Saturday, December 29, 2007

Isak Tangis Iringi Kepergian Benazir


Kelompok Al Qaeda Dituding Bertanggung Jawab


Naudero, Jumat - Ratusan ribu warga Pakistan tumpah ruah mengikuti prosesi pemakaman mantan PM Benazir Bhutto di kompleks pemakaman keluarga Bhutto, Jumat (28/12) siang. Isak tangis, ratapan, dan teriakan marah yang dialamatkan kepada pemerintah terus terdengar. Banyak yang memukul dada dan kepala berkali-kali untuk mengungkapkan rasa sedih dan marah.

Benazir dimakamkan di dekat makam ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto, yang ada di kompleks pemakaman keluarga di Desa Garhi Khuda Bakhsh, Provinsi Sindh. Pemakaman keluarga ini terletak di tengah sawah.

Suami Benazir, Asif Ali Zardari, dan tiga anak Benazir, yakni Bilawal (19), Bakhtawar (17), dan Aseefa (14), tertunduk di depan makam saat jenazah Benazir diturunkan ke liang lahat. Seiring dengan itu, para pelayat meneriakkan, "Allahu Akbar" sebanyak tiga kali.

Jenazah Benazir diterbangkan dari Islamabad, Jumat pagi. Sampai di Sukkur, peti jenazah Benazir diterbangkan lagi dengan menggunakan helikopter militer ke Naudero dan dilanjutkan dengan ambulans menuju kompleks pemakaman sejauh 7 kilometer. Zardari terpaksa mengimbau massa agar jenazah istrinya yang ditutupi bendera Partai Rakyat Pakistan berwarna hijau, merah, dan hitam bisa dikeluarkan dari ambulans untuk dimakamkan.

"Bhutto adalah saudari saya, Bhutto tak ubahnya ibu saya," teriak Imam Baksh, seorang petani tua yang berbaris di pinggir jalan menuju Garhi Khuda Bakhsh. "Dengan kematiannya, dunia seakan kiamat bagi kami," isaknya. Benazir mendapat tempat di kalangan petani dan kaum miskin di Provinsi Sindh yang menjadi basis kekuatan politiknya.

Menjelang upacara pemakaman, militer Pakistan telah mengerahkan pasukan di sejumlah kota di selatan, seperti Larkana, Sukkur, Shahdad Kot, dan Rohro, untuk berjaga-jaga agar gejolak kekerasan setelah kematian Benazir tidak meluas. Sampai saat ini puluhan orang tewas dalam kerusuhan memprotes kegagalan pemerintah menjamin keamanan Benazir.

Juru bicara dari Departemen Dalam Negeri, Brigadir Javed Cheema, menyatakan, selama ini nama Benazir sebenarnya sudah masuk dalam daftar sasaran Al Qaeda. Karena itu, Al Qaeda diduga kuat terlibat dalam serangan terhadap Benazir. "Mereka berusaha mengacaukan keamanan di Pakistan," ujarnya.

Selama ini Benazir memang sering mengeluarkan komentar pedas atau kritik-kritik tajam kepada Al Qaeda. Bukan hanya itu. Benazir juga kerap menuding ada elemen dalam badan intelijen yang terlibat dalam serangan bom bunuh diri ketika pawai kedatangan Benazir di Karachi tanggal 18 Oktober lalu.

Al Qaeda tertuduh

Pemerintah AS juga menuding Al Qaeda terlibat dalam serangan terhadap Benazir Bhutto. Apalagi selama ini Al Qaeda yang diyakini telah membangun kembali kekuatan di perbatasan Pakistan-Afganistan itu sering dituding berusaha menyerang Benazir. Alasannya, Benazir dicurigai menjadi antek-antek AS. "Sebenarnya di dalam Pakistan ada kelompok ekstremis lain yang bisa melakukan serangan itu, tetapi Al Qaeda ada di daftar teratas," kata seorang pejabat AS.

Menurut pengamat politik David Gartenstein-Ross dari Yayasan Pertahanan dan Demokrasi, dengan membunuh Benazir, upaya Musharraf dalam melawan terorisme akan buyar. Pasalnya, semula Musharraf diharapkan bisa bekerja sama dengan Benazir untuk menumpas terorisme. Kedua tokoh itu juga diyakini akan dapat memulihkan stabilitas politik dan keamanan. "Jika Bhutto tidak ada, Musharraf jelas akan mengalami kesulitan untuk mengusir Al Qaeda dan Taliban keluar dari daerah Waziristan," ujarnya.

Selain Al Qaeda, Musharraf juga dituding ikut terlibat, terutama militer. Namun, pakar politik Anthony Cordesman di Pusat Studi Internasional dan Strategi Washington mengingatkan untuk tidak terburu-buru menuduh Musharraf atau militer. Tuduhan atau paling tidak kecurigaan terhadap Musharraf seperti itu akan dapat memicu "perang saudara".

"Meski nanti akan ada gerakan ekstremis yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, pemerintahan Musharraf tetap dituduh terlibat. Baik secara langsung maupun tidak langsung," ujarnya.

Sejumlah pendukung Benazir kemarin berteriak menuding Musharraf di balik kematian tragis ini. "Jika seluruh aksi ini perbuatan Al Qaeda, mengapa Musharraf tetap hidup?" kata Ali Mohammad, seorang pendukung fanatik Benazir.

Sebenarnya Benazir juga sadar Al Qaeda mengincar dirinya. Namun, Benazir juga menuding Musharraf dan sekutunya menginginkan kematiannya, apalagi setelah serangan bom bunuh diri di Karachi. Benazir juga mengaku menerima ancaman dari pengikut diktator militer, Zia ul-Haq, yang menghukum gantung ayahnya, Ali Bhutto.

Bahkan, Benazir Bhutto pernah dengan terang-terangan menulis surat jika ia pada suatu hari nanti terbunuh, Musharraf dipastikan ikut bertanggung jawab terutama karena pemerintah tidak sanggup menjamin keamanan dirinya atau warganya. Surat itu dibacakan di stasiun TV CNN, Kamis lalu.

Kronologi serangan

Kronologi serangan terhadap Benazir yang sempat simpang siur mulai terkuak. Ia tewas saat berada di dalam ruang operasi di rumah sakit setelah terkena tembakan penembak jitu pada bagian leher, dada, dan kepala belakang.

Menurut informasi dari pemimpin Partai Rakyat Pakistan di Rawalpindi, Sardar Qamar Hayyat, seorang penembak jitu menembakkan AK-47 dari arah belakang mobil yang dikendarai Benazir dari jarak sekitar sembilan meter.

Beberapa menit kemudian menyusul ledakan bom bunuh diri di luar pagar taman yang juga pernah menjadi lokasi tewasnya PM Pakistan yang pertama, Liaquat Ali Khan, pada tahun 1951. Ia juga tewas ditembak. Serangan itu sebenarnya berawal beberapa menit setelah Benazir berpidato saat kampanye di Rawalpindi. Ia berjalan ke arah mobil Toyota Cygnus putih antipeluru yang dilengkapi dengan jendela di atap (sunroof).

"Dia (Benazir) berada di dalam mobil dan tiba-tiba berdiri dan menunjukkan diri dari sunroof untuk melambaikan tangan kepada para pendukung di sekitar mobil. Kemudian saya lihat ada seorang anak muda kurus mendekati belakang mobil dan menembak. Beberapa saat kemudian mobilnya lari kencang," kata Hayyat.

Benazir kemudian dilarikan ke rumah sakit dan masuk ke ruang gawat darurat dan dioperasi. Namun nyawanya tidak dapat ditolong lagi. Benazir meninggal satu jam setelah serangan terjadi. Ada seorang dokter yang menyatakan dirinya menemukan sebutir peluru di bahu belakang yang tembus ke dada dan satu peluru lagi di belakang leher. Peluru ini yang menyebabkan kematian Benazir karena merusak urat saraf tulang belakang dan kemudian tembus keluar dari bagian samping kepala.

Saat ini tim penyelidik tengah menyelidiki dan mengidentifikasi potongan tubuh manusia bagian kepala dan jari yang ditemukan di lokasi ledakan. Potongan kepala dan jari itu diduga pelaku ledakan bom bunuh diri. Kepolisian saat ini sedang melakukan tes DNA terhadap potongan-potongan tubuh manusia itu. Selain itu, polisi juga tengah menyelidiki jenis bahan peledak yang digunakan.

Namun, keterangan resmi dari pemerintah menyebutkan, Benazir tewas karena kepalanya terbentur atap mobil saat menunduk menghindari tembakan. Akibat benturan, tempurung kepala dekat telinga kanannya retak.

Meski tidak secara terang-terangan menyebutkan pelaku serangan, kepolisian mengaku dari metode yang digunakan jelas merupakan metode yang sering dipakai kelompok bersenjata dalam menyerang pemerintahan Musharraf. Sebenarnya tak hanya Benazir yang sering menjadi sasaran serangan bom. Musharraf juga pernah lolos dari dua serangan bom pada tahun 2003.

Mantan PM Shaukat Aziz pun tidak luput dari ledakan bom bunuh diri pada tahun 2004.

(REUTERS/AFP/AP/LUK/PPG)

No comments: