Sunday, January 6, 2008

Thailand Pasca Pemilu


Militer Salah Perhitungan

Ketika militer pimpinan Jenderal Sonthi Boonyaratglin berhasil menjatuhkan Thaksin Shinawatra dari kursi perdana menteri tahun lalu, sebagian warga Bangkok menyambutnya dengan sukacita.

Mereka yang muak dengan pemerintahan Thaksin mendatangi tentara untuk menyampaikan terima kasih dengan membawa makanan, minuman kaleng, bahkan jimat. Selain itu, setiap kali iring-iringan kendaraan tentara, ribuan warga Bangkok melambaikan tangan dan melemparkan bunga ke arah tentara sambil bertepuk tangan.

Melihat situasi di Bangkok ketika itu, orang pasti berpikir bahwa kudeta militer benar-benar direstui rakyat. Namun, Thailand bukan hanya Bangkok. Jauh di sudut-sudut desa di utara Thailand, warga kelas menengah bawah menangisi kejatuhan Thaksin. Thaksin-lah yang memberikan fasilitas kesehatan dan kredit supermurah kepada para petani dan warga miskin. Thaksin-lah yang memunculkan harapan bagi mereka.

"Thaksin itu orang baik, mengapa orang seperti itu dibenci," kata nenek No, petani miskin di Desa Mae Sa, Chiang Mai, yang ditemui Kompas beberapa hari setelah Thaksin jatuh, September 2006.

Selain masih dicintai rakyat kecil, Thaksin juga memiliki dukungan dari sejumlah pejabat polisi, militer, dan 350 anggota parlemen yang pernah berutang budi kepadanya. Mereka inilah yang menjalankan mesin politik Thaksin secara bergerilya maupun terbuka ketika Thaksin berada di pengasingan. Karena itu, wajar jika kubu Thaksin kini memenangi pemilu.

Militer terbuai dan lupa bahwa pemilu tidak hanya ditentukan oleh warga di kota, tetapi juga warga di desa. Mereka salah perhitungan. Kampanye negatif militer tak melunturkan dukungan rakyat kecil kepada Thaksin. (BSW)

No comments: