Monday, July 2, 2007

Demonstrasi Warnai Perayaan 10 Tahun


HongKong, minggu - Perayaan 10 tahun penyerahan kembali Hongkong kepada China, Minggu (1/7), diwarnai dengan demonstrasi ribuan warga yang turun ke jalan-jalan untuk menyerukan pemberlakuan hak pilih universal.

Mantan Wakil Gubernur Hongkong Anson Chan dan Kardinal Joseph Zen, ketua gereja Katolik di wilayah itu, turut bergabung dengan ribuan warga yang melakukan demonstrasi.

Para pendemo mengatakan mereka kecewa karena Presiden China Hu Jintao telah meninggalkan Hongkong sebelum dimulainya aksi protes tersebut.

"Kami kecewa karena Hu tidak tinggal dan mendengarkan apa yang menjadi permintaan rakyat Hongkong. Dia tidak mau membuka hati dan telinganya serta mendengarkan aspirasi rakyat untuk demokrasi," kata Jackie Hung, salah seorang pengorganisasi aksi itu dari front sipil untuk Hak-hak Asasi Manusia.

Peserta demo, Dick Cheung (56), menambahkan, sebagai pemimpin China, Hu harus mendengar pendapat-pendapat yang berbeda. "Kita memiliki hak untuk demokrasi. Jika kita tidak memiliki hak untuk memilih pemimpin kita, kita tidak akan bisa mengontrol mereka jika mereka melakukan kesalahan-kesalahan," ujar Cheung, pemilik toko tekstil yang ikut berdemo.

Sejak dikembalikan ke China, para aktivis terus meneriakkan demokrasi penuh di kota itu di mana para warganya tidak memiliki hak untuk memilih pemimpin mereka dan hanya setengah dari anggota legislatif dipilih secara langsung.

Kompetisi

Perayaan 10 tahun pengembalian Hongkong secara umum berlangsung meriah. Bendera Hongkong yang berwarna merah memenuhi kota itu. Beberapa ratus warga berdiri dekat pelabuhan Hongkong untuk menyaksikan acara pengibaran bendera di dekat gedung pertemuan yang dibangun untuk penyerahan kembali Hongkong tahun 1997.

"Tantangan di depan bagi Hongkong bukan hanya datang dari tempat-tempat terdekat. Kita harus berkompetisi dengan seluruh dunia," kata pemimpin Hongkong, Donald Tsang, yang Minggu kemarin disumpah untuk masa jabatan keduanya.

Sekelompok kecil pemrotes yang meneriakkan "kekuasaan untuk rakyat" berusaha mengganggu upacara pengibaran bendera, tetapi mereka ditahan polisi beberapa meter dari lokasi upacara. Kelompok pemrotes yang dipimpin anggota parlemen, Leung Kwok-hung, berupaya membakar boneka yang mereka katakan sebagai pemimpin China yang "perusak". Akan tetapi, polisi segera mematikan api itu.

Presiden China yang menghadiri langsung peringatan 10 tahun pengembalian Hongkong itu memuji Hongkong yang telah bisa melalui dekade penuh badai. Dia juga mengatakan, demokrasi di Hongkong berkembang dengan cara yang teratur. Namun, dia tidak dengan jelas menyebutkan kapan kota itu akan memiliki demokrasi penuh.

Tsang dalam pidatonya menyampaikan tekadnya untuk mengatasi masalah-masalah yang memecah belah kota itu dalam lima tahun lagi masa jabatannya.

Sejak diambil alih kembali oleh China, Hongkong dikelola dengan formula "satu negara, dua sistem". Pengaturan tersebut memungkinkan wilayah khusus itu tetap menggunakan ekonomi kapitalisnya, sistem hukum model Inggris, kebebasan pers, dan kebebasan sipil. Akan tetapi, dalam soal kebebasan pers, sensor atas media kerap dilakukan.(AP/AFP/OKI)

No comments: