Monday, December 31, 2007

Demokrasi Kenya Sedikit Cedera


Proses demokratisasi di Kenya, yang disebut-sebut sebagai model yang menarik bagi Afrika, sedikit cedera oleh kerusuhan akhir pekan lalu.

Kerusuhan dan kekerasan pecah, yang meminta sejumlah korban jiwa, karena rakyat tidak sabar menunggu terlalu lama atas hasil pemilihan presiden hari Jumat 28 Desember. Setelah dua hari setelah pemilu, baru diumumkan kemenangan tipis Raila Odinga, mengalahkan Presiden Mwai Kibaki.

Komisi Pemilu dapat saja dipersalahkan karena bekerja lamban, tetapi rupanya komisi sengaja menarik ulur waktu karena Presiden Kibaki dan pesaingnya, Odinga, sama-sama mengklaim sebagai pemenang. Tumpang tindih klaim, ditambah tarik ulur waktu pengumuman hasil pemilu, memperbesar spekulasi tentang kemungkinan terjadinya praktik kecurangan.

Di tengah ketegangan dan ketidakpastian menunggu, para pendukung Kibaki maupun Odinga menjadi sensitif dan cepat terpancing melakukan kerusuhan serta kekerasan. Gelombang kerusuhan hari Sabtu 29 Desember itu tidak hanya membuat pujian para pengamat internasional menjadi tawar, tetapi juga menjadi pukulan berat bagi kehidupan demokrasi di negeri berpenduduk 38 juta itu.

Para pengamat internasional memang memuji atas kampanye dan proses pemungutan suara yang relatif aman dan tenang. Tidak ada gangguan berarti. Tidak mengherankan, berbagai kalangan terperangah atas kerusuhan yang terjadi akhir pekan lalu.

Terlepas dari kerusuhan itu, proses demokratisasi di Kenya sebenarnya relatif lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di Benua Hitam itu. Sejak merdeka dari Inggris tahun 1963, Kenya mampu mendorong pembangunan sehingga relatif maju daripada negara-negara lain di kawasan itu.

Proses transisi dari kepemimpinan Daniel Arap Moi yang berkuasa 24 tahun praktis berlangsung mulus. Pemilihan multipartai mulai dilakukan tahun 2002, dan kehidupan demokrasi terus berkembang.

Ekspresi kemajuan Kenya juga terlihat jelas pada penampilan warganya di panggung dunia, seperti peraih Nobel Perdamaian 2004, Wangari Maathai, perempuan pencinta lingkungan. Atau pelari maraton Paul Tergat. Juga dapat disebutkan Barack Obama, keturunan Kenya yang kini menjadi salah satu bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat.

Tentu saja tantangan bagi Kenya bagaimana mempertahankan pencapaiannya selama masa kemerdekaan dan terus mendorong kemajuan, jika tidak ingin terpuruk seperti kebanyakan negara Afrika lainnya.

***

No comments: