Tunda Penjatahan dan Kenaikan Harga BBM
teheran, senin - Pemerintah Iran tampaknya menunda rencana penjatahan bahan bakar minyak yang seyogianya mulai dilaksanakan hari Rabu (23/5). Pemerintah juga menunda kenaikan harga BBM di pompa-pompa bensin.
Penundaan dilakukan karena pemerintah belum bisa mendistribusikan kupon-kupon jatah BBM secara merata kepada rakyat.
Meski demikian, para pengguna kendaraan sempat mengantre di sejumlah stasiun pompa bensin di Teheran pada Minggu (malam) karena khawatir penjatahan dan kenaikan harga bensin diberlakukan pekan ini.
Sejauh ini indikasi mengenai jadi tidaknya penjatahan dan kenaikan harga bensin disampaikan dengan nada berbeda oleh sejumlah pejabat. "Mulai 22 Mei, BBM akan didistribusikan ke pompa-pompa bensin hanya berdasarkan jumlah kupon, tetapi dengan harga yang sama, yaitu 800 rial per liter (sekitar Rp 720)," kata Mohammad Jafar Behdad dari urusan pers Kantor Kepresidenan Iran.
Ditambahkan, tanggal pasti penjatahan BBM pada warga akan diumumkan kemudian, dan baru setelah itu harga bensin akan naik menjadi 1.000 rial per liter (sekitar Rp 900).
Rencana untuk mengurangi beban anggaran negara karena terlalu besarnya subsidi atas BBM itu sudah menjadi konsensus di Iran. Konsumsi berlebihan oleh para pengguna kendaraan di Iran memaksa produsen minyak kedua terbesar di OPEC itu setiap tahunnya harus mengimpor 40 persen dari total kebutuhan BBM. Nilai impor itu mencapai lebih dari empat miliar dollar AS pada tahun 2006 saja.
Meski sudah menjadi konsensus bersama, Pemerintah Iran menyadari bahwa rakyat Iran selama bertahun-tahun sudah terbiasa dengan harga bensin murah yang tak terbatas.
Namun, rakyat tetap menggerutu. "Saya tidak mengerti mengapa mereka membuat rakyat kebingungan. Tidak seorang pun tahu berapa harga bensin dan berapa banyak yang akan diterima per bulannya. Pemerintah sendiri pun belum tahu," ungkap seorang pengemudi taksi di Teheran, Senin (21/5).
Beberapa pengamat mengatakan, pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang mendapatkan banyak dukungan dari kalangan rakyat miskin Iran masih mengkhawatirkan dampak menaikkan harga bensin itu. Kenaikan itu juga bisa semakin memicu inflasi di Iran yang saat ini sudah berada di atas 17 persen.
Ahmadinejad dan beberapa pejabat telah mengindikasikan rencana itu kemungkinan ditunda. Tambahan pula, ada laporan soal masalah teknis dalam pendistribusian kupon berupa kartu elektronik kepada para pengguna kendaraan bermotor. Kupon itu akan mereka gunakan untuk membeli bensin subsidi.
Banyak warga Iran belum menerima kartu itu. Pemerintah pun belum mengumumkan berapa banyak bensin subsidi yang boleh dibeli para pemilik mobil.
Radio pemerintah melaporkan, pemerintah telah mengumumkan bahwa program penjatahan tidak akan dimulai hingga setiap orang memiliki kartu jatah tersebut.
Ahmadinejad di Belarus
Presiden Ahmadinejad, Senin, tiba di Belarus, negara pecahan Uni Soviet yang dikucilkan karena presidennya dianggap otoriter dan menentang Amerika Serikat.
"Kita memiliki potensi yang sangat besar untuk bekerja sama dalam jangka panjang. Menguatnya hubungan antara Belarus dan Iran akan meningkatkan dukungan atas keamanan regional dan global," papar Ahmadinejad yang disambut dengan pasukan kehormatan di istana Lukashenko.
Dalam kunjungan dua harinya, Ahmadinejad selain bertemu Presiden Alexander Lukashenko, juga akan berkunjung ke sejumlah perusahaan Belarus. Kementerian Luar Negeri Belarus menjelaskan, isu-isu utama yang didiskusikan kedua pemimpin adalah masalah energi, perdagangan, dan ilmu pengetahuan. (AP/AFP/Reuters/OKI)
No comments:
Post a Comment