Perusahaan multi nasional tidak mengenal batas-batas lagi |
Proses yang dikenal sebagai globalisasi ini sebenarnya bukan hal yang baru, namun kecepatan dan cakupannya melaju dengan pesat dalam tahun-tahun belakangan ini.
Dan selalu ada pihak yang meraih keuntungan serta yang dirugikan dalam globalisasi.
Cina yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan salah satu satu negara yang diuntungkan, namun di sisi lain para buruh kasar --termasuk di Cina-- merupakan pihak yang kalah.
Seiring dengan semakin tidak terbatasnya lagi operasi perusahaan multi nasional, sering sekali nasib pekerja kasar menjadi disingkirkan karena alasan efisiensi dan efektifitas.
Perdagangan dunia
Kemiskinan masih tetap melanda sebagian besar dunia |
Sejak tahun 1955, volume perdagangan dunia berkembang pesat dan bagi sejumlah negara peningkatan perdagangan ini menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 1955 nilai perdagangan dunia mencapai US$ 95 milyar sementara tahun 2005 mencapai US$ 10 trilyun.
Namun keuntungan dari perdagangan dunia itu tidak merata ke seluruh dunia karena Eropa yang pertama kali menikmati keuntungannya, disusul kawasan Asia.
Negara-negara di Asia dengan orientasi produk eksport seperti Jepang, Korea, dan Cina menikmati keuntungan dari perekonomian global.
Sedangkan kawasan miskin lain, seperti Afrika, tampaknya masih tertinggal di belakang.
Upaya-upaya terus ditempuh untuk meningkatkan perdagangan antara negara kaya dan miskin.
Sementara itu upaya untuk membuka pasar pertanian mendapat penentangan kuat dari para pegiat yang berpendapat globalisasi akan membuat para petani dan pekerja pertanian semakin miskin.
Perusahaan multi-nasional
Salah satu ciri yang menonjol dalam perdagangan dunia adalah operasi perusahaan multi-nasional yang tidak lagi mengenal batas-batas geografis.
Tahun 1982, misalnya, nilai asset perusahaan multi-nasional diperkirakan tidak sampai US$ 5 trilyun namun sudah mencapai US$ 45 triyun pada tahun 2005.
Selain cara produksi sudah berubah drastis dalam waktu 50 tahun belakangan ini, yang disebabkan oleh makin murahnya biaya produksi dan komunikasi.
Tabel di bawah memperlihatkan biaya percakapan telepon trans-atlantik pada tahun 2000 jauh lebih kurah dibanding tahun 1930.
Produk-produk merk internasional dihasilkan di berbagai pabrik di seluruh dunia dengan keuntungan upah buruh yang lebih rendah dan akses ke pasar setempat yang lebih mudah.
Belakangan industri komputer semakin mempercepat lagi laju globalisasi dengan mengandalkan pabrik di negara-negara berkembang, sementara sejumlah negara yang dulu menutup diri mulai menerima investasi asing, seperti India.
Bahkan beberapa perusahaan multi-nasional mulai mengalihkan bagian layanan pelanggan mereka di negara lain.
Kesenjangan kaya-miskin
Dibalik perkembangan pesat perusahaan multi-nasional, pembagian pendapatan di dunia tidak merata.
Sebanyak 10 % keluarga terkaya dunia mempunyai penghasilan tahunan yang sama dengan 90% keluarga lainnya.
Sementara itu tingkat kepemilikan terasa lebih tidak seimbang lagi dengan kelompok kaya sekitar 1% jumlahnya menguasai 40% harta dunia.
Dan pada saat yang bersamaan kemiskinan menyebar di negara-negara berkembang, menimpa 5/6 dari total penduduk dunia.
Bagaimanapun di beberapa tempat tingkat kemiskinan dilaporkan meningkat, seperti di Cina yang menikmati penurunan drastis kemiskinan.
No comments:
Post a Comment