Monday, December 17, 2007

Capres Rusia


Medvedev dan Putin Saling Elus


Sama-sama asal Leningrad (kini Saint Petersburg) dan sama-sama lulusan Fakultas Hukum Universitas Leningrad. Itulah salah satu kesamaan Vladimir Putin (55) dan Dmitry Medvedev (42). Ada lagi, keduanya sama-sama berasal dari Partai Rusia Bersatu, yang meraih suara 64 persen pada pemilu parlemen Rusia, 2 Desember lalu.

Pada tahun 2005, Putin menunjuk Medvedev sebagai Deputi Pertama Perdana Menteri Rusia untuk mendampingi Viktor Zubkov, yang menjabat sebagai PM Rusia. Ketika Medvedev diangkat, Zubkov mengatakan, hal ini adalah pertanda Medvedev akan ditunjuk menggantikan Putin.

Di Moskwa, Selasa (11/12), Putin resmi menunjuk Medvedev sebagai calon presiden. Hampir bisa dipastikan, dalam pemilu nanti, Medvedev akan menang.

Sejauh ini, calon presiden Rusia lain yang terkuat kedua adalah Mikhail Kasyanov. Capres Partai Persatuan Demokrasi Rakyat ini adalah PM Rusia periode 2000-2004. Namun, namanya tercemar dengan sikapnya yang tutup mata terhadap kejahatan bisnis dan praktik suap yang melibatkan namanya.

Mempertahankan kinerja

Rusia juga sedang "mabuk kepayang " dengan kubu Putin, yang berhasil membawa kembali kemakmuran yang sempat sirna di era pemerintahan mantan Presiden Boris Yeltsin. Rasanya sulit mengalahkan kubu Putin di dalam pemilu presiden nanti.

Duet Medvedev-Putin di dalam pemerintahan Rusia berikutnya sudah diperkirakan. Bayangkan, setela ditunjuk menjadi calon presiden oleh Putin, Medvedev balik meminta Putin untuk bertahan di pemerintahan sebagai perdana menteri. Ibaratnya, keduanya saling mengelus. "Saya pikir, penting untuk mempertahankan keberadaan Putin dengan posisi tertinggi di pemerintahan Rusia," kata Medvedev.

Putin tidak bisa lagi menjadi presiden karena sudah dua kali menjabat dan tak bisa meneruskan jabatannya. Namun, Putin bisa kembali jadi presiden pada pemilu presiden 2012.

"Setiap orang sudah sangat mengerti bahwa Putin ingin bertahan di dalam kekuasaan," kata Yevgeny Volk, analis politik dari Heritage Foundation, think-tank AS. Jika itu demi kemajuan Rusia selanjutnya, ya, wajar sajalah.

(REUTERS/AP/AFP/MON)

No comments: