Sunday, November 25, 2007

Australia


Rudd: Saya Hanya Menatap Masa Depan


Para pemilih Australia hanya ingin menatap ke depan. "Saya tidak ingin kembali ke masa lalu. Saya hanya mau menatap masa depan," ujar Kevin Rudd, pemimpin Partai Buruh, dalam kampanye. Dan, Rudd hari Sabtu (24/11) dipastikan menjadi perdana menteri Australia mendatang setelah meraih suara mayoritas dalam pemilihan parlemen.

Rudd, kelahiran Nambour, Queensland, 21 September 1957, meraih kemenangan mutlak. Partai Buruh memenangi sedikitnya 83 dari 150 kursi parlemen Australia. Rudd pun menumbangkan John Howard dari Partai Liberal yang sudah 11,5 tahun berkuasa di Australia.

Mantan diplomat yang bisa berbicara dalam bahasa Mandarin ini belum lebih setahun memimpin Partai Buruh. Setelah dalam empat pemilu selalu kalah dari Partai Liberal, Rudd yang baru berusia 50 tahun lantas membawa isu perlunya perubahan generasi dan "ide-ide segar" pada Australia. Maklum, lebih dari satu dekade ini Australia hanya mengenal Howard yang sudah berusia 68 tahun.

"Setelah 11 tahun, maka kini saatnya mengganti halaman dari pemerintahan ini. Ini saatnya memulai babak baru dalam sejarah bangsa ini," ujar Rudd.

Suami dari Therese Rein, rekan kuliahnya yang dinikahinya tahun 1981, ini pandai membaca apa keinginan yang ada di hati banyak keluarga di Australia.

Ayah tiga anak ini menjanjikan perbaikan pelayanan rumah sakit dan sekolah. Dia akan membawa nuansa "digital" di setiap kelas dengan menghadirkan komputer bagi setiap siswa. Soal kaum buruh, dia juga akan meninjau berbagai peraturan soal buruh yang kontroversial.

Keluarga miskin

Soal kebutuhan keluarga Australia, Rudd memang punya pengalaman empiris. Bungsu dari empat bersaudara ini tumbuh dalam kemiskinan di Nambour, Negara Bagian Queensland. Hidupnya kian sulit saat berusia 11 tahun setelah ayahnya tewas dalam kecelakaan mobil.

Keluarganya dipaksa melepaskan lahan pertaniannya. Pengalaman ini membentuk pandangan politik Rudd soal nilai kesejahteraan. "Saat ayah tewas dan ibu saya seperti ribuan lainnya harus memperoleh bantuan untuk menghidupkan keluarga, semuanya membentuk pikiran," ujarnya dalam pidato pertama di parlemen tahun 1998.

Meraih gelar dalam politik, budaya, dan bahasa China di Universitas Nasional Australia di Canberra, dia lantas menjadi diplomat. Dia bertugas di Stockholm (Swedia) dan Beijing (China) sebelum bergabung dalam pemerintahan Partai Buruh di Negara Bagian Queensland. Dia meraih kursi parlemen Australia tahun 1988.

Sejak itu, ambisi politiknya demikian kental. Empat kata pertama pidatonya di parlemen yang menunjukkan ambisinya adalah "Politik adalah soal kekuasaan". Dia pun dipromosikan memegang urusan luar negeri Partai Buruh di parlemen tahun 2001. Rudd mulai membangun reputasi kerja keras dan sukses menarik perhatian media.

Dia secara reguler menelepon wartawan seusai jam kerja dan setiap akhir pekan mengemukakan pandangannya soal isu yang ada setiap hari. Dia mulai menampilkan sosoknya secara nasional pada acara televisi pagi hari, di mana dia bersama menteri-menteri muda di pemerintahan membahas isu-isu politik yang panas hari itu.

Kehebatannya membaca isu, termasuk isu luar negeri, antara lain yang membuatnya sukses menggusur Howard. Dosennya di universitas mengakui Rudd sangat serius dan punya disiplin diri yang tinggi.

Misalnya soal Irak, Rudd segera menegaskan akan menarik pulang sekitar 500 personel militer Australia dari Irak. Dalam kampanyenya, dia berulang bilang bahwa hubungan Australia dengan Amerika Serikat akan dipertahankan. Namun dia juga mengatakan bahwa Australia juga harus memiliki kebijakan luar negeri yang lebih independen.

Rudd melihat sikap Howard yang selalu didikte AS merupakan hal buruk bagi citra Australia. Menekankan penarikan mundur pasukan Australia secara bertahap dari Irak membuat 13,5 juta pemilih dari 21 juta warga Australia melihat sosok Australia yang berwibawa dan bercitra pada diri Rudd.

Rudd, saat tampil menyampaikan pidato kemenangannya di Brisbane, kembali menegaskan, kini saatnya Australia menatap ke depan. Begitu pentingnya masa depan, karena itu perlu dicapai secara bersama-sama.

"Saya akan menjadi perdana menteri bagi semua warga Australia," ujarnya. Istrinya, Therese, dan anak-anaknya berada di dekatnya.

Rudd dikenal sangat menjunjung tinggi moral hidup berkeluarga. Dia pernah mengakui sewaktu ke New York mampir sebentar di sebuah kelab malam. "Tetapi saya terlalu banyak minum sehingga lupa kejadian rincinya," ujarnya. Sejak itu, jajak pendapat yang mendukungnya terus meningkat.

Kemenangan Rudd oleh banyak pihak diyakini akan semakin membuat Australia akrab dengan negara-negara tetangganya di Asia, termasuk Indonesia. Suatu hal yang pernah diperlihatkan Paul Keating, PM Australia dari Partai Buruh yang dikalahkan Howard.

"Saya akan menjadi perdana menteri yang mengutamakan kepentingan nasional," ujarnya. Tidak heran mengapa Rudd segera menarik pasukan Australia di Irak. Wajar juga Rudd berniat menandatangani Protokol Kyoto yang selama ini ditampik Howard. Maklum, iklim yang baik perlu untuk menjamin kehidupan manusia Australia yang baik.

Saat menunggu kiprah PM Australia Kevin Rudd. (Reuters/AFP/ppg)

No comments: