Tuesday, October 30, 2007

Citra Lain Kisah Pembangunan India


Kisah pembangunan ekonomi India tidak hanya melahirkan citra sukses, tetapi juga problematik kesenjangan sosial yang semakin melebar.

Ekspresi kekecewaan atas kesenjangan itu antara lain terlihat pada gelombang protes yang melibatkan ribuan petani gurem, buruh petani, dan masyarakat pedesaan hari Minggu 28 Oktober di New Delhi, ibu kota negara.

Protes yang melibatkan 25.000 demonstran di New Delhi terasa semakin dramatis karena merupakan klimaks gelombang protes yang berlangsung sejak hari ulang tahun tokoh spiritual almarhum Mahatma Gandhi tanggal 2 Oktober di Gwalior, India tengah.

Setelah menempuh jarak 600 kilometer dari Gwalior dalam tempo 26 hari, kaum demonstran tiba di New Delhi hari Minggu 28 Oktober. Kontingen Gwalior kemudian mendapat dukungan kaum demonstran 15 dari 29 negara bagian India. Kaum demonstran menuntut hak atas lahan dan air yang semakin dicaplok oleh kepentingan industri dan pemilik modal.

Banyak lahan pertanian memang telah beralih fungsi menjadi kawasan industri, yang sebagian dikuasai investor asing. Sebagai dampaknya, semakin banyak rakyat India tidak memiliki tanah lagi, bahkan disebut-sebut 40 persen petani menjadi petani gurem.

Posisi petani pun terus terdesak di tengah kemajuan pembangunan India, yang tingkat pertumbuhan tahun lalu mencapai sembilan persen. Harga-harga komoditas pertanian kalah bersaing dengan produk perkotaan dan sektor modern.

Berbagai laporan menyebutkan, ribuan petani menjadi depresi, bahkan banyak yang bunuh diri, sejak tahun 2002 karena sulit mengembalikan pinjaman perbankan di tengah harga komoditas pertanian yang cenderung anjlok. Secara nasional, paling tidak 43 juta dari sekitar 89 juta petani kecil India berutang, termasuk kepada lintah darat.

Tingkat pertumbuhan tinggi ekonomi India yang tergolong tinggi dan menjadi buah bibir dalam beberapa tahun terakhir rupanya belum mampu memperbaiki nasib kaum petani.

Kesenjangan antara golongan kaya dan miskin digambarkan semakin tajam. Juga antara penduduk kota dan penduduk desa. Ketimpangan berlangsung pula dalam pembangunan kewilayahan.

Tentu saja sudah menjadi persoalan klasik tentang kesulitan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan. Tantangan bagi Pemerintah India bagaimana memperkecil kesenjangan ekonomi agar tidak terjadi kerawanan sosial, yang pada akhirnya dapat menghambat kemajuan pembangunan.

No comments: