Thursday, December 6, 2007

Mengembalikan Kejayaan Rusia


N Jenny MT Hardjatno


Dibandingkan dengan Gorbachev sebagai tokoh pendobrak sistem negara komunis menjadi negara demokratis yang terbuka dan kemudian Yeltsin sebagai peletak dasar Konstitusi yang membuka kehidupan demokratis sampai ke euforia, Putin adalah tokoh negarawan yang berhasil merekonstruksi bangsa Rusia yang solid dan memiliki harga diri yang tinggi dalam menjalankan kebijakan-kebijakan pembangunan Rusia selanjutnya.

Kenegarawanan Putin terlihat dalam sepak terjangnya dalam mengatasi masalah-masalah, baik ekonomi, sosial, maupun politik, termasuk pemberontakan Chechnya serta politik luar negerinya. Langkah-langkah itu diambilnya dalam bingkai koridor demokrasi walaupun dengan cara-cara yang tidak dialogis.

Kebijakan Putin yang visioner adalah mewujudkan kembali kejayaan Rusia dan berhasil menanamkan visi tersebut dalam hati sanubari bangsanya untuk menjadi modal yang sangat berharga di dalam memberikan inspirasi dan memotivasi kegiatan masyarakat dalam membenahi serta memajukan bangsanya. Visi ini memperoleh tanggapan yang luas karena memang itulah hal yang diharapkan oleh masyarakat Rusia. Dalam salah satu surat kabar di Rusia tahun 2004 Putin digambarkan dalam bentuk karikatur sebagai malaikat penyelamat.

Alternatif negara kapitalis

Secara historis, kejayaan Rusia terlihat pada masa kepemimpinan Ivan III yang menampilkan simbol kerajaan dengan burung elang berkepala dua yang menoleh ke kiri dan ke kanan, melambangkan persatuan Moskwa dan Byzantium serta simbol persatuan yang harmonis antara Tsar dan Patriarch. Kebanggaan ini diwujudkan kemudian oleh Peter the Great dalam membangun kota St Petersburg dengan corak kesenian, tata ruang, arsitektur gaya Renaissance yang diadopsi dari Barat.

Dalam zaman komunis pun selama 70 tahun kejayaan tersebut dicerminkan dalam mendirikan negara komunis sebagai alternatif terhadap negara kapitalis. Dan sekarang tantangan Putin adalah mengangkat kembali kejayaan Rusia dalam rambu-rambu demokrasi dan landasan konstitusi tahun 1993.

Sosok perwujudan pemerintahannya adalah membangun kekuatan dalam negeri dengan kekayaan alam yang masih terpendam dan sumber daya manusianya yang cukup andal. Putin memang bermaksud mengembalikan kejayaan Rusia yang masih dirindukan oleh sebagian besar bangsa Rusia pada masa Uni Soviet. Sebagai contoh ia mengganti lagu kebangsaan Rusia Patrioticeskaya Pesn atau Nyanyian Patriotik pada masa Yeltsin dengan Gymn Sovetskogo Soyuza atau Himne Uni Soviet dengan lirik Gymn Rossyskaya Federatsiya atau Himne Federasi Rusia. Selain itu, Putin juga menganggap bahwa kesenian merupakan hal yang penting dan menjadikan suatu kebanggaan nasional, sedangkan cabang olahraga pun tidak kalah pentingnya sehingga kementerian olahraga berada di bawah presiden.

Putin sebagai pemimpin baru Rusia berada dalam kondisi demokrasi. Perubahan demi perubahan telah diperlihatkannya, sedangkan sistem multipartai menjadi ciri sistem perpolitikan Rusia. Banyak partai reformis bermunculan dengan orientasinya yang beragam. Misalnya, Yabloko, Partai Agraris, Partai Liberal Demokrat pimpinan Zirinovsky dan muncul juga Soyuz Pravykh Sil "Partai Sayap Kanan" di bawah pimpinan Neemtsov dan Cubays, dan yang paling berperan adalah Edinaya Rossiya, Partai Rusia Bersatu, di bawah pimpinan Putin.

Putin pun ingin memperbaiki citra Rusia dalam forum internasional sebagaimana tercermin dalam kebijakan luar negerinya, termasuk kunjungan-kunjungan yang dia lakukan ke negara-negara Asia, misalnya China, India, Jepang, dan Indonesia, serta keikutsertaannya dalam forum APEC baru-baru ini, untuk membangun kerja sama internasional, sebagaimana dikatakan oleh Putin bahwa Rusia dapat berhasil apabila ikut serta secara aktif dalam proses integrasi regional.

Orang nomor satu

Pada 2 Desember 2007, dalam pemilu parlementer, merupakan langkah lanjutan bagi Putin untuk membuktikan dirinya di mata dunia bahwa dia tetap orang nomor satu di Rusia. Hasil penghitungan suara menunjukkan bahwa Partai Rusia Bersatu pimpinan Putin telah memperoleh mayoritas suara pada pemilu parlementer tersebut.

Dengan perolehan suara sebanyak 64,1 persen atau lebih dari dua pertiga kursi di Duma, semakin lancar jalan baginya untuk dapat membangkitkan kejayaan Rusia sebagai negara adidaya seperti halnya dalam sistem komunis dahulu.

Proses kepemimpinan Putin inikah yang disebut demokrasi ala Rusia? Apa arti kemenangan Putin dalam pemilu yang baru-baru ini terjadi?

Setidak-tidaknya kepercayaan yang diberikan oleh rakyat Rusia merupakan dukungan bagi apa yang telah dilakukan oleh Putin sejak tujuh tahun yang lalu untuk melanjutkan kebijakan-kebijakannya di masa mendatang. Walaupun harus disadari bahwa praktik-praktik otoriter yang mengingatkan ciri dalam sistem negara komunis dahulu masih membekas sangat kuat.

Bagi Indonesia, keberhasilan dan kegagalan Rusia dapat menjadi bahan perbandingan untuk merefleksikan keberhasilan ataupun kegagalan proses reformasi sejak 1998 sampai sekarang, khususnya dalam kebijakan-kebijakan yang visioner, ketegasan pemerintahan, pemberantasan korupsi, serta komitmen nasional.

N Jenny MT Hardjatno - Guru Besar Studi Rusia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

No comments: