Tak Kapok-kapok Kena "Jegal" Dua Kali
Islamabad, Senin - Dengan tekad yang amat bulat, mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif akhirnya kembali ke Pakistan, Senin (10/9). Cita-cita Sharif jelas, balas dendam kepada Presiden Pervez Musharraf yang pernah menendangnya melalui kudeta berdarah pada tahun 1999. Balas dendam Sharif itu menurut rencana akan disalurkan melalui pemilu. Ini berarti Sharif akan berhadapan dengan Musharraf yang kini sedang berjuang keras mempertahankan kekuasaannya.
Namun, cita-cita dan sesumbar Sharif untuk kembali ke Pakistan dan memimpin kampanye supaya bisa menggulingkan pemerintahan Musharraf tidak akan tercapai. Pemerintah Pakistan yang panik langsung mendeportasi Sharif ke Arab Saudi. Begitu pesawat mendarat di bandara, langkah Sharif langsung tertahan karena petugas imigrasi datang meminta paspor di atas pesawat. Karena menolak, Sharif lantas digiring polisi keluar pesawat dan dideportasi atas dasar kasus korupsi.
Sharif (57) dikudeta Musharraf yang ketika itu menjabat sebagai kepala staf Angkatan Darat, Oktober 1999. Pada saat itu Sharif berusaha meringkus Musharraf. Setelah digulingkan, Sharif didakwa korupsi dan dihukum penjara seumur hidup. Sharif lalu diasingkan ke Arab Saudi tahun 2000 sebagai ganti hukuman seumur hidup dalam penjara. Sharif diklaim Pemerintah Pakistan setuju untuk tinggal di Arab Saudi selama 10 tahun. Akan tetapi, Sharif membantah dirinya setuju dengan syarat itu. Yang dia ketahui, pengasingan diri di Arab Saudi hanya selama lima tahun.
Sharif terlahir di keluarga Kashmir tanggal 15 Desember 1949 di Lahore. Menjelang dewasa, Sharif memilih melanjutkan sekolah di jurusan hukum. Sebelum terjun ke dunia politik, Sharif ikut menjalankan usaha keluarga. Karier di dalam politik mulai bersinar pada saat Sharif ditunjuk diktator militer Zia ul-Haq menjadi menteri keuangan Punjab tahun 1981. Pada saat itu Sharif menjadi menteri keuangan termuda yang pernah ada di Punjab. Sharif lantas menjadi kepala menteri pada tahun 1985.
Puncak karier
Puncak kariernya terjadi tahun 1990 ketika terpilih menjadi perdana menteri segera setelah Benazir Bhutto ditahan. Untuk pertama kalinya seorang industrialis terpilih menjadi PM. Sharif lantas berusaha mengubah berbagai kebijakan yang sosialis dan memilih perekonomian terbuka. Sharif lalu dituding partai-partai oposisi telah korupsi dengan cara menjual perusahaan-perusahaan negara kepada teman-temannya dengan harga yang sangat murah.
Sistem ekonomi liberal Sharif ternyata tidak merembet ke kebijakan-kebijakan sosial. Pada tahun 1991, Sharif terlibat di dalam persoalan yang kontroversial. Pasalnya, Sharif berusaha mempraktikkan syariat Islam sebagai hukum tertinggi di Pakistan.
Setelah tiga tahun menjadi PM, Sharif ditangkap karena dituding terlibat korupsi oleh Ghulam Ishaq Khan yang kemudian menjadi presiden. Insiden itu menjadi titik balik penting bagi karier politik Sharif. Pada tahun 1996 Sharif kembali menjadi PM setelah Bhutto ditahan karena korupsi.
Dalam pemilu 1997, Sharif terpilih menjadi PM dengan jumlah suara mayoritas dua pertiga. Pada periode kekuasaan yang kedua ini Sharif menjadi makin keras. Sharif juga mengubah konstitusi untuk melucuti kekuasaan presiden memecat PM. Hal ini yang membuat Sharif mengganti ketua Mahkamah Agung karena dianggap Sharif tidak satu ide.
Persoalan politik dan ekonomi semakin mengimpit Sharif. Hubungan dengan Musharraf yang ditunjuknya menjadi kepala staf AD juga tidak membaik. Bahkan, muncul saling curiga. Pada titik itulah tampaknya kesalahan Sharif berawal. (AFP/LUK)
No comments:
Post a Comment