Saturday, July 28, 2007

Tetua Berunding dengan Taliban

Tetua Berunding dengan Taliban
Yayasan Agama Islam Korea Minta Bantuan NU

Kabul, Jumat - Para tetua suku Afganistan Jumat (27/7) berupaya berunding dengan Taliban bagi pembebasan 22 sandera Korea Selatan. Taliban menetapkan tenggat hingga Jumat petang waktu setempat bagi pemenuhan tuntutan mereka. Sejauh ini belum ada berita lanjutan soal nasib para sandera.

Para tetua suku dan ulama setempat yang dihormati di kalangan masyarakat Distrik Qarabagh, tempat warga Korsel itu disekap, dilaporkan melakukan perundingan lewat telepon dengan para penculik. Perundingan ini sudah berlangsung beberapa hari ini.

"Masih ada banyak kendala di antara mereka," kata Kepala Polisi Qarabagh Khwaja Mohammad Sidiqi, tanpa merinci. Perundingan alot di mana ada usulan agar sandera perempuan sebaiknya dilepaskan. Usulan lain agar sandera dilepas dengan sejumlah uang tebusan.

Qari Yousuf Ahmadi, yang mengaku sebagai jubir Taliban, Kamis mengulangi sebuah tuntutan untuk dibebaskannya tahanan anggota Taliban. Jika tidak, dia mengatakan, akan lebih banyak sandera yang dibunuh.

Kelompok Taliban Rabu lalu membunuh pendeta Bae Hyung-kyu, pemimpin 23 pekerja sosial Korsel yang diculik saat menumpang bus di jalan raya antara Kandahar-Kabul, 19 Juli. Taliban sudah menetapkan beberapa tenggat baru sejak hari Rabu lalu, tetapi sejauh ini berlalu begitu saja. Tenggat terakhir hari Jumat waktu setempat.

Ahmadi mengatakan, para sandera ditahan dalam kelompok kecil di lokasi berbeda dan mendapat pasokan makanan berupa roti, yogurt, dan nasi.

Presiden Hamid Karzai bertekad tidak akan menukar tahanan Taliban dengan sandera. Sikap ini setelah dia dikritik karena membebaskan lima tahanan Taliban dari penjara Maret lalu sebagai tukar bagi pembebasan seorang wartawan Italia.

Di Seoul, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri yang tidak bersedia disebut namanya mengatakan, para sandera masih hidup. Para pejabat mencoba mendapatkan obat-obatan dan barang lain bagi sandera.

Sementara pejabat penasihat keamanan presiden Korsel, Baek Jong-chun, Jumat dijadwalkan bertemu Presiden Karzai dan pejabat-pejabat tinggi lainnya untuk membicarakan langkah-langkah khusus untuk membebaskan para sandera. Korsel sejauh ini menolak langkah pembebasan dengan cara-cara kekerasan.

Tidak ada terobosan yang terjadi dalam perundingan melalui serangkaian hubungan telepon sampai larut malam hari Kamis yang dilanjutkan Jumat, menurut para pejabat. Para perunding berjuang menghadapi tuntutan para penculik yang tidak kompak satu dengan lainnya.

"Kami harap kami akan mendapatkan sebuah hasil baik. Tetapi saya tidak jelas apakah mereka akan dibebaskan hari ini atau tidak," kata Shirin Mangal, seorang jubir bagi Gubernur Provinsi Ghazni, tempat 22 warga Korsel itu diculik pekan lalu.

Sementara Abdul Razak, Son Jooyoung, atas nama Yayasan Agama Islam Korea, mengimbau Taliban agar membebaskan para sandera. Mereka adalah dokter, perawat, dan sukarelawan yang memberikan pelayanan kesehatan atas nama kemanusiaan.

Dalam keterangan Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta, Jumat, yayasan yang mengaku mewakili 140.000 Muslim Korea itu mengharapkan agar pimpinan NU menyampaikan permohonan kepada saudara Muslim di Afganistan bagi pembebasan para sandera. (AP/Reuters/AFP/DI)

No comments: