diperkirakan beramai-ramai mengenang tsar terakhir, Nicholas II, dan keluarganya, yang terbunuh 90 tahun lalu oleh agen-agen Bolshevik.
Sejak hari Minggu (13/7), kota Yekaterinburg di Pegunungan Ural menggemakan paduan suara, dentangan lonceng, dan doa. Umat akan mengenang pembunuhan dinasti yang telah berumur ratusan tahun itu.
Upacara akan berpuncak hari Kamis di tempat ketika pada 17 Juli 1918 agen-agen Bolshevik menembak mati Nicholas, istrinya, kelima anak mereka, tiga pelayan, dan seorang dokter.
”Kalau di masa lalu, dan terutama di masa Uni Soviet, orang menyatakan kebanggaan bahwa di sini, di Yekaterinburg, kita membunuh tsar itu, kini justru kebalikannya,” kata Uskup Agung Vikenty dari Yekaterinburg, bulan lalu, mencerminkan perubahan sikap dan peran gereja yang dihidupkan kembali. ”Orang menyadari itu adalah sebuah tragedi,” katanya pada surat kabar Yekaterinburgskaya Initsiativa.
Sebuah gereja di tempat ”rumah tujuan khusus”, demikian disebut oleh kaum Bolshevik, menjadi latar belakang untuk peringatan pekan ini. Bangunan aslinya telah dirobohkan tahun 1977 oleh ketua partai setempat, Boris Yeltsin, kemudian menjadi pemimpin pasca-Soviet pertama.
Setelah sebuah tuguran sepanjang malam, para peziarah akan berprosesi sepanjang 18 kilometer ke sebuah tambang yang tak digunakan, tempat jenazah mereka dibuang, sebelum kemudian diambil kembali, disirami dengan air asam, dan dikubur kembali di sebuah tempat lain untuk penyembunyian yang lebih efektif.
Peringatan akan lebih banyak berlangsung di kota Alapayevsk, 150 kilometer sebelah utara, pada hari ulang tahun pembunuhan. Akan hadir dalam peringatan itu seorang keturunan Dinasti Romanov, Grand Duchess Maria Vladimirovna, kini tinggal di Madrid dan mengklaim sebagai keturunan sah Nicholas.
Pekan lalu Grand Duchess itu mengajukan dua permohonan banding pengadilan. Ini adalah perjuangan yang telah berlangsung lama untuk mendapatkan pengakuan negara bahwa nenek moyangnya adalah korban-korban represi politik dan bukannya sebuah serangan acak.
Penolakan untuk ”merehabilitasi” keluarga Romanov menunjukkan ”adanya kekuatan politik yang ingin mempertahankan unsur-unsur rezim Komunis”, kata seorang pembantu Maria Vladimirovna, Alekander Zakatov. Penyesalan oleh pemimpin-pemimpin pasca-Soviet, seperti Yeltsin, tidaklah cukup.
Persatuan keluarga Romanov mengatakan akan memperingati ulang tahun itu di Saint Petersburg (dulu Leningrad).
Pilihan itu mencerminkan pendapat yang berbeda mengenai pemakaman kembali 10 tahun di Saint Petersburg atas sisa tulang belulang yang digali tahun 1991 dan diperkirakan merupakan sisa tulang belulang Nicholas, anggota keluarganya, pelayan, dan dokter keluarga itu.
Uji DNA mengonfirmasikan keaslian tulang belulang itu. Namun, Gereja Ortodoks maupun Maria Vladimirovna menolak untuk menerima bukti itu. Ada keraguan mengenai yang mana dari kelima anak itu yang digali dan apakah salah satunya, Anastasia, masih hidup?
Kelima anak Nicholas II yang dibunuh bersama orangtua mereka di ruang bawah tanah di Yekaterinburg setelah Revolusi Rusia itu adalah Alexei, Anastasia, Maria, Olga, dan Tatiana.
Pada April lalu diberitakan, uji ilmiah telah mengonfirmasikan bahwa tulang-tulang yang ditemukan tahun lalu di Rusia adalah milik dua anak Tsar Nicholas II. Para pejabat Rusia kini mengatakan semua keraguan telah dihapus setelah ditemukannya tulang belulang dan hasil uji DNA.
”Dengan banyaknya pendeta Ortodoks yang ingin mengembalikan monarki, isu keluarga Romanov tetap merupakan hal yang sangat peka, seperti juga halnya peran Gereja,” kata ahli agama Sergei Filatov dari Russian Academy of Sciences.
Dengan berkembangnya sebuah ”sekte” virtual mengenai Nicholas di Yekaterinburg, Filatov mengatakan, Gereja ”bersikap sangat hati-hati” sehingga gagasan monarki tidak dinyatakan secara terbuka. (AFP/DI)