Saturday, December 22, 2007

Fenomena Pemilihan Presiden Korsel

Fenomena Pemilihan Presiden Korsel


Hasil pemilihan presiden Korea Selatan, yang dimenangi kandidat oposisi Lee Myung-bak, memperlihatkan kesenjangan aspirasi elite dan rakyat banyak.

Kalangan elite ingin menjungkalkan Lee antara lain melalui rekayasa politik, tetapi mayoritas rakyat Korsel tetap memilihnya untuk menggantikan Presiden Roh Moo-hyun yang sudah 10 tahun berkuasa.

Sungguh menarik, Lee terpilih secara mutlak sekalipun dirinya sedang diproses secara hukum atas dugaan keterlibatan dalam skandal manipulasi perdagangan saham tahun 2001.

Bahkan pesaing utamanya, Chung Dong-young dari Partai Demokrasi Baru Bersatu (PDBB) yang berkuasa dan berhaluan liberal, menggunakan skandal itu sebagai strategi kampanye melawan kubu Lee.

Namun, upaya mendiskreditkan Lee justru menjadi kontraproduktif bagi kubu Chung, dan menguntungkan kubu Lee. Sebagai isu, skandal manipulasi itu sudah lama tidak disinggung lagi, dan hampir dilupakan orang.

Maka, upaya menghidupkan lagi kasus manipulasi saham itu dinilai sebagai politisasi untuk menjatuhkan Lee. Namun, rakyat banyak Korsel tidak tergugah dan tetap bersimpati kepada Lee. Para pendukung Lee pun menjadi semakin solid.

Lee pun meraih kemenangan telak dengan perolehan 48,8 persen suara, jauh mencolok di atas Chung yang memperoleh 26,2 persen suara. Kemenangan Lee bertambah dramatis karena tercatat sebagai peraih suara tertinggi dalam sejarah pemilihan demokratis Korsel.

Tentu saja tetap menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin tokoh yang sedang digugat secara hukum justru meraih kemenangan pemilihan secara mencolok? Para analis berpendapat, rakyat tidak terlalu tertarik dengan isu manipulasi saham, yang jauh dari kepentingan hidup mereka sehari-hari. Soal saham bersifat elitis.

Sebagai fakta hukum, belum terbukti pula Lee terlibat dalam skandal itu. Lee yang berlatar belakang sebagai pemimpin puncak Kelompok Hyundai itu membantah dugaan keterlibatannya.

Rakyat Korsel memilih Lee juga karena kecewa atas kinerja pemerintahan partai liberal pimpinan Presiden Roh Moo-hyun selama 10 tahun terakhir. Kelemahan pemerintahan liberal dalam bidang ekonomi menjadi kekuatan kubu Lee, yang dalam kampanyenya menjanjikan perbaikan perekonomian. Janji-janji kampanye Lee menyentuh rakyat Korsel.

Latar belakang Lee sebagai pengusaha diharapkan sebagai modal untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Tantangan bagi Lee tentu saja bagaimana mengimplementasikan janji-janjinya dalam kampanye.

No comments: