Malaysia sekarang ini tengah menghadapi masalah serius, yakni menyangkut yurisdiksi antara pengadilan sekuler dan pengadilan agama.
Ditakutkan bahwa masalah tersebut akan berpengaruh terhadap kebebasan beragama. Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi menangkap keseriusan masalah itu.
Badawi buru-buru mengatakan akan bersikap "adil" kepada semua kepercayaan. Ia juga mendesak kaum minoritas untuk bersabar dan membiarkan pemerintah menetapkan bagaimana menyelesaikan perselisihan hukum mengenai kebebasan beribadat.
Amat menarik apa yang dikatakan Badawi: "Saya adalah perdana menteri Anda yang mewakili semua ras. Saya harus adil kepada semua."
Badawi paham benar bagaimana dia harus menempatkan diri sebagai pemimpin sebuah negeri multi-etnis. Menjadi pemimpin sebuah negara tidak hanya mewakili satu kelompok, satu golongan, satu partai, dan juga satu agama, melainkan mewakili semua pihak; di atas semuanya. Tidak berpihak. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan aligning people, menyatukan rakyat.
Itulah yang hendak diperankan Badawi. Karena itu, Badawi berani bersikap dan berani menempatkan diri, di mana ia harus berada ketika masyarakat negerinya menghadapi persoalan. Ia juga mengakui bahwa isu tersebut serius dan ia tidak bisa melarikan diri dari masalah itu.
Seperti yang dikatakan Badawi, masalah kebebasan beribadat adalah masalah serius. Kebebasan beribadat mensyaratkan adanya toleransi. Yang dimaksud sebagai toleransi, mengutip pendapat John L Sullivan, adalah "kesediaan untuk menerima perbedaan". Sementara itu, Bernard Lewis berpendapat bahwa ujian untuk melihat apakah civil society, masyarakat kewargaan ada atau tidak ada, adalah toleransi
Toleransi membantu stabilitas masyarakat, yang pada gilirannya memperkuat demokrasi. Sebaliknya, intoleransi membuat demokrasi sulit bertahan. Dengan kata lain, di sebuah negara demokrasi, setiap warga negara secara normatif harus memiliki kesempatan yang sama untuk meraih tujuan masing-masing, termasuk dalam hidup beragama. Kebebasan ini akan bisa terjamin apabila warga negara toleran terhadap kepercayaan yang berbeda-beda yang dianut oleh sesama warga negara.
Masyarakat Malaysia, terutama kaum minoritas, kini berharap bahwa janji Badawi itu akan digenapi. Sebab, jika sebaliknya, maka persoalannya akan bertambah runyam. Hal itu akan mengancam keutuhan bangsa dan negara.
No comments:
Post a Comment