Tuesday, September 4, 2007

Siberia


Wali Kota Melarang Pejabat Pemerintah "Berkelit"

Seorang wali kota di Rusia melarang para birokrat di wilayah kekuasaannya untuk berkelit. Jika Anda adalah seorang birokrat dan sedang tak enak badan atau berhalangan, janganlah bikin wali kota itu mengetahuinya.

Inilah yang dilakukan Wali Kota Megion (Siberia) Alexander Kuzmin, Sabtu (1/9). Ia tidak mau bawahannya menghindari tugas atau mangkir dari pekerjaan.

Wali Kota Kuzmin juga mengeluarkan 27 frase, semacam daftar larangan bagi pejabat. Ada 27 frase yang tidak boleh keluar dari mulut birokrat di wilayah Siberia itu. Setidaknya Kuzmin tak mau mendengar frase-frase itu diucapkan di depannya.

Frase yang tidak boleh keluar dari mulut para birokrat, antara lain, adalah "saya tidak tahu", "apa yang harus saya lakukan?", "tetapi, Anda kan pernah mengatakannya!", "itu tak mungkin", "tak ada yang pernah memberi tahu saya", "tetapi, asisten saya mengatakan kepada saya...", dan "sekarang jam makan siang saya".

Kalimat-kalimat semacam itu secara implisit menunjukkan "kebodohan" atau "ketidaktahuan" atas sebuah masalah. Di antara kalimat itu juga secara implisit bernada pengelakan tugas.

Apakah para birokrat Indonesia akan lolos dari larangan-larangan semacam itu? Jika Anda adalah birokrat di Megion dan kepergok atau kedengaran mengucapkan frase-frase itu, konsekuensinya adalah percepatan menuju akhir karier atau mungkin akan menjadi faktor memperlambat karier.

Mengapa? "Penggunaan frase atau mengekspresikan hal itu saat berbicara di depan wali kota berarti akan mempercepat keberangkatan atau kepergian mereka," kata Kuzmin.

Melengkapi larangan-larangan itu, juga ada frase lain yang tidak boleh diucapkan, seperti, "Saya akan memberi perhatian kepada keinginan Anda sehubungan dengan kurangnya dana/dana moneter/anggaran defisit, kita sedang berada dalam situasi sulit/ekstrem/katastrofa." Frase lain yang tidak boleh diucapkan adalah, "tidak ada uang".

Pejabat harus melayani

Kuzmin mengatakan bahwa para birokrat harus membantu perbaikan kehidupan rakyat dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi rakyat dan tidak menghindari dari tanggung jawab dengan berbagai alasan.

Kuzmin mengatakan, dia harus mengambil tindakan itu karena dia sudah muak dengan para pegawai negeri yang sering mengatakan, "Masalah-masalah itu sulit ditangani."

Menurut Kuzmin, para birokrat lebih sering mengelak tanggung jawab ketimbang mencari solusi praktis atas persoalan yang ada.

Dengan rezeki nomplok yang diterima negara dari hasil minyak dan gas, kini pemerintahan di Rusia memang sedang kebanjiran anggaran. Hal itu juga membuat daerah-daerah terciprat.

Namun, jangan salah, rezeki nomplok serupa itu terjadi akibat meroketnya harga migas dalam empat tahun terakhir ini. Indonesia justru menjadi negara yang kontras. Di saat Rusia dan bersama banyak negara lain ketiban rezeki dari meroketnya harga minyak, malah Indonesia kesulitan minyak tanah dan kekurangan anggaran.

Rusia juga pernah kesulitan anggaran, tetapi nasionalisasi atas hasil migas membuat Rusia berubah. Presiden Rusia Vladimir Putin membalikkan semua kebijakan pendahulunya Boris Yeltsin yang "menggadaikan" perusahaan minyak negara ke swasta. Putin tak gentar menghadapi asing yang mengancam tidak akan berinvestasi di Rusia. Ternyata Putin berhasil dan tak mau jadi "budak" investor.

"Itu tak mungkin terjadi di Indonesia!" Jika bos dari semua pejabat kita adalah Kuzmin, semua pejabat kita mungkin akan "dipercepat kepergiannya". (AFP/MON)

No comments: