Sunday, December 30, 2007

Rakyat Pakistan Desak Musharraf Mundur


Aktivitas Perekonomian Lumpuh

Lahore, Sabtu - Sekitar 10.000 orang berunjuk rasa menuntut Presiden Pervez Musharraf turun dari jabatannya di Lahore, Sabtu (29/12). Ini adalah unjuk rasa terbesar setelah pembunuhan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, Kamis lalu. Unjuk rasa dan kerusuhan yang masih melanda Pakistan hingga kemarin mengancam pemilu parlemen yang dijadwalkan digelar pada 8 Januari 2008.

Komisi Pemilu Pakistan mengatakan, pihaknya akan menggelar rapat darurat Senin besok. Rapat tersebut akan mengkaji sejauh mana dampak kerusuhan yang melanda hampir seluruh negeri itu terhadap rencana pemilu.

Sejauh ini, komisi pemilu mengatakan, beberapa kantor pembantu Komisi Pemilu di sembilan distrik di Provinsi Sindh telah dibakar. Akibat pembakaran itu, dokumen pemilu, daftar pemilih, dan kotak suara menjadi abu. Persiapan pemilu praktis terganggu.

"Semua kegiatan yang berkaitan dengan persiapan pemilu, termasuk pencetakan kertas suara, pengadaan logistik, dan pelatihan personel pemilu, terganggu," demikian pernyataan Komisi Pemilu. Menurut Komisi Pemilu, di beberapa tempat situasi keamanan juga tidak kondusif untuk menggelar pemilu.

Meski demikian, Komisi Pemilu belum bisa memastikan apakah pihaknya akan merekomendasikan penundaan pemilu kepada pemerintah.

Pemerintah sendiri menginginkan pemilu berlangsung sesuai dengan rencana meski kerusuhan melanda hampir seluruh Pakistan. Menurut pemerintah, pemilu itu sangat penting untuk menstabilkan kembali Pakistan.

Sikap pemerintah ini sejalan dengan keinginan sekutu dekatnya, Amerika Serikat.

Anti-Musharraf

Situasi politik di Pakistan kian memanas setelah Bhutto tewas ditembak, Kamis lalu. Hari Sabtu, sekitar 10.000 pendukung Bhutto berunjuk rasa di Lahore. Mereka menuntut Presiden Pervez Musharraf segera turun dari jabatannya. "Enyahlah Musharraf! Enyahlah kau!" teriak mereka.

Massa membawa papan-papan kayu dan sejumlah ban. Tampaknya, benda-benda itu akan digunakan untuk membakar beberapa sasaran. Massa kemudian bergerak ke jalan utama untuk melanjutkan protes.

Di Peshawar, lebih dari 3.000 orang juga meneriakkan slogan anti-Musharraf. Unjuk rasa berlangsung panas ketika massa mencoba menghancurkan toko- toko. Aksi tersebut dicegah polisi dengan pukulan dan gas air mata. Di pusat kota Multan, sekitar 2.000 orang berunjuk rasa menuntut Musharraf mundur. Demonstrasi serupa terjadi di Muzaffarabad.

Di Rawalpindi, dekat Islamabad, sekitar 3.000 orang mengadakan doa bersama di dekat lokasi penembakan Bhutto. Setelah acara tersebut, massa berusaha menyerbu rumah mantan Menteri Perkeretaapian Sheikh Rashid yang dikenal sebagai sekutu Musharraf. Ini adalah untuk kedua kalinya dalam dua hari terakhir massa berusaha menyerang rumah Rashid.

Ditembak

Di Karachi, seorang pendukung Bhutto tewas ditembak laki- laki bertopeng ketika sedang berunjuk rasa, Sabtu pagi. Dengan demikian, jumlah korban tewas selama kerusuhan tiga hari terakhir mencapai 40 orang, termasuk empat polisi.

Deputi Inspektur Jenderal Polisi Shaukat Ali Shah dari kepolisian di Hyderabad mengatakan, pendukung Bhutto yang mengenakan jubah dari bendera Partai Rakyat Pakistan (PPP) itu ditembak ketika pulang dari makam Bhutto.

"Dua orang bersenjata yang wajahnya ditutup telah menunggunya di sebuah kendaraan. Mereka kemudian menembaknya," ujar Ali Shah.

Di tempat terpisah, sekitar 400 aktivis PPP membawa spanduk bergambar foto Bhutto dan batu bata. Mereka mencoba masuk ke fasilitas ladang minyak dekat Hyderabad sebelum fajar. Polisi telah memperingatkan mereka agar mundur. Namun, perintah itu tidak digubris. Akhirnya polisi menembak dua dari mereka.

Situasi di seluruh Pakistan masih mencekam. Kerusuhan, penjarahan, dan bentrokan masih terjadi di mana-mana. Gedung- gedung dan ambulans yang dikelola Edhi Foundation, sebuah lembaga nirlaba, dirusak. Telepon dan jaringan internet yang menghubungkan Islamabad dan Karachi terputus akibat kerusuhan. Dua jalur serat optik yang menghubungkan dua kota di Provinsi Sindh diputus. Massa mengusir para teknisi yang akan memperbaiki jaringan itu.

Menteri Dalam Negeri Provinsi Sindh Ghulam Mohtaram mengatakan, para perusuh telah membakar setidaknya 947 kendaraan, 131 bank, dan 31 stasiun pengisian bahan bakar hingga Jumat malam. Selain itu, ratusan toko di kota itu juga dibakar atau dijarah.

Kerusuhan dan penjarahan benar-benar membuat Pakistan lumpuh. Jalan-jalan yang menghubungkan kota-kota utama, seperti Karachi, Islamabad, Rawalpindi, Lahore, Quetta, dan Peshawar, lengang karena tidak ada orang yang berani bepergian.

"Karachi tidak pernah sesepi, sesedih, dan seseram (seperti sekarang). Kami seperti berada dalam tahanan rumah virtual dan makanan kami nyaris habis," ujar Shahana, warga Pakistan.

Sabtu kemarin, rakyat Pakistan mulai kesulitan memperoleh bahan makanan dan bahan bakar. "Kami belum mendapatkan sesuatu untuk dimakan sejak Jumat," ujar Janat Khan, warga Pakistan. (AP/AFP/BSW)

No comments: