Tuesday, July 10, 2007

Akankah Angin Perubahan Berembus di Inggris?

fransisca romana ninik

Akhir era Tony Blair sebagai orang nomor satu dalam pemerintahan Inggris sepertinya sudah ditunggu publik Inggris. Saat Menteri Keuangan Gordon Brown ditunjuk sebagai pengganti Blair, semua mata langsung mengarah kepadanya. Apakah Brown bisa benar-benar menampilkan wajah Inggris yang baru?

Dalam pidato perdana sebagai Ketua Partai Buruh yang baru, Brown telah menjanjikan perubahan dalam kebijakan di dalam dan di luar negeri. Sorotan publik terutama mengarah pada kebijakan menyangkut Perang Irak. Blair telah membuat rakyat Inggris frustrasi karena mendukung invasi Amerika Serikat ke Irak. Banyak pihak mendesak pemerintah segera menarik pasukan Inggris dari Irak.

Menjawab soal ujian pertama ini, Brown tidak mengatakan secara pasti kapan penarikan pasukan Inggris dari Irak. Brown memilih menjawab dengan menunjuk seorang penentang keras Perang Irak dalam kabinetnya.

David Miliband, pengkritik Blair atas kebijakannya di Irak, diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Miliband (41), yang semula menjabat Menteri Lingkungan, belum pernah berurusan dengan politik luar negeri. Namun, Brown meyakini, sosok Miliband mampu memenuhi harapan publik.

Sepertinya ada pihak yang tidak sabar menanti kiprah Brown maupun Miliband dalam menangani Perang Irak. Baru tiga hari pemerintahan Brown berjalan, dia sudah harus berhadapan dengan ancaman teror, yang dinilai para pengamat terkait erat dengan kebijakan Inggris dalam Perang Irak.

Dua mobil berisi beberapa tabung gas dan paku yang siap diledakkan ditemukan di jantung wisata kota London, tepatnya di The Haymarket, Jumat (29/6), kawasan yang ramai dengan restoran, kelab malam, dan tempat hiburan. Beruntung, laporan masyarakat dan kesigapan polisi berhasil mencegah timbulnya korban jiwa.

Tidak cukup dengan ancaman serangan bom mobil, hari berikutnya terjadi serangan di Bandar Udara Internasional Glasgow, Skotlandia. Dua pria menabrakkan jip Cherokee berisi tabung gas metan ke pintu masuk terminal Bandara Glasgow. Beruntung, lagi-lagi, pos pengamanan yang didirikan di pintu masuk menghalangi mobil itu masuk ke konter check-in yang saat itu dipadati calon penumpang.

"Jelas sekali ini adalah upaya mendestabilisasi pemerintah agar segera menarik pasukan Inggris dari Irak," kata pengamat politik, Patrick Dunleavy, seperti dikutip Los Angeles Times, Senin (2/7). Waktu pergantian kekuasaan dinilai tepat oleh pelaku untuk mendesakkan perubahan dari kebijakan pemimpin sebelumnya. Kemungkinan, Glasgow dipilih karena Brown berasal dari Skotlandia.

Diragukan

Tidak seperti Blair yang langsung bersikap emosional atas serangan yang menimpa Inggris, saat 52 orang tewas akibat ledakan bom di Stasiun London tahun 2005, Brown memperlihatkan sikap tenang, tetapi teguh dalam menghadapi ancaman teror tersebut. Dia segera meningkatkan keamanan hingga tingkat tertinggi, tingkat kritis. Brown juga meminta rakyat Inggris meningkatkan kewaspadaan dan bekerja sama dengan polisi.

Segera saja, peringkat popularitas Brown meningkat karena memilih respons semacam itu. Sebuah jajak pendapat yang dirilis Times of London, awal Juli ini, menunjukkan 77 persen warga Inggris berpendapat bahwa Brown adalah pemimpin yang kuat. Angka itu naik 14 poin dibandingkan dengan bulan lalu, menjelang pengangkatan dia sebagai Ketua Partai Buruh. Brown membuktikan diri sebagai politisi besar yang melebihi harapan banyak orang.

Semula, banyak orang meragukan kemampuan Brown mengingat penampilan dia yang kuno, muram, dan kaku jika dibandingkan Blair yang karismatis, berapi-api, dan orator yang bersemangat. Benar kata pepatah, jangan menilai buku dari sampulnya. Brown, dengan ketenangannya justru mampu membangun kembali kepercayaan rakyat Inggris terhadap pemerintah yang lenyap pascapemerintahan Blair.

"Sejauh ini Brown telah melewati ujian pertama dalam pemerintahannya," kata Shami Chakrabarti, Direktur Liberty, seperti dikutip The New York Times, Selasa (3/7).

"Pekan yang bagus, pekan yang fantastis," komentar Guillaume Arth, seorang manajer pemasaran di London, tentang pekan pertama pemerintahan Brown, seperti dikutip The Washington Post, Rabu (4/7). Arth bahkan mengatakan, pekan pertama Brown mengingatkan dia pada kepemimpinan mantan PM Margareth Thatcher tahun 1982 saat berlangsung Perang Falkland (Malvinas).

Konstitusi tertulis

Selain ujian pertama dalam politik luar negeri, Brown juga menghadapi ujian di ranah domestik. Namun, sebelum kritik sempat dilontarkan, Brown telah membuat daftar panjang kebijakan baru di dalam negeri. Brown telah mencanangkan "pemerintahan baru dengan prioritas baru".

Apabila nanti resmi menjadi Perdana Menteri Inggris, demikian Brown dalam pidatonya, dia akan segera memperbaiki sektor kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Ketiga hal itu dipilih Brown sebagai prioritas pertama karena banyak warga Inggris yang tidak puas dengan pelayanan publik.

Salah satu langkah Brown yang dinilai "spektakuler" adalah usulan Bill of Right and Duties, undang-undang hak asasi manusia, mirip yang dimiliki Amerika Serikat, yang kemungkinan akan menjadi konstitusi tertulis Inggris. Di dalam usulan konstitusi baru itu akan diatur hak dan tanggung jawab warga negara dan pemerintah.

Brown juga mengusulkan untuk menyerahkan sebagian kekuasaan kepada parlemen, salah satunya kekuasaan untuk mengirimkan militer ke medan perang. Ada 11 kekuasaan PM lainnya yang akan diserahkan kepada parlemen, seperti menandatangani perjanjian internasional, memilih Uskup Gereja Inggris, menunjuk para hakim, mengontrol pelayanan publik, dan memberikan pengampunan.

Di bidang keamanan, Brown merencanakan pembentukan Dewan Keamanan Nasional yang baru. Dewan Keamanan Nasional yang akan dipimpin PM itu dimaksudkan sebagai "peringatan" bahwa setiap saat Inggris akan waspada dan tidak terintimidasi. Strategi keamanan nasional juga akan dirilis setiap tahun guna mengetahui peluang dan ancaman.

Brown juga menyatakan ingin bekerja bersama dengan oposisi untuk membangun konsensus guna merealisasikan janjinya itu. Oposisi, Partai Konservatif dan Partai Liberal Demokrat, memuji sebagian usulan perubahan yang diajukan Brown. Namun, mereka juga mencela karena Brown dianggap pernah mencederai janji saat masih menjabat sebagai menteri keuangan.

"Ingkar janjilah yang menyebabkan ketidakpercayaan. Rakyat akan mempertanyakan, bagaimana seorang yang pernah ingkar janji bisa berubah menjadi orang yang memenuhi janji itu," kata pemimpin Partai Konservatif David Cameron.

Konservatif menilai Brown menghabiskan waktu satu dekade selama menjabat menteri keuangan untuk menghindari laporan kepada parlemen tentang pajak yang didapat dengan diam-diam.

Partai Konservatif kehilangan salah satu anggotanya di parlemen, Quentin Davies, yang membelot ke Partai Buruh menjelang pelantikan Brown sebagai PM. Dalam sebuah surat terbuka kepada Cameron, Davies mengatakan, Brown adalah pemimpin masa depan Inggris. Pembelotan Davies ini sangat mengejutkan publik dan membuat para pengamat kagum.

Kiprah Brown masih panjang untuk mewujudkan perubahan yang dijanjikannya. The New York Times juga menyebutkan, masih terlalu awal untuk menilai keberhasilan Brown. Namun, jalan pemikiran Brown dalam menangani tantangan-tantangan awal tersebut bisa jadi memengaruhi pengambilan keputusan untuk menghadapi tantangan lebih besar di masa mendatang.

No comments: