venezuela
Chavez Menyerang Media Kelompok Oposisi
CARACAs, selasa - Media massa milik oposisi kembali mendapat serangan dari Presiden Venezuela Hugo Chavez. Untuk kali ini, Selasa (29/5), Chavez dengan keras mengecam stasiun TV Globovision dan menuding media itu "musuh utama negara".
Selain itu, Chavez juga bertekad melakukan apa saja untuk menghentikan upaya berbagai media yang "berniat memicu gejolak kekerasan sekaligus menghasut keselamatan dirinya".
Selama ini, menurut pandangan Chavez, Globovision termasuk stasiun TV yang antipemerintah. "Saya meminta Globovision bersikap kalem dan tenang. Jika mereka terus bersikap keras seperti sekarang ini, maka saya yang akan menghentikan langkah mereka," kata Chavez saat berpidato tanpa menjelaskan lebih lanjut maksud dari pernyataannya itu. Namun dari laporan beberapa media, Chavez memunculkan dugaan konspirasi untuk memicu pemberontakan.
Menanggapi sikap Chavez, penasihat hukum Globovision, Perla Jaimes, menegaskan, Chavez sama sekali tidak mempunyai dasar hukum menjatuhkan sanksi terhadap Globovision. Karena itu, Globovision tidak akan terpengaruh dengan ancaman-ancaman Chavez. "Globovision tidak akan pernah mengubah sikap. Kami hanya menjalankan tugas menyiarkan berita apa pun yang tengah terjadi di negeri ini," ujarnya.
Sebelum mengancam Globovision, Chavez menutup Radio Caracas Television (RCTV) yang juga milik oposisi, Minggu. Meski dikecam dan diprotes ribuan pengunjuk rasa, Chavez berkeras tidak memperbarui izin stasiun TV itu. Padahal, RCTV termasuk stasiun TV tertua Venezuela yang telah 53 tahun beroperasi.
Chavez beralasan, program tayangan RCTV menyerang moral rakyat dengan acara opera sabun yang seperti "ular berbisa" dan acara kartun anak-anak yang penuh rasa benci, gejolak kekerasan, dan bahkan seks.
Untuk Globovision, Chavez menuding stasiun TV itu sengaja mendorong munculnya calon pembunuh presiden dengan menayangkan peristiwa tahun 1981, yakni peristiwa upaya pembunuhan mendiang Paus Yohanes Paulus II dengan diiringi latar lagu Ruben Blades berjudul This Doesn’t Stop Here.
Protes Chavez
Menanggapi tindakan Chavez, ribuan demonstran, baik pro maupun anti-Chavez, menyelenggarakan aksi besar-besaran di Caracas, Anzoategui, dan Carabobo. Kecaman dan protes tak hanya datang dari warga Venezuela, tetapi juga dari komunitas internasional, terutama dari kelompok peduli kebebasan pers seperti di Uni Eropa, Senat Chile, dan Human Rights Watch.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tom Casey, meminta pemerintahan Venezuela menarik kembali berbagai kebijakan yang membatasi kebebasan berekspresi. "Hak berpendapat adalah hak asasi manusia yang paling dasar dan merupakan elemen penting di dalam sistem demokrasi," ujarnya.
Kecaman AS seperti ini bukan yang pertama kali karena AS kerap mengecam kebijakan Chavez yang bersuara keras dan pedas dalam mengkritik Presiden AS George W Bush beserta pemerintahannya. Sejak duduk di kursi kekuasaan tahun 1999, Chavez bisa memenangkan hati mayoritas rakyat Venezuela dengan berbagai program sosial yang bernilai triliunan dollar AS dari hasil sumber daya minyak. Namun, banyak pihak menilai langkah-langkah Chavez dalam menjalankan kekuasaannya justru mengancam sistem demokrasi. Para pengamat politik menilai Chavez mengikuti gaya pemimpin Kuba Fidel Castro. (REUTERS/AFP/AP/LUK)
No comments:
Post a Comment