Saturday, May 26, 2007

hubungan bilateral
China Tolak Tekanan AS


Beijing, Jumat - Media China, Jumat (25/5), menuduh AS telah menggunakan isu perdagangan sebagai alat politik. Pertarungan pemilu presiden antara kubu Demokrat dan Republik tahun depan pun diduga akan menjadikan isu defisit perdagangan AS dengan China sebagai salah satu isu besar.

Dalam pertemuan dengan Presiden AS, Kamis (24/5) di Gedung Putih, Washington, Wakil Perdana Menteri China Wu Yi menolak permintaan AS. Salah satu permintaan itu adalah agar China memberlakukan sistem pasar untuk menentukan kurs mata uang yuan.

Sejauh ini China tidak mau membiarkan kurs yuan ditentukan berdasarkan mekanisme pasar, tetapi memakai sistem kurs tetap. Terkadang China mengambangkan kurs yuan, tetapi pada umumnya kurs yuan masih dikendalikan. Sistem kurs seperti ini juga berguna mencegah satu negara menghadapi gejolak dahsyat kurs mata uang, seperti yang pernah menghantam Asia pada 1997. China masih trauma dengan dengan kejadian di Asia itu.

Namun, ini adalah salah satu sistem kurs yang juga masih diterima dunia. Namun, AS menuduh China sengaja membuat kurs yuan lebih murah dari seharusnya (sekitar 40 persen lebih murah) dengan tujuan agar produk China lebih murah untuk dijual di pasar AS, terutama untuk produk manufaktur. Sektor ini adalah titik lemah AS, di mana sekitar 2,3 juta lapangan kerja di AS telah tergusur akibat serbuan produk-produk China.

China menolak permintaan AS soal kurs tersebut. Presiden AS George Walker Bush menyatakan kecewa setelah pertemuan dengan Wakil PM Wu Yi. Pertemuan dengan Bush berlangsung seusai pertemuan ekonomi dua hari antara delegasi China dan AS. Namun, Bush berpendapat masih banyak area lain yang bisa dikembangkan dalam hubungan bilateral China dan AS.

Wu justru balik menuduh AS sebagai pihak yang membuat defisit perdagangan terjadi, sekitar 232 miliar dollar AS, artinya ekspor AS ke China lebih besar daripada impor China dari AS.

Meski menolak melepaskan sistem kurs, China menandatangani kontrak bisnis senilai 36 miliar dollar AS bagi pengusaha AS. Salah satu contoh adalah China akan membuka pasarnya terhadap maskapai penerbangan AS. China juga akan memberi kesempatan lebih besar bagi perusahaan AS di bidang perbankan dan pialang untuk berinvestasi di China.

Namun, Wakil PM Wu menuduh AS sebagai pihak yang menyebabkan defisit itu terjadi. Masalahnya, China masih memerlukan impor produk berkandungan teknologi dari AS. Namun, AS sejauh ini masih membatasi ekspor berkandungan teknologi ke China.

Harian di China, People’s Daily, pada edisi Jumat juga menuduh isu defisit perdagangan AS dengan China telah dijadikan komoditas politik dalam persaingan antara Partai Republik dan Partai Demokrat.

Proteksionis

Media di China juga menuduh Kongres AS, yang didominasi Partai Demokrat, juga sudah mengarah ke sikap proteksionis. Ini adalah sikap yang sebenarnya ditentang dunia internasional. Adalah sikap proteksionis yang pernah membuat dunia mengalami resesi ekonomi sejak dekade 1930-an hingga dekade 1960-an.

Kongres AS sejauh ini tidak peduli dengan kritikan China. Bahkan, Kongres AS sudah mengajukan rancangan undang-undang yang bertujuan mengenakan tarif yang lebih tinggi atas impor produk China. Ini adalah sebuah tindakan yang merugikan konsumen AS sendiri.

Pemerintahan Bush sejauh ini tak terlalu menekan China. Namun, hal itu menimbulkan keramahan di Kongres AS. "Jika China dan pemerintahan Bush tidak mengambil tindakan untuk mengatasi defisit perdagangan, akan ada niat kuat di Kongres untuk bertindak," kata Pemimpin Mayoritas Senat AS, Harry Reid, setelah bertemu dengan Wu. (REUTERS/AP/AFP/MON)

No comments: