Monday, December 24, 2007

Kinerja Ahmadinejad Buruk


Inflasi Mencapai 19,1 Persen pada November 2007


Teheran, Minggu - Kinerja ekonomi Presiden Mahmoud Ahmadinejad terus menjadi sasaran kritikan dari berbagai pihak. Tingkat inflasi pada November tahun ini telah mencapai 19,1 persen. Suntikan dana yang besar ke masyarakat tanpa disertai suplai barang-barang dan jasa-jasa menjadi salah satu penyebab inflasi.

Kritikan terbaru atas kinerja ekonomi pemerintahan Ahmadinejad itu disampaikan Mohsen Rezaie, Minggu (23/12). Dia adalah mantan Komandan Garda Revolusi Iran yang kini menjabat sekretaris badan arbitrase tertinggi, yang juga memberikan saran-saran kepada pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Kritikan terbuka atas buruknya kinerja ekonomi Iran saat ini sebelumnya sudah diungkapkan mantan-mantan presiden Iran, Mohammad Khatami dan Akbar Hashemi Rafsanjani, Wali Kota Teheran Mohammad Baqer Qalibaf, dan mantan juru runding nuklir Hassan Rowhani.

"Disiplin keuangan birokrasi pemerintah juga lemah. Karena itu, sumber dari inflasi adalah pemerintahan sendiri. Pemerintah harus memperbaiki perilaku ekonominya. Itu adalah langkah sangat penting untuk mengontrol inflasi," ungkapnya.

Rezaie, yang memimpin Garda Revolusi dari 1980-1988 ketika Iran terlibat perang dengan Irak, selama ini jarang berkomentar mengenai kebijakan pemerintah. Statusnya sebagai mantan komandan terlama dalam sejarah Garda Revolusi Iran membuat dia mempunyai pengaruh yang cukup kuat.

Kelompok reformis dan konservatif semakin intensif mengkritik Ahmadinejad. Mereka membalas tindakan Presiden Iran. Pada wawancara yang disiarkan televisi 14 Desember lalu, Presiden Ahmadinejad menyalahkan para lawan politiknya dan faktor-faktor dari luar atas tingginya harga-harga.

Rezaie menggambarkan penjelasan Ahmadinejad itu sebagai "benar sampai tingkatan tertentu, tetapi tidak transparan".

Tokoh konservatif lainnya, Wakil Ketua Parlemen Mohammad Reza Bahonar, juga mengkritik Presiden yang pada masa lalu telah menyindir kabinetnya agar mampu menyamai kecepatannya, yaitu 160 kilometer per jam.

"Seseorang yang mengemudi dengan secepat itu harus lebih hati-hati dengan kinerjanya. Jika dia tidak melihat adanya rintangan di jalan, kecelakaan akan terjadi lebih buruk lagi," papar Bahonar seperti dikutip harian Sarmayeh.

Para lawan politiknya menuding Ahmadinejad menumpuk inflasi dengan mengucurkan uang banyak ke proyek-proyek infrastruktur. Presiden Iran itu juga banyak memberikan pinjaman yang sangat murah hati untuk warga miskin.

Tingkat inflasi yang menurut data Bank Sentral telah mencapai 19,1 persen pada November lalu jauh lebih tinggi dari saat Ahmadinejad mulai memerintah pada 2005, yaitu 12 persen.

Naik 50 persen

Dibandingkan tahun lalu, hampir semua harga-harga di Iran telah naik 40-50 persen pada tahun ini. Kenaikan harga-harga itu justru terjadi antara lain pada komoditas ayam, buah-buahan, dan tomat yang banyak dikonsumsi rakyat miskin.

"Segalanya terus naik setiap hari. Justru bagian dari masyarakat yang tidak beruntung yang paling terpukul," ungkap Zari, seorang pensiunan guru yang tinggal di kawasan berpenghasilan rendah di Teheran timur.

Jumat (21/12), Rafsanjani bersuara keras dalam khotbah yang disiarkan langsung oleh radio pemerintah. "Jadikan masalah (inflasi) ini sangat serius. Ini harus ditangani dengan menggunakan keahlian ekonomi dan bukan dengan slogan-slogan dan permainan politik," tegasnya sambil mendesak pemerintah untuk menggunakan statistik yang benar dan melihat kenyataan.

"Ahmadinejad bisa mengatakan apa pun yang dia suka, tetapi hidup semakin tidak menyenangkan," kata pensiunan polisi Mohammad Abbassi (68). Ia terpaksa menjadi tukang kebun untuk mencukupi kebutuhan hidup.

"Sebulan lalu saya membeli telur seharga 800 riyal (Rp 900). Hari ini saya harus membayar 1.300 riyal. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas daging dan minyak. Anda tidak akan mendapatkan daging dengan harga kurang dari 70.000 riyal per kilo, padahal tiga bulan lalu harganya 55.000 riyal," kata Abbassi. (AFP/OKI)

No comments: