Thursday, November 29, 2007

Prospek Hubungan RI-Australia


Oleh :Aiyub Mohsin

Dosen FISIP Universitas Nasional


Pemilihan umum di Australia pada 24 November telah menghakhiri masa kepemimpinan John Howard dari koalisi Partai Liberal dan Nasional. Hasil Pemilu telah menunjukkan kemenangan mutlak Partai Buruh di bawah pimpinan Kevin Rudd dengan perolehan 83 kursi dari 150 kursi parlemen yang diperebutkan. Ironisnya, bagi Howard yang sering disebut oleh media massa dan pengamat politik Australia sebagai sheriffnya Amerika Serikat di Pasifik, kursinya di parlemen yang telah didudukinya selama 33 tahun lepas dengan kekalahannya di daerah pemilihan Sydney. Kini Australia memasuki babak baru dengan pemerintahan yang dipimpin oleh Partai Buruh, khususnya dalam hal kebijakan-kebijakan utama politik dan hubungan luar negeri.

Di antara politik dan hubungan luar negeri Australia yang segera mendapat prioritas, menurut Kevin Rudd, adalah penarikan 500 personel militer Australia dari Irak, dan menandatangani Protokol Kyoto. Selain itu, sebagai tradisi dan kebijakan umum Partai Buruh yang menganut pendekatan geografis yaitu mengutamakan hubungan baik dengan negara-negara tetangga khususnya dan Asia pada umumnya, kemenangan Rudd akan mempengaruhi hubungan RI-Australia.

Tentu perubahan hubungan dengan Indonesia itu akan mencakup nuansa, cara, dan diharapkan secara substansial kembali mesra sebagaimana tercatat dalam sejarah, jika Australia dikuasai oleh Partai Buruh. Hal sebaliknya terjadi, kalau Australia dikuasai oleh koalisi Partai Liberal-Nasional yang menganut pendekatan kultural. Hubungan RI-Australia selalu saja ada masalah jika pemerintahan Australia dikuasai oleh koalisi Partai Lebral-Nasional. Pendekatan kultural itu lebih mengutamakan hubungan Australia dengan negara dan bangsa nenek moyang orang Australia di Eropa termasuk Amerika Serikat.

Sejarah dan fakta
Hubungan Indonesia-Australia berlangsung dengan mesra, penuh pengertian dan kerja sama sewaktu Australia dikuasai dan dipimpin oleh Partai Buruh dengan tokoh-tokohnya seperti Chifley dan Keating. Semasa Chifley, dukungan Australia kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia begitu besar, sehingga Australia ditunjuk Indonesia duduk dalam Komite Jasa-jasa Baik (Good Offices Committee) PBB. Komite itu dibentuk untuk mengakhiri penjajahan Belanda di Indonesia dan mengusahakan pengakauan atas kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agusuts 1945.

Begitu juga semasa Keating, Australia menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat Asia dan menjadikan Indonesia sebagai tetangga utama Australia. Tampaknya, bagi kedua tokoh itu dan kita harapkan juga mayoritas warga Australia menyadari bahwa sudah menjadi takdir (destiny) kedua negara, Indonesia dan Australia menjadi bertetangga. Pepatah mengungkapkan bahwa kita dapat memilih siapa-siapa yang menjadi teman kita tapi kita tak dapat memilih tetangga ( we can choose our friends but we can't choose our neighbours). Bahkan, menurut tata pergaulan, kalau kita mempunyai tetangga yang ramah, penuh pengertian dan kerja sama itu lebih baik dari saudara dekat yang tinggal jauh dari kita.

Fakta lain menunjukkan, betapa hubungan RI-Australia saling membutuhkan dalam menjalankan roda ekonomi dan pendidikan. Di bidang perdagangan, nilai perdagangan bilateral, pada tahun 2006 telah mencapai 10, 4 miliar dolar Australia. Begitu juga di bidang investasi dan bisnis di mana Australia cukup banyak mendapat kesempatan berinvestasi di Indonesia dengan nilai investasi pada tahun 2006 sebesar 3 miliar dolar Australia yang dilakukan oleh sekitar 400 pengusaha Australia.

Di bidang sosial budaya, sekitar 15 ribu pelajar/mahasiswa Indonesia kini sedang menuntut ilmu di berbagai perguruan menengah dan tinggi, yang tentu saja memberikan kontribusi, baik secara ekonomi dan budaya kepada masyarakat Australia. Sebaliknya minat dan perhatian dari warga Australia terhadap masalah-masalah sosial, budaya, dan politik Indonesia cukup besar terlihat dari banyaknya kajian-kajian tentang Indonesia di berbagai akademi dan universitas di Australia. Begitu pun kajian-kajian tentang Australia cukup berkembang di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Menurut Duta Besar Australia di Jakarta, HE Mr Bill Farmer, kini Australia sedang mensponsori pelatihan manajemen tentang pelestarian warisan budaya dan benda-benda pusaka bagi praktisi/pejabat pemerintahan dan LSM Indonesia melalui the Australian Council of National Trust. Di tingkat pemerintahan, hubungan antara kedua negara semasa pemerintah John Howard tidak selamanya berjalan mulus dikerenakan orientasi pemerintahan Partai Liberal-Nasional banyak berorientasi ke Amerika Serikat dan Eropa.

Namun demikian, Australia hendaknya terus mengingat bahwa Indonesia secara tulus dan terus-menerus mengikutsertakan Australia dalam berbagai kegiatan internasional yang ruang lingkupnya wilayah Asia dan Pasifik seperti pada Forum Tingkat Tinggi Asia Timur ( East Asia Summit) dan Mitra Wicara ASEAN (ASEAN Dialoog Partners). Dengan kembalinya Partai Buruh memimpin Australia, setelah Pemilu tanggal 24 November yang lalu, tentu hubungan antara kedua negara diharapkan mempunyai prospek yang lebih baik dari semasa koalisi Liberal- Nasional piminan John Howard.

Membaca prospek
Dengan memenangkan pemilu, Partai Buruh akan menguasai Pemeritahan Australia. Sudah barang tentu, kita berharap hubungan antara Indonesia dan Australia sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh pemerintahan Australia di bawah pimpinan Partai Buruh, masa lalu, akan bertambah mesra, penuh pengertian dan kerja sama.

Harapan itu makin menjadi dekat untuk mewujud dengan pernyataan Kevin Rudd yang sebentar lagi akan menjadi Perdana Menteri Australia. Dalam wawancaranya dengan sebuah surat kabar ternama di mengatakan, "Indonesia amat penting bagi Australia." Kita akan teringat era Perdana Menteri Paul Keating yang dianggap masa keemasan hubungan Indonesia-Australia

Atas kemenangan Partai Buruh, presiden kita, menurut surat kabar-surat kabar nasional, menjadi kepala negera pertama yang mengucapkan selamat kepada Kevin Rudd. Selain itu, kedua pemimpin sepakat untuk terus bekerja sama membangun hubungan RI-Australia secara konstruktif. Namun demikian, prospek hubungan kedua negara masih akan menemui beberapa ganjalan. Masalah tewasnya lima wartawan Australia sewaktu kerusuhan di Balibo Timor Timur dahulu (Balibo Five) yang mana pengadilan Glebe Coroners di negara bagian New South Wales menyalahkan tentara Indonesia penyebab kematian itu menjadi salah satu ganjalan itu.

Isu-isu tentang Papua yang sering dikemukakan oleh beberapa oknum Australia untuk kepentingan politik dan ekonominya serta kemungkinan eksekusi warga Australia yang terlibat jaringan narkoba di Bali, juga potensial mengganggu hubungan keduanya. Mampukah pemimpin kedua negara memanfaatkan momentum sekarang ini dan mengatasi masalah-masalah yang telah ada untuk peningkatan dan perluasan kerja sama yang saling menguntungkan? Waktu jualah yang menjawabnya.

Ikhtisar
- Kemenangan Partai Buruh dalam pemilu di Australia menjadi angin segar bagi Indonesia.
- Sejarah telah menggambarkan bahwa saat Partai Buruh memimpin pemerintahan, hubungan RI-Australia berjalan sangat 'mesra'.
- Setelah menang pemilu, pimpinan Partai Buruh, Kevin Rudd, menjadikan penarikan personel dari Irak dan penandatanganan Protokol Kyoto sebagai program prioritas.
- Kasus Balibo, Papua, dan terpidana narkoba asal Australia di Bali bisa menjadi ganjalan bagi hubungan RI-Australia.

No comments: