Thursday, April 17, 2008

Nepal


Akhir Tragis Kerajaan Hindu Terakhir
Kamis, 17 April 2008 | 00:42 WIB

Keberadaan Kerajaan Nepal sebagai kerajaan Hindu terakhir di dunia tinggal menghitung hari.

Partai politik di negara yang terletak di kaki pegunungan Himalaya itu telah sepakat menggantikan sistem kerajaan dengan sistem politik lain. Akan tetapi, yang lebih tragis, pemenang pemilihan umum Nepal adalah kelompok Maois yang sejak tahun 1996 angkat senjata untuk meruntuhkan Kerajaan Nepal, yang telah berusia 240 tahun.

Kerajaan Nepal dibangun oleh Prithvi Narayan Shah (tahun 1743-1775), seorang Raja Gorkha dari Dinasti Shah, dengan menyatukan tiga kerajaan yang berada di lembah Kathmandu. Melalui sejumlah pertempuran dan perundingan, pada tahun 1769 Prithvi Narayan bisa menguasai lembah Kathmandu dan mendirikan Kerajaan Nepal.

Jauh sebelum itu, wilayah Nepal sekarang ini berpindah-pindah di bawah kekuasaan beberapa kerajaan yang memperebutkannya, khususnya kerajaan di sekitar India saat ini.

Dinasti Shah berakhir tahun 1846 dengan peristiwa Pembantaian Kot. Peristiwa itu berawal dari bocornya rencana ratu untuk menggulingkan pemimpin militer yang kariernya menanjak pesat, Jung Bahadur Rana. Jung Bahadur Rana bersama bawahannya menyerbu istana dan membunuh ratu serta keluarga kerajaan lainnya. Nepal pun kemudian mengenal dinasti baru, Dinasti Rana. Raja inilah yang berjuang membantu Inggris tetap berkuasa di India. Dia kemudian mendapat imbalan diakuinya kemerdekaan Nepal oleh Inggris tahun 1923.

Gerakan prodemokrasi

Pemerintahan otokrasi Raja Rana memunculkan gerakan prodemokrasi pada akhir tahun 1940 di Nepal. Upaya penggulingan Raja Nepal itu pun kemudian mendapatkan momentumnya dengan kondisi regional yang tegang, yaitu didudukinya Tibet oleh China tahun 1950.

India yang khawatir akan semakin jauhnya pergerakan China di kawasan Himalaya kemudian mendorong Tribhuvan sebagai raja baru Nepal. Juga didorong adanya sistem pemerintahan yang multipartai. Sejak itu hegemoni kerajaan pun berkurang. Namun, eksperimen demokrasi itu dihapuskan raja pada tahun 1959. Nepal kemudian diperintah dengan sistem tanpa partai hingga tahun 1989.

Gerakan Rakyat atau disebut Jan Andolan memaksa kerajaan menerima perubahan konstitusi dan membangun parlemen multipartai pertama di Nepal pada Mei 1991.

Ketidakpuasan atas sistem parlementer kerajaan membuat Partai Komunis Nepal, atau yang dikenal dengan kelompok Maois, melancarkan aksi pemberontakan bersenjata tahun 1996. Sejak itu terjadi perang sipil di Nepal yang telah menewaskan lebih dari 12.000 orang.

Namun, garis hidup Kerajaan Nepal agaknya ditentukan oleh ulah keluarga kerajaan sendiri. Pada 1 Juni 2001, dunia dikejutkan dengan pembantaian di istana kerajaan. Raja Birendra, ratu, dan putra mahkota Pangeran Dipendra termasuk korban yang tewas dalam peristiwa berdarah itu.

Saudara Birendra, Gyanendra, pun naik takhta dan langsung membubarkan pemerintahan. Dia pun mengambil alih semua kekuasaan eksekutif untuk melawan pemberontakan Maois. Namun, Gyanendra tak pernah berhasil. Bahkan, dorongan demokrasi semakin menguat di Nepal. Kerajaan pun harus segera diakhiri. (Yahoo/Thamel.com/OKI)

No comments: