Monday, August 13, 2007

Ekstremisme Hancurkan Rakyat

Musharraf Tolak Kembalinya Pemimpin Oposisi ke Pakistan

kabul, minggu - Presiden Pakistan Pervez Musharraf mengatakan, Pakistan dan Afganistan harus bekerja sama untuk menyelamatkan rakyat mereka dari ketertinggalan dan kekerasan kelompok ekstrem.

Pada pidato penutupan pertemuan dewan suku atau disebut jirga, Minggu (12/8), Musharraf mengatakan, kedua negara bertetangga itu harus menghilangkan rasa saling tidak percaya.

"Masyarakat kita menghadapi bahaya besar dari kelompok minoritas yang menciptakan kekerasan dan keterbelakangan," kata Musharraf di hadapan sekitar 700 kepala suku, politisi, dan tokoh masyarakat dari Pakistan dan Afganistan.

Kedua negara itu, kata Musharraf, masih terjebak dalam meningkatnya militansi, ekstremisme, dan radikalisme, padahal negara-negara lain berlomba mengejar pertumbuhan ekonomi. "Kekuatan (ekstrem) itu menghancurkan perdamaian dan harmoni, menghambat kemajuan dan pembangunan," ujarnya.

Musharraf dan Presiden Afganistan Hamid Karzai sepakat untuk menggelar pertemuan guna mengupayakan strategi bersama menentang kelompok Al Qaeda dan Taliban. Pejabat Afganistan sering menuding Pakistan melindungi kelompok Al Qaeda dan Taliban agar negara tetangganya tetap lemah.

Pakistan membantah keras tudingan tersebut. Musharraf menambahkan, kedua negara harus berhenti saling menyalahkan soal penyebab kekerasan dan lebih berkonsentrasi pada upaya krusial menyelamatkan rakyat.

Pada penutupan pertemuan jirga itu, sebuah deklarasi bersama disampaikan kepada para kepala suku. Isinya adalah seruan untuk merumuskan langkah-langkah melawan terorisme, di antaranya menghancurkan kamp pelatihan militan serta pembentukan dewan yang mendorong kerja sama lebih dekat di antara kedua negara.

Tolak oposisi

Musharraf kemarin juga menegaskan penolakan terhadap kembalinya dua mantan perdana menteri yang diasingkan, Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif, ke Pakistan saat pemilu digelar akhir tahun ini atau awal tahun depan. Alasan Musharraf, kembalinya kedua mantan pemimpin itu bisa menyebabkan kekacauan di Pakistan.

Musharraf menunjukkan sebuah dokumen yang menyebutkan bahwa Sharif telah menandatangani kesediaan berada di pengasingan selama 10 tahun. Sharif diasingkan ke Arab Saudi setelah digulingkan melalui kudeta yang dipimpin Musharraf.

Adapun Bhutto mengasingkan diri ke Abu Dhabi dan London terkait tuduhan korupsi. Sharif dan Bhutto sama-sama menyatakan bahwa mereka akan kembali ke Pakistan menjelang pemilu. (ap/afp/reuters/fro)


Musharraf Tolak Kembalinya Pemimpin Oposisi ke Pakistan

kabul, minggu - Presiden Pakistan Pervez Musharraf mengatakan, Pakistan dan Afganistan harus bekerja sama untuk menyelamatkan rakyat mereka dari ketertinggalan dan kekerasan kelompok ekstrem.

Pada pidato penutupan pertemuan dewan suku atau disebut jirga, Minggu (12/8), Musharraf mengatakan, kedua negara bertetangga itu harus menghilangkan rasa saling tidak percaya.

"Masyarakat kita menghadapi bahaya besar dari kelompok minoritas yang menciptakan kekerasan dan keterbelakangan," kata Musharraf di hadapan sekitar 700 kepala suku, politisi, dan tokoh masyarakat dari Pakistan dan Afganistan.

Kedua negara itu, kata Musharraf, masih terjebak dalam meningkatnya militansi, ekstremisme, dan radikalisme, padahal negara-negara lain berlomba mengejar pertumbuhan ekonomi. "Kekuatan (ekstrem) itu menghancurkan perdamaian dan harmoni, menghambat kemajuan dan pembangunan," ujarnya.

Musharraf dan Presiden Afganistan Hamid Karzai sepakat untuk menggelar pertemuan guna mengupayakan strategi bersama menentang kelompok Al Qaeda dan Taliban. Pejabat Afganistan sering menuding Pakistan melindungi kelompok Al Qaeda dan Taliban agar negara tetangganya tetap lemah.

Pakistan membantah keras tudingan tersebut. Musharraf menambahkan, kedua negara harus berhenti saling menyalahkan soal penyebab kekerasan dan lebih berkonsentrasi pada upaya krusial menyelamatkan rakyat.

Pada penutupan pertemuan jirga itu, sebuah deklarasi bersama disampaikan kepada para kepala suku. Isinya adalah seruan untuk merumuskan langkah-langkah melawan terorisme, di antaranya menghancurkan kamp pelatihan militan serta pembentukan dewan yang mendorong kerja sama lebih dekat di antara kedua negara.

Tolak oposisi

Musharraf kemarin juga menegaskan penolakan terhadap kembalinya dua mantan perdana menteri yang diasingkan, Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif, ke Pakistan saat pemilu digelar akhir tahun ini atau awal tahun depan. Alasan Musharraf, kembalinya kedua mantan pemimpin itu bisa menyebabkan kekacauan di Pakistan.

Musharraf menunjukkan sebuah dokumen yang menyebutkan bahwa Sharif telah menandatangani kesediaan berada di pengasingan selama 10 tahun. Sharif diasingkan ke Arab Saudi setelah digulingkan melalui kudeta yang dipimpin Musharraf.

Adapun Bhutto mengasingkan diri ke Abu Dhabi dan London terkait tuduhan korupsi. Sharif dan Bhutto sama-sama menyatakan bahwa mereka akan kembali ke Pakistan menjelang pemilu. (ap/afp/reuters/fro)

No comments: