Wednesday, July 11, 2007

Militer Akhirnya Menyerbu Masjid Merah

58 Orang Tewas, 68 Sandera Diselamatkan

Islamabad, Selasa - Militer Pakistan akhirnya menyerbu masuk ke Masjid Merah, Islamabad, Selasa (10/7). Hal tersebut dilakukan setelah upaya perundingan untuk menyelesaikan krisis penyanderaan di masjid itu gagal membuahkan hasil.

Juru bicara militer Pakistan, Mayjen Waheed Arshad, mengungkapkan, sekitar 50 anggota garis keras dan delapan tentara tewas dalam baku tembak saat penyerbuan dilakukan pada pukul empat pagi waktu setempat, Selasa. Sebaliknya, dari serbuan masuk ke kompleks Masjid Merah itu, 68 perempuan dan anak-anak bisa diselamatkan.

Dia menambahkan, para anggota dari kelompok garis keras yang bertahan di dalam masjid menembakkan roket dari menara-menara masjid itu. Akan tetapi, tentara bisa mengambil alih kontrol atas sebagian besar kompleks masjid tersebut.

Operasi penyerbuan dilakukan sekaligus dari tiga penjuru. Penyerbuan itu dengan cepat bisa menguasai lantai dasar masjid. Gemuruh suara ledakan dan tembakan terdengar ke seluruh penjuru kota saat penyerbuan itu dan sekaligus membangunkan mereka yang sedang tidur lelap.

Meski demikian, hingga 10 jam setelah penyerbuan itu, militer masih terus berusaha melumpuhkan seluruh anggota garis keras bersenjata yang bertahan di beberapa bagian masjid terbesar di Islamabad tersebut. "Kami melakukan pendekatan setahap demi setahap sehingga tidak ada kerugian besar. Kami bertempur dari ruangan ke ruangan," ujar Arshad. Kompleks Masjid Merah memiliki 75 ruangan dan ruang bawah tanah yang luas dan halaman yang luas.

Arshad mengungkapkan, masih banyak sandera yang ditawan oleh kelompok garis keras bersenjata di dalam kompleks masjid. Penyerbuan kemudian difokuskan ke sebuah sekolah perempuan di kompleks masjid.

Seorang perwira yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan, tentara berhasil mengatur posisi. Wakil ketua masjid itu, Abdul Rashid Ghazi, tersudut di ruang bawah tanah sekolah perempuan. Militer tidak berani melakukan serangan mematikan karena sejumlah anak juga ditawan di tempat yang sama sebagai sandera. Tentara sudah empat kali meminta kepada Ghazi untuk menyerahkan diri, tetapi para pengikutnya menjawab dengan tembakan dan Ghazi mengatakan siap mati ketimbang menyerahkan diri.

Protes anti-Musharraf

Di kota Batagram, barat laut Pakistan, kemarin, ratusan warga suku bersenjata memblokade sebuah jalan utama menuju perbatasan dengan China. Mereka menembakkan senapan ke atas dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan Presiden Pervez Musharraf.

Lebih dari 500 siswa sekolah Islam juga melakukan aksi turun jalan di kota Multan, Pakistan timur, sambil meneriakkan kecaman terhadap Musharraf dan menutup sebuah jalan utama dengan membakar sejumlah ban.

Ghazi kepada televisi swasta jaringan Geo TV dalam wawancara melalui telepon, kemarin, dua jam setelah serangan dilakukan, mengungkapkan bahwa ibunya terluka akibat tembakan tentara. Tidak ada konfirmasi resmi dari pemerintah atas klaim tersebut, tetapi orang dekat Ghazi, Abdul Rahman, kemudian mengatakan bahwa ibu itu kemudian tewas.

"Pemerintah menggunakan kekuatan penuh. Ini sebuah agresi telanjang. Pengorbanan saya sangat nyata sekarang," ungkap Ghazi sambil menambahkan bahwa sekitar 30 pengikutnya melawan pasukan keamanan hanya dengan 14 senapan serbu AK-47.

Sebanyak 50 pengikut Ghazi menyerahkan diri setelah diberi kesempatan terakhir di sela-sela jeda pertempuran.

Militer juga mengatakan membebaskan istri dan anak Ghazi. "Kami menyelamatkan mereka dari para pengikut garis keras Ghazi. Ada tiga anak bersama mereka," papar Arshad.

(AP/AFP/Reuters/OKI)

No comments: