Saturday, October 20, 2007

BOM PAKISTAN


Tak Bisa Asal Tunjuk dan Asal Tuduh

Jika ada negara yang telah dengan mudah dan terburu-buru menetapkan Al Qaeda sebagai dalang di balik peledakan bom Pakistan, berbagai pengamat politik dalam negeri dan luar negeri Pakistan justru mengaku kesulitan menetapkan satu kelompok atau individu tertentu sebagai pelaku.

Hal itu juga diakui juru bicara mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, Bashir Riaz, Jumat (19/10) di Inggris. Dia menegaskan, amat sulit menetapkan atau bahkan sekadar berspekulasi mengenai dalang di balik ledakan bom itu. "Terlalu banyak musuh politik dan nonpolitik. Jadi, saat ini tidak bisa main tunjuk pelakunya," ujarnya.

Kepala Lembaga Kajian Yayasan Asia Pasifik di London Gohel membenarkan adanya kelompok yang bisa dituduh sebagai pelaku. Bahkan, banyak kelompok yang bisa dianggap pelakunya. Apalagi, menurut Gohel, Karachi adalah wilayah yang sering menjadi tempat konflik sektarian dan berbagai serangan elemen radikal ekstremis.

Siapa pun bisa menjadi pelaku. Bisa kelompok Al Qaeda, Taliban, atau Presiden Pervez Musharraf, seperti yang diduga banyak pihak. Jauh-jauh hari Bhutto sudah mengumumkan rencana pulang ke Pakistan. Lengkap dengan jadwal pesawat. Tentu ini membuka celah bagi musuh Bhutto untuk mempersiapkan strategi serangan.

"Tentu kami khawatir dengan kemungkinan serangan itu. Kami sadar bahaya mengintai. Namun, kami yakin serangan apa pun tidak akan mengganggunya karena beliau ada di Pakistan untuk memimpin partai agar bisa ikut pemilu. Saya tahu beliau orang yang punya tekad kuat dan berani," kata Riaz.

Ketika bertemu dengan Partai Rakyat Pakistan (PPP) di London dua pekan lalu, Bhutto menyinggung tentang bangkitnya kelompok militan di Pakistan. Dia mengaku khawatir terjadi kekerasan di jalanan. Namun, sebelum sampai di Karachi, Bhutto dengan tegas menyatakan "Saya tidak akan terintimidasi siapa pun. Meski saya tahu ada yang mengancam akan membunuh saya, saya akan terus melawan tirani," ujarnya.

Gohel menduga ada pihak yang tidak setuju dengan perundingan pembagian kekuasaan Bhutto dengan Musharraf. "Pihak di Barat yang mendukung negosiasi ini tidak benar-benar paham soal dinamika internal Pakistan. Karena itu, saya yakin pasti akan ada yang jadi korban gara-gara perundingan itu," ujarnya. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

No comments: