Wednesday, May 23, 2007

AS Diduga Menekan China untuk Dapatkan Akses Bisnis

WASHINGTON, Selasa - Para delegasi Amerika Serikat dan China bertemu untuk meredakan hubungan ekonomi yang tegang. AS berniat menghambat laju ekspor China dengan dugaan untuk mendapatkan akses bisnis.

AS kini gelisah dengan defisit perdagangan sebesar 232,5 miliar dollar AS pada 2006. Angka defisit itu adalah yang tertinggi selama ini dengan satu negara. Defisit dengan China sepertiga dari total defisit perdagangan AS dengan dunia, yang sebesar 765,3 miliar dollar AS. China telah menyebabkan kehilangan 3,2 juta pekerjaan di AS.

Kantor berita Associated Press memberitakan, pemerintahan AS memiliki harapan bahwa kesepakatan dengan China bisa didapatkan dengan skop yang lebih luas, yakni untuk memungkinkan maskapai penerbangan AS langsung menjelajahi wilayah China. AS juga berharap perusahaan perbankan dan pialang saham AS bisa berbisnis di China.

Pertemuan kedua negara berlangsung Selasa (22/5) di Washington. Menteri Keuangan AS Henry Paulson dan Wakil Perdana Menteri China Premier Wu Yi tampil sebagai ketua delegasi masing-masing negara. Pihak AS diwakili kehadiran 10 pejabat tinggi setingkat menteri dan China membawa 14 menteri. Pertemuan serupa terjadi di Beijing pada 2006. Kedua negara memang sepakat untuk bertemu sekali setahun.

AS memiliki sejumlah kartu truf untuk menekan China. Kongres AS misalnya, kini sedang mengancam akan mengeluarkan sejumlah peraturan, yang isinya adalah pengenaan tarif impor atas produk China. Alasannya, China terus menjalankan praktik dagang tidak fair, seperti pematokan kurs yen yang lebih rendah dari nilai pasar untuk menerobos pasar AS.

Alasan lain adalah China tidak berbuat banyak untuk menghentikan pembajakan produk-produk bermerek terkenal buatan AS. Untuk alasan ini, AS sudah menggugat China ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Segala lapisan masyarakat di AS kini juga seakan berlomba-lomba menekan China. Para pengusaha AS juga menuduh China mematok kurs yuan sekitar 8,2 yuan per dollar AS atau 40 persen lebih rendah dari nilai seharusnya. AS menginginkan kurs yuan sekitar 5,3 yuan per dollar AS. Dengan demikian, produk China tidak murah lagi di pasaran AS.

Tekanan demi tekanan

Serikat pekerja AS juga menekan China dengan meminta negara Tirai Bambu ini melakukan perbaikan kondisi pekerja di perusahaan-perusahaan China. Anna Burger, Ketua Change to Win (Koalisi Serikat Pekerja AS), memperjuangkan agar para pekerja di China memiliki hak bersuara.

Pekan lalu, 42 anggota DPR AS (House of Representatives) mengusulkan agar kebijakan kurs China dijadikan sebagai dasar menghukum China. Senator (Demokrat) Charles Schumer mengatakan, China tak pernah serius mengatasi kebijakan kurs yuan.

China tampaknya mencoba menghindari tekanan AS itu. China menyatakan akan mengubah sistem kurs. China juga cukup lihai, dengan berjanji akan membeli senilai 4,3 miliar dollar AS produk teknologi AS, seperti buatan Microsoft, Oracle, dan Hewlett Packard. China juga akan menempatkan dana tiga miliar dollar AS di perusahaan AS, Blackstone Group LP, perusahaan pialang saham terbesar kedua di AS. (REUTERS/AP/AFP/MON)

No comments: