Thursday, November 29, 2007

Dari Kacamata Presiden hingga "Sandwich" ...

Aroma ketegangan, ketergesaan, harapan, dan pesimisme berbaur menjadi satu di Annapolis. Seluruh mata terarah pada konferensi perdamaian Timur Tengah di ibu kota Negara Bagian Maryland, AS, tersebut. Tidak secuil momen pun lepas dari perhatian para delegasi dan media.

Setiap gerakan, tingkah laku, dan tutur kata para peserta konferensi dimaknai sebagai simbol atas sesuatu. Seperti saat Presiden AS George W Bush yang tampil di hadapan media dengan kacamata yang masih bertengger di atas hidungnya, Selasa (27/11) malam waktu setempat.

Sangat jarang Bush tampil di hadapan publik mengenakan kacamata baca. Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice mengatakan, Bush mengenakan kacamata karena tidak ada waktu mencetak pernyataan yang harus dibacanya dengan huruf yang lebih besar.

Media menangkapnya sebagai pertanda ketergesaan yang melingkupi penyelenggaraan konferensi tersebut. Konferensi Annapolis telah diumumkan pada Juli lalu, tetapi kepastian tanggal pelaksanaan baru muncul pekan lalu.

Ketergesaan juga tampak saat perumusan pernyataan bersama sebagai penutup konferensi. Pada menit ke-11, saat Rice bersama koleganya dari Palestina dan Israel tengah bergulat membuat pernyataan bersama, Bush datang dan ikut campur tangan. Seketika, semua perbedaan pendapat hilang dan selesailah rumusan pernyataan bersama Israel-Palestina.

Para delegasi duduk di sekeliling meja persegi di Akademi Angkatan Laut AS. Mereka duduk tepat di bawah tulisan "Jangan pernah menyerah", yang seolah-olah memberi sinyal kepada delegasi untuk ngotot. Rice memberi kesempatan satu per satu delegasi untuk mengungkapkan pikiran mereka.

Momen ironis

Ketegangan mulai terasa saat delegasi dari negara-negara yang bermusuhan saling mengeluarkan pernyataan. Semua mata seolah tidak berkedip saat Menlu Israel Tzipi Livni menghadapi para pemimpin negara Arab dan mendiskusikan perselisihan mereka, terutama saat dia berbicara kepada Wakil Menlu Suriah Faycal Mekdad.

"Tzipi menatap tepat di mata dia (Mekdad) dan Mekdad tidak berpaling. Itu sudah berarti sesuatu," kata anggota senior delegasi Israel kepada AFP.

Tanpa senyum, tetapi juga tanpa pernyataan keras, Livni menghadapi para pemimpin Arab. Dia menyatakan, Israel berharap bisa berdamai dengan Palestina. Ketegangan kembali terasa.

"Sekali-sekali, seseorang melontarkan komentar lucu dan beberapa orang terkikik perlahan, tetapi tidak ada yang berani mengulang lelucon itu," ujarnya.

Beberapa momen cukup berhasil meredakan ketegangan dan dinginnya suasana diplomasi. Seperti dituturkan delegasi Israel itu, ada momen manis yang dinilainya ironis, yaitu saat seorang anggota delegasi Mesir mencomot sepotong sandwich dari meja yang disediakan khusus untuk delegasi Israel.

Kendati Bush dengan dramatis mengumumkan bahwa Israel dan Palestina akan segera menggelar pembicaraan baru, hampir tidak ada tanda-tanda konkret tentang konsesi yang diperoleh pihak mana pun untuk menjamin perdamaian di Timur Tengah. (afp/fro)

No comments: