Thursday, July 19, 2007

Krisis Diplomatik Inggris-Rusia

Kasus pembunuhan mantan agen KGB, Alexander Litvinenko, di Inggris berbuntut panjang. Inggris mengusir empat diplomat Rusia.

Pengusiran terjadi karena Moskwa menolak menyerahkan Andrei Lugovoy, tersangka pembunuh Litvinenko. Kini, kasus pembunuhan itu telah mengakibatkan terjadinya krisis diplomatik kedua negara.

Krisis diplomatik itu bermula dari tewasnya Litvinenko setelah bertemu dengan Lugovoy di Pine Bar, London. Di tempat itu mereka berdua minum teh. Polisi Inggris menemukan bukti kuat bahwa Lugovoy menyemprotkan satu dosis polonium-210 yang mematikan ke dalam minuman teh Litvinenko.

Menteri Luar Negeri Inggris David Milliband menyatakan pengusiran itu sebagai wujud dari keseriusan London dalam menanggapi sikap Kremlin yang dianggap tidak bisa diajak bekerja sama untuk mengungkap misteri pembunuhan Litvinenko. Sebaliknya, Kremlin menyatakan, ekstradisi Lugovoy tidak mungkin dilakukan karena hal itu dilarang oleh konstitusi.

Akan tetapi, Moskwa berjanji akan menjawab pengusiran itu secara proporsional dan tepat. Janji Rusia itu menimbulkan berbagai spekulasi dan juga kecemasan. Dikhawatirkan, jawaban Rusia akan melebar ke mana-mana, misalnya membatalkan perjanjian Pasukan Konvensional di Eropa (1989), tentang penempatan tentara Rusia di Eropa.

Dikhawatirkan pula kasus tersebut akan berdampak terhadap bisnis dan organisasi nonpemerintah yang memiliki hubungan dengan Inggris di Rusia. Jika Rusia tidak lagi terikat dengan perjanjian 1989, akan terjadi pameran dan sekaligus pacuan senjata lagi di kawasan Eropa, karena Rusia akan bebas lagi menggelar kekuatannya.

Akan tetapi, sebelum kecemasan itu berlanjut, ada pertanyaannya: seberapa jauh, dalam, dan panjang Rusia akan bersitegang dengan Barat, Inggris terutama?

Sebelum dengan Inggris, Rusia sudah bersitegang dengan AS terkait penempatan sistem antipeluru kendali AS di Polandia dan Ceko. Dalam konteks ini, kiranya kita mesti menempatkan ketegangan antara London dan Moskwa.

Apakah hal itu akan menjadi benih lahirnya Perang Dingin baru? Tidak! Dunia sudah berubah. Hanya saja, kini Rusia merasa tidak nyaman dalam tatanan dunia yang baru. Hal itu terjadi lantaran Rusia dan Barat hingga kini belum berhasil dalam menjalin dialog yang memuaskan kedua belah pihak.

Karena itu, krisis diplomatik ini pun semestinya diakhiri lewat dialog, bukan sikap saling keras.

No comments: