Wednesday, August 8, 2007

Oposisi: Musharraf Harus Mundur dari Jabatannya

Lahore, Minggu - Pemimpin oposisi Pakistan yang baru keluar dari penjara, Javed Hashmi, menuntut Presiden Jenderal Pervez Musharraf mundur dari jabatannya. Hashmi yakin, jika Musharraf mundur, pemilu yang akan datang bebas dari intervensi pemerintah.

Hashmi juga mendesak Musharraf agar membiarkan mantan PM Nawaz Sharif dan mantan PM Benazir Bhutto yang berada di pengasingan pulang ke Pakistan untuk mengikuti pemilu legislatif awal tahun 2008, yang diikuti dengan pemilu presiden.

Pernyataan itu disampaikan Hashmi dalam konferensi pers, Minggu (5/8) atau satu hari setelah dia dibebaskan dari penjara dengan uang jaminan atas perintah Mahkamah Agung. Hashmi adalah pejabat senior partai Liga Muslim Pakistan (PML-N) pimpinan mantan PM Nawaz Sharif yang mengasingkan diri. Dia ditahan tahun 2003 karena menyebarkan surat yang menentang pemerintahan Musharraf. Setahun kemudian, dia divonis 23 tahun penjara karena dianggap berkhianat dan menentang pemerintahan Musharraf.

Pembebasan Hashmi dianggap kemenangan bagi partai oposisi. Karena itu, ratusan pendukung partai oposisi menyambut Hashmi di depan penjara Kot Lakhpat. Saat itu, dengan lantang Hashmi berkata kepada mereka, "Kita harus menyingkirkan kediktatoran. Ini harus menjadi agenda semua partai."

Bhutto, yang berada di pengasingan, juga menyampaikan tuntutan senada. Dia meminta Musharraf keluar dari tubuh militer jika ingin mengikuti pemilu presiden untuk masa jabatan berikutnya. Bhutto mengatakan, partainya belum memutuskan apakah akan mendukung Musharraf, menetapkan calon sendiri, atau memboikot pemilu presiden mendatang.

Bentrokan berlanjut

Musharraf, yang berkuasa setelah menyingkirkan PM Sharif melalui kudeta berdarah delapan tahun lalu, saat ini sedang menghadapi tantangan berat. Dia harus berhadapan dengan politisi dan sebagian rakyat yang menuntut pemulihan demokrasi secara penuh. Dia juga harus menghadapi kelompok garis keras yang terus meningkat.

Hari Sabtu lalu, pasukan pemerintah kembali bentrok dengan kelompok garis keras. Sebanyak 23 orang, termasuk empat tentara, tewas. Pasukan pemerintah menyatakan, anggota kelompok garis keras menembakkan roket secara beruntun ke pos militer pemerintah dekat perbatasan Afganistan. Ini adalah bentrokan terakhir antara pasukan pemerintah dan kelompok garis keras. Bulan lalu, bentrokan terjadi hampir setiap hari dan menewaskan sekitar 350 orang.(AP/AFP/BSW)

No comments: