Kamis, 21 Agustus 2008 | 00:47 WIB
Pemimpin China Mao Zedong saat menjelang ajal masih sempat berkomentar, ”Dengan kamu yang menjabat, hati saya tenang.” Ucapan Mao pada September 1976 itu saat dia mengalihkan kepemimpinan Partai Komunis China kepada Hua Guofeng. Mao meninggal sebulan kemudian.
Hua yang pernah dijuluki oleh media resmi China sebagai ”Pemimpin Bijak” meninggal dunia di Beijing hari Rabu (20/8) pukul 12.50 waktu setempat. Kantor berita China, Xinhua, dalam keterangannya menyebutkan, Hua meninggal karena sakit yang sudah tak bisa diobati pada usia 87 tahun.
Pemimpin Mao tenang karena Hua dikenal loyal kepada partai. Ia lahir di Jiaocheng, Provinsi Shanxi, dengan nama Su Zhu. Seperti banyak pemimpin China saat itu yang mengganti nama yang lebih revolusioner, maka jadilah nama Hua Guofeng.
Tahun 1938, Hua bergabung dengan Partai Komunis China dalam aksi melawan Jepang. Ini setelah dia ikut dalam long march yang dipimpin Mao pada tahun 1936. Tahun 1949, Hua bersama Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pindah ke Hunan, di mana dia menjadi pejabat lokal sampai tahun 1971.
Mao mulai kepincut kepada Hua saat menjadi pemimpin partai Distrik Xiang-tan, termasuk kota asal Mao, Shaoshan. Di sana dia membangun sebuah aula peringatan yang dipersembahkan bagi Mao. Saat Mao ke sana Juni 1959, dia terkesan berat dengan apa yang dibuat Hua.
Bintang Hua pun benderang. Dia mulai ikut dalam konferensi partai. Setelah menjabat pemimpin partai Provinsi Hunan, dia terpilih sebagai anggota penuh Komite Sentral IX pada tahun 1969. Hua dipastikan sebagai pengganti Mao setelah Lin Biao yang menjadi putra mahkota tewas dalam kecelakaan pesawat tahun 1971.
”Dia seorang figur transisi penting pada akhir Revolusi Kebudayaan. Dia adalah orang yang melakukan kudeta atas apa yang dikenal dengan Kelompok Empat,” ujar Steve Tsang, mahasiswa Studi China Modern di Kolese St Antony, Oxford.
Hua menyetujui adanya komplotan militer untuk menahan janda Mao, Jiang Qing, dan anggota Kelompok Empat yang bertanggung jawab atas ekses selama Revolusi Kebudayaan. ”Jika Hua tidak melakukan ini, maka situasi bisa kacau,” ujar Tsang.
Namun, posisi Hua sebagai pemimpin China tergeser oleh Deng Xiaoping tahun 1981, dengan program reformasi ekonominya. Hua yang sempat menjabat PM China menggantikan Zhou Enlai juga digantikan Zhao Ziyang tahun 1980. Hua mulai tergeser, apalagi dia dituding terlalu mengultuskan Mao.
Kebijakan reformasi kapitalis Deng membuat mereka yang memihak Mao mulai surut. Slogan Deng ”Bukan masalah apakah kucing itu hitam atau putih sepanjang bisa menangkap tikus” membuat banyak warga China bersedia menerima reformasi. Hua pun tergusur hingga meninggal dunia. (Reuters/AFP/PPG)
No comments:
Post a Comment