Thursday, April 17, 2008

Maois Minta Raja Mundur Elegan

Kerajaan Nepal Akan Berakhir dalam Satu Bulan

Prachanda
Kamis, 17 April 2008 | 00:46 WIB

Kathmandu, Rabu - Pemimpin senior Maois Nepal, Rabu (16/4), menyerukan agar Raja Gyanendra mundur dengan elegan sehingga semakin memuluskan jalan terbentuknya republik demokratik di negara itu. Riwayat Kerajaan Nepal pun diperkirakan akan berakhir dalam satu bulan mendatang.

”Hal terbaik bagi raja adalah mundur dengan elegan untuk membuka jalan bagi republik demokratik,” ujar Baburam Bhattarai, pemimpin tertinggi kedua Maois Nepal.

Dia menjelaskan, tidak ada niat untuk mengubah rencana awal, yaitu menggusur sistem kerajaan di Nepal. Hal itu berarti raja tak punya banyak pilihan selain mundur. ”Pada pertemuan pertama Majelis Konstituen, kami akan mendeklarasikan negara ini sebagai sebuah republik, kemudian kami akan memberikan pemberitahuan kepada raja untuk meninggalkan istananya,” papar Bhattarai.

Ketua tertinggi Maois, Prachanda, pada wawancara dengan kantor berita India, PTI, Selasa (15/4), mengatakan, sistem kerajaan yang telah berusia 240 tahun itu akan dihapuskan dalam satu bulan. Bahkan, Gyanendra pun tak akan ditempatkan sebagai raja dengan posisi simbolik semata.

Ia menambahkan, penghapusan sistem kerajaan hanyalah prosedur dan diakhirinya sistem kerajaan itu juga telah dimuat dalam konstitusi sementara.

Prachanda menegaskan, penghapusan sistem kerajaan itu sudah merupakan konsensus dari berbagai pihak di Nepal sehingga tak akan menimbulkan perlawanan atau pun masalah.

”Saya rasa tak akan ada penentangan karena semua partai telah mengambil posisi yang menentang adanya sistem kerajaan dan lebih memilih sistem republik.”

Meskipun partai-partai utama lainnya telah sepakat dengan Maois untuk menjatuhkan Raja Gyanendra yang tak populer, sejumlah politisi berpendapat, Nepal perlu mempertahankan adanya sistem kerajaan sebagai simbol netralitas negara yang diapit dua raksasa Asia, China dan India.

Pembunuhan di istana

Raja Gyanendra meraih takhta kerajaan setelah terjadinya pembunuhan di dalam istana tahun 2001. Pada peristiwa itu, raja sebelumnya, Birendra, dan sejumlah pengawal intinya ditembak mati dalam sebuah acara kumpul bersama oleh seorang pangeran yang tengah mabuk dan marah karena tak diizinkan menikahi perempuan yang dicintainya.

Citra kerajaan tenggelam pada tahun 2005 ketika Gyanendra membubarkan pemerintah dan mengambil alih penuh kekuasaan untuk memerangi Maois. Namun, upaya itu berakhir dengan dibuatnya kesepakatan damai.

Dari 208 kursi yang telah dialokasikan, menurut Komisi Pemilihan Umum Nepal, Maois meraih 114 kursi. Rival terdekat mereka, Partai Kongres Nepal, memenangi 32 kursi.

Berakhirnya sistem kerajaan di Nepal dikhawatirkan penasihat spiritual raja akan mengancam kelangsungan agama Hindu yang dianut 80 persen rakyat Nepal. ”Hanya ada seorang raja Hindu di dunia dan dia adalah simbol penting sebagai pelindung agama Hindu,” kata Madhab Bhattarai, pendeta Hindu yang dikenal sebagai Guru Agung.

Amerika Serikat yang memasukkan Maois Nepal dalam daftar organisasi teroris, dalam pernyataan yang disampaikan, Selasa waktu AS, menyambut baik terlaksananya pemilu Nepal.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Sean McCormack, mengatakan, para pemilih Nepal bisa menggunakan hak pilihnya secara damai di sebagian besar distrik meski terjadi kekerasan sebelum pemungutan suara dan beberapa ketidakberesan pada hari pemungutan suara. (AP/AFP/PTI/OKI)

No comments: