Tuesday, September 4, 2007

Negosiasi Kekuasaan Buntu


Musharraf dan Bhutto "Berbeda"

Islamabad, Minggu - Perundingan pembagian kekuasaan antara Presiden Pakistan Pervez Musharraf dan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto buntu, Minggu (2/9). Namun, para pengamat yakin keduanya akan bersedia kembali duduk bersama mengingat adanya tekanan-tekanan politik dalam negeri.

Musharraf dan Bhutto selama bertahun-tahun memang dikenal sering berselisih paham dan berbeda pendapat. Namun, untuk saat ini keduanya harus berunding guna meraih kesepakatan mengingat masa kepemimpinan Musharraf sebagai presiden dan kepala staf Angkatan Darat hampir berakhir.

Namun, menurut Bhutto yang saat ini berada di London, proses negosiasi itu sudah buntu. Meski belum ada kesepakatan apa pun, Bhutto menyatakan, dirinya akan tetap kembali ke Pakistan dalam waktu dekat. Penjelasan yang lebih lanjut mengenai rencana kepulangan Bhutto akan diumumkan 14 September mendatang.

Sebenarnya kesepakatan yang akan diraih di dalam proses negosiasi itu bisa diduga. Musharraf akan melepaskan jabatan sebagai kepala staf AD sebelum ikut maju menjadi kandidat presiden untuk periode selanjutnya. Keuntungan yang sama juga akan diraih Bhutto. Apa pun kesepakatan yang dicapai, kesempatan Bhutto untuk kembali naik ke panggung politik—bahkan ikut ambil bagian dalam pemilu—terbuka lebar.

Para pengamat menilai dua tokoh itu sebenarnya bisa menjadi rekan. Keduanya sama-sama menentang kelompok militan Islam dan mendukung reformasi pasar bebas. Sikap yang sama di antara keduanya itulah yang disukai oleh Barat yang menghendaki ada kerja sama di antara dua tokoh moderat itu. Apalagi jika mengingat saat ini Pakistan sedang berusaha keras melawan gejolak kekerasan kelompok perlawanan Al Qaeda. Peran Pakistan untuk saat ini juga dianggap penting untuk melawan kelompok Taliban di Afganistan.

Gejolak politik

Pakistan dikhawatirkan mengalami gejolak politik baru karena adanya berbagai persoalan. Popularitas Musharraf yang memudar seiring dengan rencana kembalinya mantan PM Bhutto dan Nawaz Sharif menjadi masalah-masalah pelik yang akan dihadapi rakyat Pakistan.

Buntunya negosiasi antara Bhutto dan Musharraf salah satu penyebabnya adalah karena tidak ada rasa saling percaya. Padahal, keduanya saling membutuhkan. Namun, menurut pengamat politik Nasim Zehra, situasinya memang akan sulit di kemudian hari. Di satu sisi ada satu orang yang ingin mempertahankan kekuasaan. Di sisi lain ada yang ingin kembali ke panggung politik.

Musharraf membutuhkan dukungan dari tokoh-tokoh seperti Bhutto untuk melawan lawan politiknya seperti Sharif, yang berjanji akan pulang pada 10 September dan menantang Musharraf dalam pemilu. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

No comments: