Saturday, October 20, 2007

Pakistan


Benazir Bhutto Janji Akan Ada Perubahan

karachi, kamis - Mendarat dengan selamat di Pakistan tanpa ancaman deportasi saja sudah amat melegakan bagi mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto. Apalagi jika mendapat sambutan luar biasa dari pendukung setia.

"Saya jauh lebih dewasa sekarang. Saya juga sudah banyak belajar selama 20 tahun terakhir ini. Sampai saat ini saya masih akan melawan kediktatoran," kata Bhutto saat ditanya tentang perbedaan antara kepulangannya saat ini dengan kepulangannya ke Pakistan tahun 1986.

Bhutto menjanjikan harapan akan demokrasi dan adanya perubahan di Pakistan. "Saya pulang ke Pakistan membawa pesan perubahan dan harapan akan sistem demokrasi yang lebih baik di masa mendatang. Saya harap kali ini demokrasi benar-benar terwujud," kata Bhutto.

Bhutto juga menyatakan segala tindakan yang telah dan akan dia lakukan hanya demi kepentingan rakyat Pakistan. "Saya pemimpin rakyat dan saya hidup untuk mereka. Saya juga bersedia mati demi rakyat. Kepulangan saya menunjukkan aspirasi dari 160 juta rakyat Pakistan," ujarnya.

Majalah Economist menyebutkan kepulangan Bhutto ini membuka babak baru dalam panggung politik Pakistan. Saat ini Presiden Pervez Musharraf dililit berbagai persoalan. Mulai dari perlawanan pengacara-pengacara dari kelompok yang anti-Musharraf, adanya tuntutan perubahan konstitusi, dan perlawanan dari pro-Taliban. Tantangan paling berat justru datang dari Bhutto yang memimpin partai politik terbesar di Pakistan dan didukung mayoritas rakyat.

Ujian

Sambutan luar biasa dari rakyat Pakistan, menurut Economist, dianggap batu ujian pertama yang penting bagi popularitas Bhutto. Saat ini Bhutto kembali ke Pakistan sebagai mantan PM yang gagal menjalankan tugas dan diduga menjadi koruptor. Dilihat dari jajak pendapat untuk Institut Republik Internasional (IRI), jumlah warga Pakistan yang menilai Bhutto sebagai pemimpin terbaik menurun menjadi 28 persen selama beberapa bulan terakhir.

Penurunan dukungan diyakini karena Bhutto selama ini terlibat negosiasi pembagian kekuasaan dengan Musharraf. Sebaliknya, dukungan untuk mantan PM Nawaz Sharif yang tidak mau berbicara dengan Musharraf justru meningkat jadi 36 persen. Di antara dua tokoh itu, Musharraf paling menderita karena jumlah dukungannya turun drastis dan hanya 21 persen pada tahun ini.

Belum jelas apakah ini menguntungkan Bhutto. Jawabannya tergantung hasil kesepakatan dengan Musharraf dan nasib Sharif yang bertekad ke Pakistan ikut pemilu. (REUTERS/AFP/AP/LUK)


Benazir Bhutto Janji Akan Ada Perubahan

karachi, kamis - Mendarat dengan selamat di Pakistan tanpa ancaman deportasi saja sudah amat melegakan bagi mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto. Apalagi jika mendapat sambutan luar biasa dari pendukung setia.

"Saya jauh lebih dewasa sekarang. Saya juga sudah banyak belajar selama 20 tahun terakhir ini. Sampai saat ini saya masih akan melawan kediktatoran," kata Bhutto saat ditanya tentang perbedaan antara kepulangannya saat ini dengan kepulangannya ke Pakistan tahun 1986.

Bhutto menjanjikan harapan akan demokrasi dan adanya perubahan di Pakistan. "Saya pulang ke Pakistan membawa pesan perubahan dan harapan akan sistem demokrasi yang lebih baik di masa mendatang. Saya harap kali ini demokrasi benar-benar terwujud," kata Bhutto.

Bhutto juga menyatakan segala tindakan yang telah dan akan dia lakukan hanya demi kepentingan rakyat Pakistan. "Saya pemimpin rakyat dan saya hidup untuk mereka. Saya juga bersedia mati demi rakyat. Kepulangan saya menunjukkan aspirasi dari 160 juta rakyat Pakistan," ujarnya.

Majalah Economist menyebutkan kepulangan Bhutto ini membuka babak baru dalam panggung politik Pakistan. Saat ini Presiden Pervez Musharraf dililit berbagai persoalan. Mulai dari perlawanan pengacara-pengacara dari kelompok yang anti-Musharraf, adanya tuntutan perubahan konstitusi, dan perlawanan dari pro-Taliban. Tantangan paling berat justru datang dari Bhutto yang memimpin partai politik terbesar di Pakistan dan didukung mayoritas rakyat.

Ujian

Sambutan luar biasa dari rakyat Pakistan, menurut Economist, dianggap batu ujian pertama yang penting bagi popularitas Bhutto. Saat ini Bhutto kembali ke Pakistan sebagai mantan PM yang gagal menjalankan tugas dan diduga menjadi koruptor. Dilihat dari jajak pendapat untuk Institut Republik Internasional (IRI), jumlah warga Pakistan yang menilai Bhutto sebagai pemimpin terbaik menurun menjadi 28 persen selama beberapa bulan terakhir.

Penurunan dukungan diyakini karena Bhutto selama ini terlibat negosiasi pembagian kekuasaan dengan Musharraf. Sebaliknya, dukungan untuk mantan PM Nawaz Sharif yang tidak mau berbicara dengan Musharraf justru meningkat jadi 36 persen. Di antara dua tokoh itu, Musharraf paling menderita karena jumlah dukungannya turun drastis dan hanya 21 persen pada tahun ini.

Belum jelas apakah ini menguntungkan Bhutto. Jawabannya tergantung hasil kesepakatan dengan Musharraf dan nasib Sharif yang bertekad ke Pakistan ikut pemilu. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

No comments: