Tuesday, May 29, 2007

Tajuk Rencana

Soal Iklim, Seharusnya G-8 di Depan

Untuk menghadapi tantangan perubahan iklim global, kita umat manusia seharusnya bersatu padu. Ini karena kita semua hidup dalam satu Bumi.

Mustahil ada perbedaan nasib yang signifikan manakala terjadi bencana lingkungan global. Kita tegaskan lagi, iklim Bumi adalah urusan seluruh umat manusia. Memang, kalau merunut sebab-musababnya, negara berkembang bisa menyalahkan negara industri maju. Negara berkembang masih belum banyak melakukan aktivitas industri.

Atas dasar itu, sebenarnya memang secara moril negara-negara maju memikul tanggung jawab lebih besar dalam upaya mengerem atau menanggulangi gejala perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia.

Lalu, kalau yang disebut negara-negara maju yang tergabung dalam Grup 8 (G-8), maka merekalah seharusnya yang memberi contoh. Hanya saja, di antara anggota G-8 pun terdapat perbedaan tajam, dalam hal ini antara Amerika Serikat dan ketujuh anggota lain, yang sebagian besar merupakan negara Eropa.

Pada satu sisi, Ketua G-8 sekarang ini, Kanselir Jerman Angela Merkel, telah menjadikan masalah perubahan iklim global sebagai prioritas pembicaraan pada pertemuan puncak G-8 yang berlangsung 6-8 Juni mendatang. Pada sisi lain, AS justru diketahui berencana menolak upaya untuk menetapkan target pengurangan emisi yang mengikat penuh.

Sebelum ini pun AS diketahui menolak Protokol Kyoto yang ia nilai tidak adil karena tidak memperhitungkan aktivitas industri yang dilakukan negara berkembang seperti China dan India. Bagi AS, lebih baik membayar kompensasi daripada harus membongkar sistem produksi yang ada sekarang ini dan mengganti dengan sistem berteknologi baru yang lebih hemat dalam penggunaan energi. Ini baik, tetapi perlu investasi tidak kecil, dan AS takut daya saingnya turun.

Dengan tidak dicapainya kesepakatan mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global, suhu Bumi dipastikan akan naik tak tertahankan. Kemarin kita membaca ramalan, kalau kecenderungan yang ada sekarang ini tak dihentikan, bisa jadi umur Bumi hanya tinggal satu abad lagi karena banyak spesies dan pranata hidup yang tidak kuat lagi bertahan di Bumi yang makin panas.

Dalam perspektif itu, aneh juga kalau ada satu negara yang ngotot mempertahankan kepentingan nasionalnya tanpa melihat prospek suram di depan yang dipastikan juga akan memengaruhi eksistensinya. Dengan realitas di atas, masih dapatkah kita berharap G-8 akan berdiri di depan dalam memerangi perubahan iklim?

No comments: