Tuesday, July 31, 2007

Abe Kehilangan Kepercayaan



"Reshuffle" Kabinet Akan Segera Dilakukan

Tokyo, Senin - Kekalahan Partai Demokratik Liberal dalam pemilu Majelis Tinggi Jepang membuat Perdana Menteri Shinzo Abe kehilangan kepercayaan. Investor khawatir kekalahan itu akan mengganggu reformasi ekonomi di Jepang. Abe berusaha memulihkan kepercayaan publik dengan reshuffle kabinet.

Ini adalah kekalahan pertama Partai Demokratik Liberal (LDP) yang telah berkuasa di Jepang selama lima dekade terakhir. LDP dan mitra koalisinya, Komeito Baru, hanya memperoleh 46 kursi sehingga kehilangan mayoritas di parlemen. Sebagai catatan, untuk menjadi kekuatan mayoritas di Majelis Tinggi, koalisi LDP harus memperoleh setidaknya 64 kursi. Saingan utamanya, Partai Demokrat, memperoleh 60 kursi.

Meski kalah di Majelis Tinggi, pemerintahan Abe tidak serta- merta tumbang sebab partai Abe masih menguasai Majelis Rendah. Namun, pemerintahan Abe tak akan mudah menjalankan kekuasaannya. Partai oposisi pasti akan menentang kebijakan-kebijakan pemerintah, termasuk UU.

Kondisi ini membuat para investor khawatir. Mereka takut reformasi ekonomi yang sedang berjalan di Jepang akan mengalami kemunduran. Sebagai catatan, reformasi ekonomi itu dijalankan PM Junichiro Koizumi yang digantikan oleh Abe.

"Ketidakpastian kebijakan akan memburuk setidaknya dalam satu tahun," kata Robert Feldman, ekonom Morgan Stanley, dalam catatan untuk kliennya. "Kemampuan parlemen untuk meloloskan UU akan berkurang dan pasar akan frustrasi. Ketika kebuntuan terjadi, saham-saham akan berjatuhan," ujarnya.

Kantor berita Reuters, Senin (30/7), melaporkan, indeks saham di bursa saham Tokyo sempat turun 1 persen pada akhir sesi pembukaan pagi. Namun, indeks naik 5,49 poin pada level 17.289,30 pada sesi penutupan. Nilai yen, sejauh ini, tidak banyak terpengaruh. Dollar, bahkan, melemah tipis terhadap yen dari 118,60 menjadi 118,50 yen dalam perdagangan sore di Tokyo.

Meski demikian, sejumlah analis mengingatkan kemungkinan akan terjadinya guncangan. "Ketidakstabilan politik dan adanya pukulan terhadap kebijakan reformasi ekonomi kemungkinan akan berpengaruh negatif terhadap yen," ujar analis pada Barclays Capital, Toru Umemoto.

Surat kabar di Jepang dan sejumlah politikus, termasuk dari LDP, juga meragukan kepemimpinan Abe. Mainichi Shimbun menuliskan, "Rakyat mengatakan ’tidak’ pada agenda Abe yang fokus pada ideologi, tetapi tidak pada kehidupan sehari-hari mereka."

Ryosuke Hara, eksekutif di sebuah cabang LDP, meminta Abe bertanggung jawab atas kekalahan LDP. Anggota parlemen dari partai sayap liberal, Taro Kono, mengatakan, "Pemilih memutuskan, Abe atau pemerintahannya tidak memenuhi syarat."

Untuk memulihkan kepercayaan publik, Abe berjanji akan me-reshuffle kabinetnya. "Sudah menjadi tanggung jawab saya untuk meneruskan misi saya dalam membangun sebuah bangsa baru dan meneruskan reformasi," ujarnya. Sejumlah laporan menyebutkan, reshuffle kabinet akan dilakukan awal September.

(AFP/REUTERS/BSW)

No comments: