Wednesday, August 15, 2007

Pakistan, 60 Tahun Setelah Merdeka

Sejarah Pakistan sangat menarik dan berwarna. Negara yang tanggal 14 Agustus kemarin genap berusia 60 tahun itu nyaris selalu dalam pergolakan.

Sejak memisahkan diri dari India tahun 1947, cerita Pakistan adalah cerita tentang tarik-menarik antara pemerintahan sipil dan pemerintahan militer, di satu sisi. Di sisi lain, terjadi tarik-menarik antara kekuatan liberal dan religius.

Alhasil, Pakistan pun gagal, baik untuk menjadi negara demokrasi, teokrasi, maupun diktator militer. Sementara itu, ketegangan sektarian dan etnis terus membayangi negeri itu.

Sekarang ketika negeri itu tengah memperingati ulang tahunnya yang ke-60, persoalan tersebut masih tetap membelenggu. Bahkan, kini, Pakistan dibelit krisis politik yang begitu dalam.

Penyelesaian krisis Masjid Merah, misalnya, telah menyuburkan benih-benih ketidakpuasan. Kelompok oposisi makin terang-terangan menentangnya karena kasus pencopotan ketua Mahkamah Agung.

Pidato Presiden Pervez Musharraf pada penutupan pertemuan dewan suku secara jelas menggambarkan hal itu. Menurut Musharraf, Pakistan—juga Afganistan—masih terjebak dalam meningkatnya militansi, ekstremisme, dan radikalisme. Ia secara tegas mengatakan, kekuatan itu menghancurkan perdamaian dan harmoni serta menghambat kemajuan dan pembangunan.

Musharraf juga menyerukan seluruh bangsa untuk bersatu melawan terorisme. Ia juga mengajak seluruh rakyatnya untuk bersama-sama melawan Al Qaeda dan Taliban di wilayah perbatasan dengan Afganistan.

Bagaimana keluar dari krisis politik tersebut? Ia mengajak seluruh rakyatnya untuk bersatu. Namun, ia sendiri terkesan terjebak dalam situasi mendua. Di satu sisi, ia membutuhkan partai-partai politik Islam di parlemen karena dari merekalah ia mendapatkan dukungan. Mereka inilah yang digunakan sebagai benteng demokrasi. Akan tetapi, di sisi lain, ia "bergantung" pada AS yang memberikan dukungan keuangan, legitimasi internasional, dan perang melawan Al Qaeda.

Musharraf, memang, menyatakan bahwa perang melawan terorisme bukan pesanan AS dan bagi kepentingan mereka, melainkan bagi kepentingan rakyat Pakistan. Namun, kesan bahwa ia di bawah bayang-bayang kepentingan Washington ditangkap rakyatnya. Itulah yang membuat dia dalam posisi sulit.

Umur 60 tahun bagi sebuah negara masih tergolong muda. Masih banyak kesempatan untuk mewujudkan impian para Bapak Bangsa Pakistan. Itu tugas para pemimpin Pakistan, saat ini. Selamat Ulang Tahun.

***

No comments: