Memasuki tahun 2008, harapan bagi dunia tentu tak jauh dari keinginan untuk terciptanya perdamaian yang makin kokoh. Harapan itu sah.
Mengapa? Karena memang dewasa ini di sejumlah negara dan wilayah, konflik dan kekerasan masih berlangsung. Pertanyaannya, seberapa besar peluang mewujudkan perdamaian yang dicita-citakan tersebut?
Ingatan kita tentu saja cepat melayang ke Timur Tengah, sambil mengharapkan konflik antara Israel dan Palestina yang sudah berlangsung puluhan tahun bisa segera mendapat jalan keluar yang nyata. Konferensi Annapolis yang berlangsung 27 November lalu banyak diharapkan bisa membuka kembali peluang itu.
Sebagian memang berharap konferensi yang diselenggarakan menjelang berakhirnya kepemimpinan Presiden George W Bush bisa menghasilkan terobosan berarti, justru ketika pemimpin AS ini ingin meninggalkan warisan yang berarti. Namun kita juga tidak naif untuk mengharapkan konflik yang sudah berlangsung bertahun-tahun bisa diselesaikan segera. Tetapi, mengikuti ungkapan bijak, manusia boleh kehilangan semuanya, kecuali harapan. Apalagi di Annapolis diwacanakan solusi dua-negara bagi pengakhiran konflik.
Harapan sama juga kita tujukan untuk Irak, yang setelah diinvasi AS tahun 2003 terjebak dalam konflik yang berkepanjangan. Afganistan pun yang sebelumnya dikira telah stabil ternyata juga masih menyimpan bara sehingga bersama Irak sempat disebut sebagai tempat berlangsungnya konflik tiada akhir.
Kita juga tidak melupakan Sudan, yang selama beberapa tahun terakhir terus dilanda kekerasan yang menjurus pada terjadinya bencana kemanusiaan seperti yang tampak di Darfur. Di sini terdapat sekitar 2,5 juta pengungsi, sementara konflik yang memanas sejak tahun 2003 telah menewaskan sedikitnya 200.000 orang.
Karena untuk menyelesaikan berbagai konflik yang ada juga dibutuhkan kepemimpinan yang visioner, pada tahun 2008 ini kita pun berharap akan muncul pemimpin baru dunia yang bisa membawa harapan baru.
Sementara Kamis ini, satu babakan penting pemilihan presiden AS dimulai di Iowa, di tempat lain pun boleh jadi akan muncul pemimpin baru, seperti di Rusia, atau di Thailand untuk kawasan ini.
Adanya pendekatan baru terhadap konflik yang sudah ada, atau munculnya pemimpin baru bagi munculnya visi dan inisiatif baru, acap kali memang diperlukan agar diperoleh suasana segar, atau bahkan terobosan. Urgensi penyelesaian konflik-konflik lama kita pandang semakin mendesak, ketika berbagai isu baru bermunculan, seperti halnya pemanasan global dan penyakit flu burung.
No comments:
Post a Comment