Tuesday, July 31, 2007

Parlemen Bertugas Timor Leste



Kesepakatan Belum Dicapai untuk Bentuk Pemerintah Timor Leste

Dili, Senin - Parlemen baru Timor Leste hasil pemilu parlemen 30 Juni, Senin (30/7), dilantik di Dili. Momentum politik ini berlangsung di tengah belum adanya tanda-tanda kesepakatan di antara partai-partai bagi pembentukan sebuah pemerintahan baru dan penunjukan seorang perdana menteri.

Partai Fretilin memenangi pemilu parlementer, tetapi tidak mendapatkan mayoritas dari 65 kursi parlemen. Meski demikian, Fretilin bersikeras memiliki hak untuk memimpin pemerintahan baru, tetapi ditentang sebuah koalisi partai-partai lain yang memiliki total kursi lebih banyak di parlemen.

Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta berulang kali mendesak kedua pihak untuk membentuk sebuah pemerintah persatuan nasional, tetapi sia-sia. Namun, kedua pihak tetap saja berselisih, terutama menyangkut siapa yang berhak ditunjuk sebagai perdana menteri.

Sebanyak 65 anggota parlemen Timor Leste hadir dan diambil sumpahnya, Senin kemarin, termasuk mantan PM Mari Alkatiri dan saingan utamanya yang juga dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan, Xanana Gusmao.

"Anda melihat saya tertawa," kata Xanana saat ditanya bagaimana perasaannya dengan kembali bekerja. Terkesan Xanana berusaha mengecilkan ketegangan antarpartai yang ada. Para anggota parlemen itu selama ini telah mengadakan perundingan, tetapi gagal mengatasi jalan buntu yang mereka hadapi.

Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT), yang dipimpin Xanana Gusmao, menguasai 18 kursi di parlemen. CNRT telah berkoalisi dengan partai-partai yang lebih kecil guna membentuk sebuah pemerintah koalisi dengan 37 kursi.

Partai Fretilin pimpinan Alkatiri menguasai 21 kursi parlemen. Fretilin memerintah di Timor Leste sejak kemerdekaan dari Indonesia tahun 2002.

Konstitusi Timor Leste tidak secara rinci mengatur siapa yang harus membentuk sebuah pemerintahan dan memilih perdana menteri saat tak ada partai yang mayoritas di parlemen. Namun, konstitusi memberikan wewenang akhir ada pada presiden.

Ramos Horta, yang hadir di parlemen kemarin, selama ini mendesak dibentuknya sebuah pemerintah persatuan. Horta juga memperingatkan, apabila partai-partai gagal mencapai kesepakatan membentuk pemerintahan, dia secara sepihak akan memutuskan membentuk pemerintahan sebelum akhir pekan ini.

Soal peluang adanya pemerintah persatuan, Alkatiri mengatakan bahwa partisipasi (dalam pemerintah) seharusnya tidak hanya terbatas pada partai-partai yang ada atau mereka yang duduk di parlemen.

"Kita juga harus mengusahakan partisipasi masyarakat dan Gereja Katolik sehingga pembangunan bisa dipercepat," katanya kepada wartawan di Dili.

Horta mengkhawatirkan koalisi pimpinan CNRT tidak stabil. Dia juga mengatakan kepada Fretilin, mereka tak dapat membentuk sebuah pemerintahan sendiri karena tidak memenangi cukup suara. Namun, keduanya menegaskan tidak ingin membentuk pemerintahan bersama.

Anggota parlemen, Senin, memilih Fernando "Lasama" de Araujo dari Partai Demokrat sebagai ketua parlemen. Hal ini mengundang protes dari pendukung Francisco Gueteres dari Fretilin, ketua sebelumnya.

Puluhan anak muda membawa pipa baja dan parang melemparkan batu pada mobil dan motor yang lewat di ibu kota Dili. Mereka berteriak, "Lasama telah merampok jabatan Fretilin." Beberapa dari mereka membakar ban bekas, tetapi aksi ini segera dibubarkan polisi.

De Araujo berjanji, dia akan menggunakan jabatannya "untuk mewakili kepentingan nasional, dan bukan kepentingan individu atau partai tertentu".

(AFP/AP/Reuters/DI)

No comments: