Sunday, December 9, 2007

Kebangkitan Rusia


Makmur Setelah Redam Para Baron

Simon Saragih

Lain lubuk lain ikannya. Lain orang lain penilaiannya. Demikian pula penilaian kepada Rusia, khususnya Presiden Vladimir Vladimirovich Putin, warnanya beraneka ragam. Apa pun kata orang soal Putin, ada satu benang merah yang muncul, Rusia bangkit di bawah kepemimpinan Putin. Lalu apa?

Lalu kampanye Barat, khususnya AS, pun lenyap di angkasa seperti lenyapnya gema suara. Setiap negara memang memiliki jalan dan sejarahnya sendiri.

Benar, kita harus simpati atas tewasnya beberapa tokoh di Rusia. Mereka lenyap di tangan pria bertopeng, bersenjata pula. Ada pula pemuda Rusia yang berlagak dan mendengungkan kebesaran Rusia. Mungkin Rusia harus memperbaiki citra dirinya yang agak miring soal hak asasi manusia. Mungkin juga perlu, agar Rusia tak terlalu takut berlebihan, tak perlu slavophilic (hanya pro-Slav, etnis utama yang menjadi nenek moyang Rusia).

Meski demikian, Putin pun dengan mudah mematahkan para pengkritiknya. Misalnya, dalam pertemuan puncak G8 pada Juli 2006 di Saint Petersburg, Rusia, Presiden AS George W Bush menyindir demokrasi Rusia yang dianggapnya sedang menurun. Bush berkata, "Rusia adalah sebuah contoh bagus untuk ditiru soal demokrasi."

Kontan saja Putin membalas. "Sudah barang tentu kami tak ingin memiliki demokrasi seperti yang dimiliki Irak. Saya jujur saja mengatakan ini kepadamu."

Wapres AS Dick Cheney juga dibuatnya malu sendiri. Cheney juga mengkritik demokrasi di Rusia. "Saya kira pernyataan Wapres AS ini sama saja seperti sebuah tembakan yang meleset di ladang perburuan."

Putin merujuk pada tembakan Cheney yang menyasar, bukan mengenai burung, tetapi rekan seperburuan Cheney beberapa waktu lalu. Namun, pers Barat demen menggempur Putin. Pers Barat lebih gatal mengkritik Putin ketimbang menggempur kebijakan AS pra-invasi ke Irak dan sikap AS yang terus menekan Iran walau nuklir Iran sudah dinyatakan tak berbahaya.

Membuat bangga

Sejak tahun 2001, setiap tahun laporan Bank Dunia soal Rusia berisikan pujian. Hal yang menarik, Rusia tidak saja mencatatkan pertumbuhan, Rusia juga mengalami pengurangan jumlah penduduk miskin. Sektor minyak dan gas, yang menjadi ekspor utama Rusia, menjadi andalan bagi penerimaan negara. Hal ini telah menjadi sumber kekuatan negara untuk meningkatkan pengeluaran di sektor pendidikan, kesehatan, dan pembangunan prasarana perumahan.

Isu korupsi juga tak luput dari pemerintahan Kremlin. Namun, dunia pun melihat Rusia yang semakin gemerlap dengan peningkatan kegiatan ekonomi. Rusia menjadi pasar bagi rumah mode terkenal dunia, perusahaan otomotif Barat, dan juga pasaran baru bagi Airbus dan Boeing.

Berbagai analis soal Rusia menyebutkan, semua itu tak lepas dari pengontrolan kembali aset-aset migas yang sempat beralih secara luar biasa ke para oligarki, termasuk kepada Roman Abramovich, pemilik Chelsea, dan Mikhail Khodorkovsky, serta oligarki lainnya, yang kebetulan keturunan Yahudi. Inti dari sukses ekonomi adalah keberanian mendisiplinkan "robber baron".

Di bawah almarhum Presiden Boris Yeltsin, kebangkitan Rusia Baru justru diiringi dengan kemiskinan yang meningkat, praktik mafia, dan aturan hukum yang makin kacau balau. Sukses reformasi pasar hanya terlihat dengan kebangkitan oligarki yang mulai mengisi daftar-daftar orang kaya di majalah Forbes.

Jangan dikira semua ini luput dari perhatian para eks KGB (kini FSB) yang di masa Yeltsin menyelamatkan kehidupan ekonomi dengan menjadi satpam oligarki.

Para eks petinggi KGB yang sudah kecewa dengan Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin yang melucuti KGB seperti menyimpan dendam, yang suatu saat akan terbalaskan.

Era itu kemudian terjadi ketika Yeltsin mengundurkan diri dan Putin ditunjuk sebagai penggantinya dan bahkan kemudian mendorong Putin untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Tak terhindarkan

Marshall Goldman, ahli Uni Soviet asal AS, mengatakan, reformasi yang terlalu cepat, dipaksakan, dan sarat dengan penipuan keuangan membuat kelangsungan demokrasi dan fondasi oligarki menjadi rapuh. Perlawanan, bahkan pemberangusan oligarki, pun tak terhindarkan.

Sukses oligarki juga makin rawan karena oligarki bahkan berminat menguasai politik. Hal ini mencuatkan kekhawatiran Kremlin bahwa identitas Rusia akan hilang.

Bahwa oligarki adalah keturunan Yahudi justru makin membuat mereka menjadi sasaran. Menurut William Safire, kolumnis yang menulis di New York Times edisi 5 November 2003, sukses oligarki ini adalah bahan tertawaan. Pemberangusan terhadap mereka tidak akan sulit. Bibit anti-Semit yang berkembang di era Tsarisme masih melekat. Namun, Putin mengatakan, sepanjang oligarki disiplin, tak ada yang perlu ditakutkan.

Dan benar, terjadilah pembalikan dari semua yang terbentuk di era Yeltsin. Lepas dari pandangan minor kelompok aktivis dan Barat, hasilnya adalah kebangkitan negara Rusia, hanya dalam waktu delapan tahun.

Ada tudingan, semua ini diwarnai dengan tangan besi dan praktik mafia pemerintahan Kremlin. Namun, apa bedanya dengan era J Edgar Hoover di AS? Edgar pernah memimpin FBI dan mengontrol serta sangat berpengaruh di AS selama lebih kurang 20 tahun.

Sebagai negara yang bangkit dari "jalan kehancuran" Rusia adalah satu contoh sukses luar biasa. Dalam bukunya Age of Turbulence, mantan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Alan Greenspan, memberi komentar soal Putin.

"Ekonomi Rusia lebih tepat disebutkan sebagai sebuah ekonomi pasar yang didukung dengan aturan hukum yang belum sempurna. Porsi terbesar dari aset negara yang paling berharga berada di tangan negara atau sekutu-sekutu Kremlin."

"... Putin dan kebijakannya tetap populer. Penolakan publik Rusia sangat sedikit, tak lain disebabkan warisan kekacauan era demokrasi di bawah Yeltsin, termasuk kebangkrutan massal yang melenyapkan tabungan warga. Kebangkitan di bawah Putin tak memberi ruang besar untuk penolakan."

".... Ketika harus memilih antara kebebasan, demokrasi, tetapi disertai kekacauan ekonomi yang terjadi di era Yeltsin dan era Putin yang diwarnai stabilitas, tetapi relatif otoriter, kini rakyat Rusia memilih Putin," demikian Greenspan.

No comments: