caracas, senin - Protes menentang keputusan Presiden Venezuela Hugo Chavez yang menutup stasiun televisi RCTV berlanjut, Senin (28/5). Polisi membubarkan massa yang berdemonstrasi di depan gedung otoritas telekomunikasi dengan menyemprotkan air dan gas air mata.
Demonstran di luar Gedung RCTV meneriakkan "Tidak untuk penutupan! Dia (Chavez) kehilangan lebih banyak daripada yang dikira akan didapat. Dia kehilangan pengakuan internasional, dan dia kehilangan rasa hormat dari rakyatnya".
Polisi mengatakan, demonstran melempari gedung dengan batu dan botol. Sedikitnya 11 polisi terluka dalam bentrokan itu.
Layar RCTV berubah hitam, Minggu tengah malam, setelah beberapa saat sebelumnya menayangkan gambar rekaman para karyawan yang berlinang air mata sambil menyanyikan lagu kebangsaan. Mereka menundukkan kepala dan berdoa, diakhiri dengan pernyataan seorang penyiar, "Hidup Venezuela! Kami akan segera kembali!"
Tidak lama kemudian, siaran stasiun televisi milik pemerintah, TVES, muncul di layar dengan tayangan orkestra yang memainkan lagu kebangsaan. Para aktor dan produser turut tampil dalam peluncuran stasiun televisi baru yang akan menayangkan kartun, olahraga, dan program pendidikan anak yang menekankan nilai-nilai sosialis.
"Kami datang untuk memulai televisi baru dengan wajah rakyat yang sebenarnya, wajah yang sebelumnya disembunyikan, dan tidak mereka perbolehkan untuk diperlihatkan," kata Roman Chalbaud, pembuat film pro-Chavez.
Para pendukung Chavez menggelar pesta semalaman di luar studio RCTV untuk merayakan lahirnya "televisi sosialis" baru. Mereka juga merayakan berakhirnya media anti-Chavez.
Berdasarkan hasil jajak pendapat yang diadakan Datanalisis, sebanyak 70 persen rakyat Venezuela menentang penutupan RCTV. Namun, kebanyakan orang malah mengungkapkan kehilangan atas opera sabun favorit mereka daripada pembatasan kebebasan berekspresi.
Pemerintah Venezuela justru memperbarui izin siaran stasiun televisi Venevision, saingan utama RCTV, yang habis pada Jumat. Venevision merupakan milik miliarder Gustavo Cisneros, oposisi yang berbalik mendukung Chavez pada 2004.
Akhir pluralisme
Lawan-lawan politik Chavez mengatakan, penutupan yang mengundang kritik internasional itu akan merusak kebebasan berekspresi di kalangan anggota negara-negara pengekspor minyak (OPEC).
"(Penutupan) ini menunjukkan nuansa kesewenang-wenangan dan otokratik dalam pemerintahan Chavez, sebuah pemerintahan yang takut akan kebebasan pikiran, takut kebebasan pendapat, dan takut kritik," kata Marcel Granier, Direktur RCTV.
Penutupan RCTV juga menunjukkan pembagian politik yang tajam di kalangan rakyat Venezuela, antara kelompok propemerintah dan antipemerintah.
Dalam tajuk rencananya, surat kabar El Nacional menuliskan, penutupan RCTV menandai "akhir pluralisme" di Venezuela dan meningkatnya "monopoli informasi" pemerintah. Chavez dan para pendukungnya membantah kritik itu dan mengatakan media lain masih bisa menggunakan sinyal RCTV.
Rafael Molina dari Asosiasi Pers Inter Amerika yang berbasis di Miami mengatakan, konsesi frekuensi penyiaran seharusnya bukan merupakan hadiah atau hukuman terhadap media atas isi pemberitaan mereka. (ap/afp/reuters/fro)
No comments:
Post a Comment