Friday, October 12, 2007

Bhutto Diminta Tunda Rencana


Perundingan Gencatan Senjata Tentara-Kelompok Bersenjata Dimulai

Islamabad, Kamis - Presiden Pakistan Pervez Musharraf, Rabu (10/10), meminta mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto menunda rencana pulang ke Pakistan dan akan lebih baik jika Bhutto pulang setelah ada keputusan MA.

Menurut rencana, Bhutto pulang tanggal 18 Oktober. Dalam pandangan Musharraf, sebaiknya Bhutto kembali ke Pakistan apabila Mahkamah Agung sudah mengeluarkan keputusan mengenai keabsahan Musharraf sebagai calon presiden Pakistan. "Lebih baik Bhutto pulang setelah ada keputusan. Kita harus menyelesaikan persoalan pemilu terlebih dahulu," ujar Musharraf.

Jubir Partai Rakyat Pakistan (PPP) pimpinan Bhutto, Farhatullah Babar, menyebutkan tidak akan ada perubahan dalam rencana kepulangan mantan PM yang mengasingkan diri ke London selama delapan tahun itu. Bhutto berencana kembali ke Pakistan untuk memimpin partai berpartisipasi dalam pemilu, awal Januari 2008. "Bhutto akan tetap pulang sesuai rencana. Tidak akan ada perubahan," ujarnya.

Menurut rencana, MA akan menggelar sesi dengar pendapat tanggal 17 Oktober untuk membahas aduan dari kelompok oposisi mengenai keabsahan Musharraf sebagai kandidat presiden. Oposisi menilai Musharraf tidak memenuhi syarat untuk menjadi kandidat karena memegang jabatan sebagai panglima Angkatan Bersenjata. Musharraf yang mulai berkuasa setelah kudeta militer tahun 1999 berjanji melepas jabatan militernya setelah status sebagai presiden baru Pakistan sudah ada di tangan.

Gencatan senjata

Untuk mengakhiri konflik berdarah yang terjadi sepanjang perbatasan selama enam tahun, tokoh-tokoh masyarakat di Pakistan mengupayakan gencatan senjata antara tentara dan kelompok bersenjata. Proses perundingan digelar di Miranshah, Waziristan Utara, setelah terjadi pertikaian sengit selama berhari-hari hingga menyebabkan 250 orang tewas, termasuk 47 tentara. Namun, sampai sekarang belum ada perkembangan dari hasil perundingan itu.

Sebenarnya gencatan senjata informal sudah dimulai Rabu hanya untuk memberi kesempatan mengubur 50 orang yang tewas dalam serangan udara ke pasar di Desa Ippi. Menurut militer, ke-50 orang yang tewas itu anggota dari kelompok bersenjata pro-Taliban. Namun, warga Ippi menyatakan, para korban benar-benar hanya warga biasa, termasuk wanita dan anak-anak. Akibat serangan itu, ribuan warga Desa Ippi berbondong-bondong mengungsi ke kota terdekat, Mir Ali. (AFP/LUK)

No comments: