Sunday, July 15, 2007

Nasib Raja Nepal Merana

Sedikit demi Sedikit Peran Monarki Berkurang

Kathmandu, Kamis - Setelah kehilangan kendali atas militer dan seluruh kekuasaan sebagai raja, nasib Gyanendra akan semakin merana. Pasalnya, Pemerintah Nepal berencana akan memotong jatah uang saku raja, Kamis (12/7). Tindakan ini merupakan bagian rencana pemerintah untuk semakin mengurangi peran monarki.

Bahkan, menurut kantor berita Associated Press, Gyanendra dan semua anggota keluarga kerajaan tidak akan menerima jatah uang saku tahunan lagi pada tahun ini. Pemerintah Nepal pada tahun lalu mengalokasikan uang saku untuk Raja Gyanendra dan keluarga sebesar 500.000 dollar AS setiap tahunnya. Akan tetapi, pada tahun ini pemerintah memutuskan untuk menghapus anggaran itu.

Harian Kantipur menyebutkan, pemerintah rencananya akan segera menyusun anggaran belanja negara tahunan. Pada saat itulah alokasi anggaran untuk uang saku Raja beserta keluarga akan dibahas lebih rinci. Muncul kekhawatiran dari berbagai pihak bahwa jumlah penganggur bisa meningkat jika alokasi anggaran untuk jatah uang saku dipotong atau bahkan ditiadakan. Setidaknya dikhawatirkan 700 pekerja atau abdi istana akan menganggur. Namun, pemerintah telah berjanji akan tetap membayarkan gaji mereka seperti biasa.

"Pemerintah akan memindahkan karyawan istana ke berbagai kantor-kantor pemerintahan. Sebenarnya pemerintah sudah merencanakan pemindahan itu sejak beberapa bulan lalu, tetapi belum pernah dilaksanakan," kata petinggi istana yang tidak mau disebutkan namanya.

Dengan hilangnya alokasi uang saku untuk raja, Gyanendra jelas akan semakin merana. Sebelumnya, Gyanendra telah kehilangan semua kekuasaan dan kehilangan kendali atas militer. Awal keruntuhan monarki mulai tampak setelah terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran dari kelompok prodemokrasi di Nepal. Gelombang protes itu menuntut supaya raja segera turun takhta. Merasa terdesak, Gyanendra lalu menyerahkan kekuasaan, April 2006.

Gelombang protes muncul karena rakyat mulai gelisah dan menginginkan adanya perubahan sistem pemerintahan. Untuk menentukan apakah Nepal akan tetap menjadi monarki atau tidak, akan ada dewan khusus yang bertugas untuk menyusun kembali konstitusi.

Sejak berkuasa Februari 2005, Gyanendra memang tidak pernah disukai rakyat. Gyanendra menggantikan kakak tertuanya, Birendra, yang tewas dibunuh bersama dengan delapan anggota keluarga istana lainnya.

Peran berkurang

Pemotongan atau penghapusan jatah uang saku tahunan, menurut pejabat di Departemen Keuangan Nepal, dilakukan karena peran raja menjadi semakin tidak penting. Karena peran berkurang, raja dinilai tidak lagi membutuhkan alokasi anggaran. Dari anggaran belanja pemerintah tahun lalu, alokasi anggaran rumah tangga istana pernah dipotong dari 10,6 juta dollar AS per tahun menjadi 3 juta dollar AS.

Menteri Keuangan Nepal Ram Sharan Mahat menyatakan, total anggaran belanja salah satu negara termiskin di dunia ini untuk tahun ini 2,6 miliar dollar AS. Pemerintah juga akan menyita semua barang milik kerajaan "untuk kepentingan nasional" dalam waktu dekat. (AFP/AP/LUK)

No comments: