Wednesday, May 23, 2007

Inggris Akan Dakwa Mantan Agen KGB

London, Selasa - Inggris menginginkan ekstradisi seorang mantan agen KGB dan mendakwanya dengan pembunuhan atas pembangkang Rusia yang juga mantan agen KGB, Alexander Litvinenko, menggunakan polonium radioaktif, menurut para penuntut hari Selasa (22/5).

Mantan agen KGB, Andrei Logovoi, yang kini menjadi pengusaha, bertemu dengan Litvinenko di sebuah hotel di London hanya beberapa jam sebelum mantan agen yang lalu jadi pengkritik Kremlin itu jatuh sakit dengan keracunan polonium-210. Dalam wawancara dengan polisi dan media, Lugovoi berulang kali membantah dirinya terlibat.

Kasus yang mengandung unsur politis itu membuat hubungan antara London dan Moskwa memburuk pasca-Perang Dingin. Menteri Luar Negeri Margaret Beckett memanggil Duta Besar Rusia. Beckett berharap akan kerja sama penuh, tapi sebuah sumber pengadilan Moskwa mengatakan Rusia tidak akan menyerahkan tersangka itu.

"Rusia harus memenuhi permintaan hukum kami," kata jubir resmi PM Tony Blair.

"Pembunuhan adalah pembunuhan, ini adalah sebuah kasus yang sangat serius," kata jubir yang minta tak disebutkan namanya sesuai dengan kebijakan pemerintah. "Cara pembunuhan itu juga sangat serius karena risikonya pada kesehatan masyarakat," lanjutnya.

Jubir Blair mengatakan, Rusia dan Inggris mempunyai sebuah perjanjian ekstradisi resmi, namun dia menolak berkomentar pada pernyataan-pernyataan Moskwa sebelum ini bahwa Moskwa tidak akan menyerahkan warga negaranya kepada pihak berwenang Pemerintah Inggris.

Kantor berita Interfax melaporkan, Kejaksaan Agung Rusia mengatakan tidak akan menyerahkan Lugovoi.

"Sesuai hukum Rusia, warga negara Rusia tidak bisa diserahkan kepada negara-negara asing," kata kantor berita itu mengutip jubir kejaksaan agung, Marina Gridneva.

Namun, seorang anggota parlemen Rusia meragukan mengenai klaim bahwa hukum Rusia mencegah ekstradisi semacam itu.

Yuri Sharandin, Ketua Komite Perundangan Konstitusional dari Dewan Federasi, majelis tinggi parlemen, mengatakan, mungkin bagi Rusia untuk mengekstradisi warga negaranya, tetapi Rusia juga bisa menolak permintaan-permintaan semacam itu.

Sharandin mengatakan melalui radio Ekho Moskvy bahwa hal itu akan merupakan urusan Konvensi Eropa mengenai ekstradisi, di mana baik Rusia maupun Inggris menjadi penandatangannya.

Kasus pembunuhan dan mata-mata itu telah membuat tegang hubungan kedua negara, dan langkah ekstradisi itu kelihatannya akan memperburuk keadaan.

"Hari ini saya telah menyimpulkan bahwa bukti yang dikirim pada kami oleh polisi cukup untuk mendakwa Andrei Lugovoi atas pembunuhan Alexander Litvinenko dengan peracunan yang disengaja," kata Ken Macdonald, Kepala Badan Penuntut Inggris CPS.

Litvinenko, seorang mantan agen KGB yang menjadi pengkritik keras Kremlin di pengasingan, bertemu Lugovoi dan seorang pengusaha Rusia lainnya, Dmitri Kovtun, di Hotel Millennium, London, pada 1 November tahun lalu.

Beberapa jam kemudian, Litvinenko sakit parah dan akhirnya meninggal pada 23 November setelah organnya berangsur-angsur gagal berfungsi karena keracunan polonium. (AP/Reuters/AFP/DI)

No comments: