Wednesday, April 2, 2008

Malaysia Kini & Peluang Anwar Ibrahim


JAKARTA - Pemilu Malaysia baru saja digelar 8 Maret lalu. Hasilnya, Barisan Nasional (BN) mengalami keterpurukan terparah sejak 50 tahun berkuasa. Koalisi BN kehilangan mayoritas 2/3 kursi di parlemen serta harus rela melepaskan lima dari 13 negara bagian yang direbut partai-partai oposisi.

Pemilu yang digelar Maret lalu dilakukan setelah Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi mengumumkan digelarnya pesta demokrasi itu lebih awal. Langkah ini tampaknya ditempuh agar tokoh oposisi Anwar Ibrahim tak bisa ikut serta mencalonkan diri dalam pemilu. Sebab, masa iddah politik Anwar baru akan berakhir 12 April.

Bagaimana peta politik di Malaysia pasca-pemilu dan bagaimana peluang kelompok oposisi untuk merebut kekuasaan dari BN yang dimotori UMNO? Berikut petikan dialog okezone dengan Presiden Teras Mohd Azmi Abdul Hamid, lembaga yang konsern pada pemberdayaan kebangsaan dan keumatan di Malaysia.

Wawancara dilakukan di sebuah restoran di bilangan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Senin (24/3/2008) malam. Cikgu Azmi, sapaan akrab Mohd Azmi Abdul Hamid, tampil bersarung, berbaju koko putih khas Melayu, dan berpeci hitam. Wawancara dilakukan hampir selama dua jam.

Hasil pemilu 8 Maret lalu sangat mengejutkan hasilnya. Faktor apa saja yang menyebabkan kekalahan koalisi BN?

Kali ini BN memang tidak mendapatkan 2/3 kekuasaannya. Mereka memang masih berkuasa secara nasional, namun mereka mengalami kekalahan telak di 5 negara bagian, yaitu Kedah, Kelantan, Perak, Penang, dan Selangor, juga di wilayah persekutuan.

Ini suatu kejutan yang tidak disangka. Sebelumnya, dalam kampanye Barisan nasional, mereka optimistis hasilnya positif. Tapi ternyata, keresahan masyarakat sejak 2004, seperti kasus korupsi yang besar dan tidak diambil tindakan, juga kepincangan di institusi kehakiman, dan beberapa situasi harian di mana kriminalitas meningkat dan biaya hidup semakin tinggi, tidak mendapatkan perhatian dan berakhir pada sokongan kepada oposisi.

Yang paling berpengaruh dan menimbulkan kekecewaan di masyarakat adalah adanya manipulasi surat suara.

Ada demokrasi yang tidak bersih, dibuktikan oleh beberapa kelompok dan juga oposisi. Ada pula proyek mega yang tidak memberikan manfaat kepada masyarakat, seperti south economy coridor di Johor, north economy coridor, dan juga east economy coridor. Semuanya tidak memberi benefit kepada masyarakat.

Terakhir, kebangkitan orang-orang India yang dimotori Hindraf, dan itu dihadapi pemerintah dengan represif. Sama halnya dengan orang China yang menghadapi kekecewaan ekonomi.

Keadaan politik saat ini merupakan gambaran protes, tidak hanya dari oposisi, tetapi juga dari internal UMNO, MCI, dan MIC. Ada perubahan sikap dan berbentuk amarah terhadap Badawi. Juga kekecewaan terhadap peran menantu Badawi yang mengatur calon-calon di Barisan Nasional, meski itu belakangan dibantah oleh Badawi.

Dengan konfigurasi demikian, apa implikasinya bagi perjalanan politik Malaysia?

Kita akan lihat sesuatu yang berbeda. Lima negeri sudah direbut. 82 kursi di parlemen sudah direbut. Itu akan menjadikan debat di parlemen lebih tajam. Apabila BN tidak mendapatkan 2/3 suara, maka mereka tidak bsa meloloskan UU atau mengamandemen perundang-uindangan dengan mudah.

Keadaan tentu kini lebih sukar bagi BN.

Beberapa menteri senior tidak dimasukkan lagi dalam kabinet oleh Badawi. Apa implikasinya bagi UMNO dan koalisi BN?

Ini akan berlaku konflik di UMNO. Konflik akan semakin meluas, termasuk adanya penggembosan dari dalam. Saat ini ada perebutan di dalam UMNO. Ada pula suara yang meminta Badawi resign.

Suara UMNO semakin tidak dihormati. Kita ambil contoh Badawi. Dia di negerinya sendiri tidak dihargai, terbukti dengan kekalahan yang dialaminya. Negerinya sendiri ternyata sudah diambil oposisi.

Seperti diketahui, Badawi antara lain mencopot Menteri Perdagangan Rafidah Aziz yang telah menjabat selama 30 tahun dan Sekjen United Malays National Organization (UMNO) yang juga mantan Menteri Perumahan Mohammed Radzi Sheikh Ahmad.

Adanya klaim terjadinya pembelotan dari BN ke Barisan Alternatif (BA) yang dipimpin mantan Deputi Perdana Menteri Anwar Ibrahim?

Itu belum pasti. Tapi di kalangan mereka yang berkomunikasi dengan Anwar sudah ramai mengenai kabar pembelotan itu. Namun hingga kini apakah pembelotan akan berlaku, itu belum jelas. Yang pasti, confidence BN kini semakin mengecil.

Mengenai Peluang Anwar Ibrahim?

Kini Anwar menunggu masa iddah politiknya berakhir. Saat ini dia belum boleh bertanding di politik.

Sekarang ini ada kekosongan politik, dan selepas April, bila kekosongan masih ada, maka Anwar akan maju menjadi calon. Peluang dia besar untuk menjadi perdana menteri. Dia menargetkan 30 kursi yang cross over dari BN ke BA.

Untuk diketahui, saat ini, BA sudah menguasai 82 kursi dibanding BN yang mendapat 140 kursi. Ini artinya, dari jumlah 222 kursi parlemen, BA memerlukan 30 kursi saja lagi untuk mendapatkan mayoritas untuk melampaui kekuasaan BN di Malaysia. Jika suara 30 kursi itu diperoleh, maka BA akan menduduki 112 kursi dan BN 110 kursi.

Anwar pun dapat meminta istrinya, Wan Azizah Wan Ismail, dan anaknya, Nurul Izzah, yang pada pemilu menang untuk mundur. Jika keduanya mundur, maka kewajiban Komisi Pemilihan Umum Malaysia untuk melakukan pemilihan ulang, dan membuka peluang bagi Anwa masuk ke Dewan Rakyatr.

Apakah persoalan hukum yang menimpa Anwar beberapa waktu lalu tidak berpengaruh kepada dia untuk kembali berkiprah?

Yang pasti, semangat Anwar sangat kuat. Banyak orang non-Melayu seperti China dan India yang menyokong dia. Ini menarik. Mereka yang mendukung Anwar berprinsip asal jangan BN. Jadi dukungan terhadap dia sudah lintas-etnis.

Mengenai posisi raja pascapemilu?

Secara tradisi, biasanya memang raja mendukung BN. Tetapi sesudah pemilu, ada pemikiran kritis dari Raja Mizan dan raja-raja lain di beberapa kesultanan. Keadaan telah menggugah kuasa konstitusional mereka.

Coba keluar dari isu pemilu. Bagaimana dengan isu rasial yang menerpa Malaysia, seiring banyaknya pemberitaan dan membentuk stigma buruk bagi Malaysia?

Itu ada distorsi pemberitaan. Kalau dikatakan rasial dan diskriminatif itu tidak benar. Tidak seekstrim itu. Misal, soal tidak ada peluang orang India, itu tidak benar. Mereka bisa bikin sekolah, temple. Termasuk China. Mereka masih memegang perekonomian.

Yang benar adalah, faktanya orang elit di UMNO memperkaya diri sendiri. Ada juga elit China dan elit India yang memperkaya dri sendiri. Sehigga, kesannya ada diskriminasi secara ekonomi.

Selama ini ada abuse of power. Yang terjadi, elit China, elit Melayu, dan elit India yang mendapat bagian besar, sementara rakyat kecil dari etnis-etnis itu tidak mendapat apa-apa.

Bagaimana Anda memandang hubungan Indonesia dan Malaysia pada pemerintahan Badawi berikutnya?

Pak Lah (Badawi) itu tidak konsisten. Ketika komitmen dibuat, tidak berlaku. Jadi confidence antara negara tidak terjadi. Misalkan soal TKI, juga dengan isu-isu lainnya yang memicu ketegangan. Sampai ribut-ribut soal lagu.

Lagipula, hubungan Badawi dengan pemerintah Indonesia tidak serapat seperti Mahatir dengan Soeharto. Dia juga sepertinya tidak memiliki pemikiran yang otentik untuk menyelesaikan ini. Retorikanya ada, original thinkingnya saja yang lemah.

Apa yang harus dilakukan kedua pemerintahan?

Merapatkan secara kultural. Peran LSM antarkedua negara perlu ditingkatkan. Pertemuan elit politik. Kerja sama bilateral harus terus diupayakan, tidak hanya pada sektor formal saja, tetapi pada sektor informal juga.

Juga antara media RI dan Malaysia agar turut membantu terbangunnya dialog yang baik.

Cikgu Azmi dilahirkan di Kuala Trengganu, 3 April 1958. Beristri Masadah Sajadi, perempuan keturunan Kebumen, Jawa Tengah, yang dilahirkan di Malaysia. Dari perkawinanya, dia dikaruniai 7 anak.

Sehari-harinya, Cikgu juga bekerja sebagai Ketua Departemen Pendidikan Lembaga Konsumen Penang, Malaysia (Consumers Association of Penang). Dia adalah tokoh masyarakat yang cukup disegani di Malaysia. Lembaga yang dipimpinnya, Teras, bergerak melakukan advokasi dan perlawanan terhadap globalisasi. Cikgu Azmi juga merupakan penggiat di Citizen International. Dia memiliki pemikiran yang dekat dengan Anwar Ibrahim.

Kedatangan Cikgu Azmi ke Indonesia selama beberapa hari ini untuk menghadiri undangan sebagai pembicara yang digelar Center for Indonesian Reform (CIR). Selain Cikgu Azmi, CIR turut mengundang Prof Aymeric Chauprade dari the International College of Defense, Prancis.(jri)

1 comment:

samsoel bahri said...

Semua orang ingi perubahan, dari mundur tuk maju, dari pemimpin ini untuk yg lain. Jangan sebelum kita ada jabatan, kita inga tuk berubah, setelah berkuasa lupa kebawah. Kalu memang rakyat tak lagi ingin kita kan lebih baik kita mundur, kerajaan kan bukan milik kita, milik bersama. Kita tak boleh menyalahkan org lain ketika rakyat tidak lagi menyukai kita. Semoga kita tak lah termasuk orang yang mengorbankan rakyat demi kekuasaan!! Thanks.