Monday, May 28, 2007

PERANCIS
Gaya Pemerintahan Presiden Nicolas Sarkozy

Savitri Scherer

Pola kerja Presiden Perancis Nikolas Sarkozy yang dimulai Rabu 16 Mei 2007 tangkas dan lugas. Dikenal sebagai tokoh tegas dalam menangani tugas yang dibawa, Sarkozy kerap mengundang permusuhan dari mereka yang tersinggung oleh ulah dan kata-katanya.

Kecanggihan Sarkozy berkecimpung di dunia politik dan di pemerintahan tetap harus dicatat. Ia menunjuk Francois Fillon (lahir 1954) sebagai perdana menteri, yang diketahui mempunyai kepribadian yang bertolak belakang dari dirinya.

Fillon, yang sempat menangani kementerian sosial (2002-2004) dan kemudian pendidikan, dikenal sabar dan dapat bekerja sama dengan siapa saja, tanpa menonjolkan dirinya dan tanpa mengundang ketegangan.

Salah satu prestasi Fillon, ia sempat mengubah sistem pensiun khusus berkat kebolehannya dalam bernegosiasi dengan berbagai sindikat pekerja.

Kabinet Sarkozy terbilang ketat, dengan 15 menteri, delapan menteri pria dan tujuh menteri wanita, serta tiga sekretaris negara. Di dalamnya hanya dua tokoh lulusan ENA (sekolah administrasi nasional yang umumnya menjadi acuan birokrat Perancis), yaitu mantan PM Alain Juppe yang sekarang menjadi juru bicara pemerintah dan menteri lingkungan hidup dan pembangunan, serta menteri urusan pendidikan tinggi dan penelitian, Valerie Pecress, (39), menteri termuda di kabinet.

Keturunan pendatang

Faktor penting lain, Sarkozy memberikan posisi keempat terpenting dalam kabinet kepada Rachida Dati (lahir 1965) sebagai menteri kehakiman.

Dati berasal dari keluarga pendatang, dengan ayah asal Maroko, seorang pekerja bangunan, dan ibu dari Aljazair.

Dati dibesarkan di Cite (kawasan perumahan sosial) di Chalon-sur Saone, Burgundi, bungsu dari 12 bersaudara. Ketika masih berusia 16 tahun, ia bekerja sebagai pembantu juru rawat malam. Kemudian bekerja di bidang pembukuan dari perusahaan minyak Elf Aquitaine, untuk membiayai pendidikan di universitas di Dijon dalam bidang ekonomi dan administrasi perusahaan. Wanita ini mengambil kursus hukum tahun 1997-1999.

Posisi kontroversial, yaitu menteri urusan imigrasi dan identitas nasional, diberikan kepada Brice Hortefeaux (lahir 1958), yang juga semenjak tahun 2005 aktif menjadi penasihat Sarkozy yang saat itu menjadi menteri dalam negeri. Jabatan ini ibaratnya "kursi panas" karena harus berurusan dengan isu imigran.

Kecerdikan lain dari Sarkozy adalah memberikan kursi menteri luar negeri kepada Bernard Kouchner (lahir 1939), salah satu aktivis generasi Mei 1968. Dalam gerakan protes mahasiswa waktu itu, ia dikenal sebagai anggota kelompok muda komunis. (Kouchner meninggalkan Partai Komunis ketika Praha, ibu kota Cekoslowakia, diduduki pasukan militer Uni Soviet, Agustus ’68).

Pada tahun 1971 Kouchner mendirikan organisasi humanitarian MSF (medecins sans frontieres—dokter tanpa perbatasan) dan tahun 1980 MDM (Medecins du monde—dokter untuk dunia) 1999-2001, ia wakil tinggi PBB di Kesovo.

Akrab dengan kelompok sosialis, mitra hidup jurnalis elektronik tenar Christine Ockrent itu juga menjadi salah satu tokoh pembina organisasi ekonomi negara-negara industri maju, OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) yang bermarkas di Paris, Perancis.

Pengangkatan Kouchner mengundang kejengkelan Sekjen Partai Sosialis Francoise Holland, yang juga mitra hidup Segolene Royal, lawan Sarkozy dalam pemilu kemarin. Walau Kouchner akrab dengan kelompok sosialis, ia tidak pernah menjadi anggota resmi terdaftar di Partai Sosialis.

Tokoh lain, Eric Besson, yang sempat menjadi penasihat ekonomi dalam kampanye Royal (kemudian ia bersengketa dan mengundurkan diri dari Partai Sosialis) menjabat sekretaris negara sebagai penasihat PM Fillon dalam urusan evaluasi kebijaksanaan pemerintah untuk urusan ekonomi dan administrasi negara.

Jean Louis Borloo, juru kampanye Sarkozy dalam pemilu dan mantan menteri perumahan sosial yang sangat populer di kawasan pinggiran Paris, sekarang menjabat menteri ekonomi, keuangan, dan ketenagakerjaan. Jabatan kedua terpenting dalam kabinet.

Sementara menteri urusan anggaran pemerintah dipegang Eric Woerth, pejabat wali kota di Chantilly, kawasan Oise, Paris utara. Tokoh ini berkeyakinan bahwa reformasi hanya bisa terjadi lewat musyawarah. Dalam bernegosiasi dengan sindikat pekerja, ia selalu menyarankan negosiasi.

Urusan pekerjaan, antikemiskinan, dan solidaritas sosial ditangani Xavier Bertrand, direktur organisasi humanitarian Emaus yang didirikan oleh almarhum pendeta katolik Abbe Pierre. Ada itikad Sarkozy untuk mengurusi sektor kesejahteraan masyarakat, yang selama ini selalu menjadi "kekuatan" kelompok kiri (PS).

Pengganti Sarkozy sebagai menteri dalam negeri adalah wanita tangkas, mantan menteri pertahanan yang di kenal dengan akronim MAM, Michele Alliot Marie.

Tugas PHK

Tugas berat yang langsung dihadapi Sarkozy menyangkut pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 10.000 karyawan Aeronotik bersama Eropa, Air Bus. Perancis harus memangkas sebesar 4.300 orang, Jerman sebanyak 3.700 dan Inggris 1.600. Pekan lalu Sarkozy langsung bernegosiasi dengan sindikat pekerja Airbus di Toulouse.

Tugas lain menyangkut reformasi di sektor transportasi publik. Salah satu peraturan yang harus diterapkan adalah menyangkut jasa minimal yang harus disediakan bila para pekerja transportasi mengadakan pemogokan, demi tidak mengganggu kebutuhan pekerja di sektor lain.

Menurut Le Monde, Sarkozy didukung oleh mereka yang berusia 60-69 tahun (61 persen) dan di atas 70 tahun (68 persen). Sementara mayoritas pendukung Segolene Royal umumnya masih muda, sekitar 20-34 tahun (58 persen).

Pemerintahan Sarkozy mengantisipasi dengan cermat para pemilih manula dan mereka yang berusia di bawah 20 tahun untuk pemilu tahun 2010, yang jumlahnya diperkirakan mencapai 46 persen. Karena itu, prioritas pemerintah adalah meluaskan sebanyak mungkin masyarakatnya bekerja lebih lama lagi.

Di lain pihak, pekerja baru dari generasi muda menuntut sebanyak mungkin jaminan sosial.

Kepopuleran Sarkozy dan partainya, UMP, masih akan diuji dalam pemilu legislatif pada 10 dan 17 Juni mendatang untuk memilih anggota parlemen baru.

Savitri Scherer Pembantu Kompas di Paris, Perancis

No comments: