Friday, July 20, 2007

India
Patil Bakal Presiden Perempuan Pertama

New Delhi, Kamis - Kepastian Pratibha Patil menjadi presiden perempuan pertama di India akan ditentukan dari hasil pemilihan yang akan dikeluarkan hari Sabtu (21/7). Perempuan berusia 72 tahun ini berpeluang mencatat sejarah di India karena dicalonkan Partai Kongres yang berkuasa dalam pemilihan presiden yang berlangsung hari Kamis.

Pemilihan yang dilakukan anggota parlemen federal dan negara bagian, serta badan pemilih (electoral college), berlangsung serentak di seluruh wilayah negeri di Asia Selatan itu. Tercatat ada 4.896 badan pemilih, 776 anggota parlemen federal, dan 4.120 anggota parlemen di 29 negara bagian dan satu wilayah teritorial.

Media lokal melaporkan, pemilihan berlangsung dalam penjagaan yang ketat. Sekalipun jabatan presiden di India hanya seremonial, pemilihan yang sudah berlangsung selama enam dekade ini tetap menarik karena acap kali diwarnai aneka skandal yang bisa bermuara pada benturan politik.

Perdana Menteri Manmohan Singh dan Ketua Partai Kongres Sonia Gandhi memberikan suara mereka di gedung parlemen di New Delhi. Singh dan Gandhi selama ini mendorong Patil untuk maju menjadi Presiden India dengan alasan untuk mendorong persamaan jender di negara berpenduduk 1,12 miliar itu.

Patil, yang jika terpilih akan menggantikan presiden saat ini, APJ Abdul Kalam, merupakan Gubernur Negara Bagian Rajasthan di India barat, berbatasan dengan Pakistan. Dia bersaing dengan Wakil Presiden Bhairon Singh Shekhawat (84) yang didukung partai Hindu nasionalis yang beroposisi.

Diterpa skandal

Sepanjang kampanye, Patil juga diterpa sejumlah skandal, termasuk kekhawatiran banyak pihak apakah dia cukup sehat untuk melaksanakan tugasnya. Patil dituduh melindungi saudaranya yang diduga terlibat pembunuhan. Dia juga dituduh melindungi suaminya dari tuduhan terlibat skandal bunuh diri.

Namun, Patil membantah semua tuduhan tadi. Para calon presiden di India dan keluarganya sejauh ini dituntut agar bebas dari skandal dan tuduhan sekecil apa pun. "Kampanye presiden yang minim tuduhan ini merupakan hal baru, " ujar analis politik Mahesh Rangarajan. Selama ini, skandal dan tuduhan tak lepas dari pemilu presiden.

Partai Kongres mencalonkan Patil bulan lalu, sekalipun pengumpulan pendapat lokal memperlihatkan sebagian besar rakyat India menghendaki Presiden Abdul Kalam tetap sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun kedua. Kalam sejauh ini dijuluki "Presiden Rakyat" karena gaya yang sangat populis. Masa jabatannya akan berakhir 24 Juli. Namun, Patil sejauh ini difavoritkan menang.

Partai Kongres menolak mendukung Kalam karena dicalonkan oleh pemerintahan Hindu nasionalis sebelumnya. Kongres menegaskan, kini saatnya memberikan peluang kepada perempuan untuk menduduki jabatan tertinggi di India. Langkah ini akan memberikan pesan antidiskriminasi yang kuat di India, yang 15 Agustus nanti tepat 60 tahun merdeka dari Inggris.

Oposisi menolak Patil karena dinilai loyal pada dinasti politik Nehru-Gandhi yang begitu berkuasa di India. Patil juga sahabat dekat Sonia Gandhi, janda Rajiv Gandhi yang berdarah Italia. Rajiv adalah PM India yang tewas dalam serangan bom bunuh diri di Negara Bagian Sripemrubudur, Mei 1991. (AFP/ppg)

No comments: