Monday, December 24, 2007

THAILAND


Rakyat Memilih PPP karena Thaksin


Inilah akhir dari sebuah kisah kudeta militer di Thailand tahun 2006: pihak pengudeta kehilangan muka karena penguasa yang dikudeta ternyata masih dicintai rakyat.

Kenyataan ini jelas tergambar melalui pemilu parlemen yang diadakan Minggu (23/12). Partai Rakyat Berkuasa (PPP), yang merupakan "titisan" Partai Thai Rak Thai pimpinan mantan PM Thaksin Shinawatra, unggul dalam perolehan suara.

Apa arti semua itu? Hal itu menunjukkan bahwa rakyat Thailand masih mencintai Thaksin. Mereka memilih PPP lantaran Thaksin. Simak saja pengakuan seorang pemilih bernama Pranee Teamsri di Bangkok. "Ekonomi maju ketika Thaksin menjadi perdana menteri dan saya memilih PPP karena para pemimpin partai itu berjanji akan membawa pulang Thaksin ke negeri ini," ujarnya seperti dikutip Associated Press.

PPP dalam kampanyenya memang menjual nama Thaksin. Mereka mengingatkan rakyat bahwa semasa pemerintahan Thaksin ekonomi sejahtera. Rakyat kecil memperoleh layanan kesehatan, pendidikan, dan kredit murah. Selain itu, selama Thaksin berkuasa, pembangunan infrastruktur meningkat.

Para pemimpin PPP mengatakan, jika mereka berkuasa, mereka akan memulihkan lagi perekonomian seperti di zaman pemerintahan Thaksin.

Siapa yang tidak terpikat dengan kampanye seperti itu di tengah sulitnya perekonomian Thailand saat ini. Pascakudeta, perekonomian Thailand memang terjun bebas akibat situasi politik yang tidak stabil. Investor hengkang karena kecewa dengan kebijakan ekonomi yang diambil pemerintahan sementara. Buntutnya, biaya hidup di Thailand melambung tinggi, terlebih setelah harga minyak beranjak naik.

Di bidang sosial politik, kudeta juga menciptakan perpecahan. Pascakudeta, rakyat Thailand terbagi menjadi dua, yakni kubu pro-Thaksin dan kubu anti-Thaksin. Kedua kubu itu kerap bergesekan sehingga menimbulkan ketidakstabilan.

Situasi ekonomi, sosial, dan politik yang menekan ini sangat memberatkan, terutama rakyat miskin di pedesaan yang kebanyakan adalah pendukung Thaksin. Karena itu, ketika pemilu digelar, mereka tidak ragu untuk memilih kembali partai yang berbau Thaksin.

Cinta Thaksin

Kemenangan PPP yang didirikan para pendukung setia Thaksin sebenarnya tidak mengejutkan. Ini hanya mengonfirmasi bahwa sebagian besar rakyat masih mencintai Thaksin. Sikap seperti itu bahkan telah mereka tunjukkan beberapa hari setelah kudeta terjadi tahun lalu. Padahal, ketika itu Thaksin dan pengikutnya digambarkan militer sebagai pembangkang raja. Ini adalah sebuah tuduhan sangat serius di Negeri Gajah Putih itu.

Ketika Kompas berkunjung ke basis pendukung Thaksin di Thailand utara, sebagian warga di pedesaan menangis mengetahui Thaksin disingkirkan militer. Bagi mereka, Thaksin adalah dewa penolong karena memberikan kredit sangat ringan dan pengobatan gratis kepada rakyat. Mereka tidak peduli dengan tuduhan oposisi bahwa uang yang dibagi-bagikan Thaksin itu diperoleh dari hasil korupsi.

Karena itu, ketika militer membubarkan partai Thaksin, Thai Rak Thai, para loyalis Thaksin bisa segera membentuk partai baru, PPP. Dalam waktu singkat, partai itu mendapat dukungan rakyat di pedesaan. Melalui partai baru ini, sebagian rakyat ingin merasakan kembali perekonomian yang relatif lebih baik di bawah Thaksin.

Sebagian rakyat lainnya melihat pemilu ini sebagai kesempatan untuk mengakhiri pertikaian sesegera mungkin. Rakyat sudah lelah dengan semua ini. "(Kami) tidak terlalu mempersoalkan partai mana yang akan memimpin selama kami memiliki pemerintahan sesegera mungkin," ujar Anunt (60), seorang pemilih yang memberikan suara di Bangkok.

"Saya berharap kami mendapatkan orang yang tepat yang akan bekerja untuk rakyat dan negara," ujar Visarn Katnampornlert, seorang pensiunan. (BSW)

No comments: