Wednesday, September 12, 2007

Malaysia Harus Stop Menghina



Persepsi Buruk terhadap Warga Indonesia Bisa Ancam Hubungan

Kuala Lumpur, Senin - Warga Malaysia harus menghentikan pencitraan buruk warga Indonesia sebagai para buruh yang tidak terampil karena hal itu akan memperburuk hubungan Indonesia-Malaysia.

Hal itu disampaikan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Zainal Abidin Mohammad Zin, Senin (10/9) di Kuala Lumpur.

Dubes Malaysia untuk RI itu menegaskan, warga Malaysia harus menyadari bahwa ada ribuan pekerja profesional dan pengusaha Indonesia yang bekerja di Malaysia dan banyak lagi yang berkunjung ke negara itu sebagai turis yang sesungguhnya.

"Lebih adil jika kita mengubah persepsi terhadap warga Indonesia. Meskipun banyak dari mereka adalah pembantu dan pekerja-pekerja kontrak, mereka adalah manusia dan harus diperlakukan dengan adil dan bermartabat," ungkap Zainal kepada the New Straits Times.

Dia menambahkan, diskriminasi dan kecenderungan menganggap rendah warga Indonesia telah memberikan reputasi buruk kepada Malaysia sebagai bangsa yang arogan. Hal itu bisa merusak hubungan jangka panjang kedua negara jika tidak segera ditangani.

Zainal, yang berbicara saat mendampingi kunjungan Wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak ke Sulawesi Selatan, juga mendesak dilakukan penanganan yang segera terhadap keluhan-keluhan tindak kekerasan terhadap para pekerja Indonesia. Hal itu telah memicu pemberitaan buruk tentang Malaysia di media-media massa Indonesia.

"Dengan lebih dari dua juta warga Indonesia yang bekerja di Malaysia, baik legal maupun tidak legal, wajar saja bila ada masalah-masalah dan kasus-kasus kekerasan," kata Zainal.

Dubes Malaysia itu mengungkapkan, ketika kasus-kasus kekerasan itu terjadi, mengapa kasus-kasus itu tidak diselesaikan sehingga Malaysia dianggap melakukan standar ganda.

Tagih penyelesaian

Pemerintah Indonesia bulan lalu meningkatkan tekanan terhadap Malaysia untuk mengambil tindakan segera terhadap para majikan yang menyiksa para pekerjanya karena terlalu banyak pembantu asal Indonesia yang diperlakukan tidak layak di Malaysia.

Padahal, Malaysia selama ini banyak bergantung pada para pekerja asal Indonesia, khususnya di sektor-sektor konstruksi dan pertanian serta pembantu rumah tangga.

Pemerintah Malaysia membantah bahwa kasus-kasus penganiayaan terhadap pekerja asing meningkat di negara itu. Sementara Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur menyatakan, lebih dari 1.000 pekerja asal Indonesia, baik sebagai pembantu rumah tangga maupun pekerja di sektor lain yang tidak mendapatkan upah, setiap tahun mencari perlindungan di KBRI. (AP/OKI)

No comments: